Pembelajaran Bahasa Inggris Perlu Selaras Dengan Inovasi Teknologi
Belajar Bahasa Inggris di era sekarang semakin dimudahkan dengan hadirnya inovasi teknologi. Para siswa tidak lagi bertumpu di kelas-kelas namun bisa di mana saja dan kapan saja. Termasuk melalui perangkat smartphone dan komputer jinjing. Hal inilah yang perlu ditekankan oleh para guru Bahasa Inggris yang mengajar di tingkat SMP maupun SMA. Peran guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu namun lebih mengarahkan para siswanya untuk belajar secara interaktif di berbagai media yang familiar bagi mereka.
Sebagaimana tergambar dalam acara “Getting Ready to be 21st Century English Teachers” yang digagas oleh pusat pelatihan bahasa CILACS UII. Acara yang diikuti oleh 60 guru Bahasa Inggris dari berbagai sekolah yang ada di wilayah Yogya dan Magelang ini berlangsung di Prime Plaza Hotel Jogja pada Rabu (9/5). Pembicara yang dihadirkan merupakan praktisi sekaligus pengajar Bahasa Inggris di universitas, yakni Daniel Ari Widhiatama, M.Hum (pengajar Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma) dan Anita Triastuti, S.Pd., MA., Ph.D (pengajar Bahasa Inggris UNY).
Disampaikan oleh ketua panitia acara, Aisyiyah, SE., MM., tujuan penyelenggaraan acara adalah untuk memfasilitasi guru Bahasa Inggris dalam hal pengembangan metode pengajaran. “Dulu kita belajar Bahasa Inggris dengan cara-cara klasikal seperti menulis, membaca, dari buku teks. Sekarang sudah ada aplikasi mobile yang bisa dimanfaatkan agar pembelajaran semakin menarik”, ungkapnya.
Di samping itu, ia juga mengatakan guru Bahasa Inggris memiliki peran besar dalam mengantarkan siswanya meraih kesempatan pendidikan yang lebih baik, seperti beasiswa di luar negeri. “Rata-rata beasiswa luar mensyaratkan pesertanya memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik, seperti berbicara dan menulis. Peran guru sangat besar agar para siswanya lebih siap akan hal itu sehingga kesempatannya lebih besar memperoleh beasiswa”, imbuhnya.
Sementara salah seorang pembicara, Daniel Ari Widhiatama, M.Hum menekankan guru tidak boleh antipati terhadap perubahan agar dapat selalu mengembangkan metode pengajaran yang aktual dengan perkembangan zaman. “Seperti contohnya dulu guru lebih dominan berbicara. Kini kita dituntut memberi ruang yang seluas-luasnya kepada para siswa untuk tampil sehingga kita pun dapat mengukur kemampuan mereka”, ujarnya.
Para peserta nampak begitu antusias mengikuti acara. Masing-masing berupaya menyampaikan tantangan dan pengalaman yang mereka hadapi dalam mengajarkan Bahasa Inggris. Pertanyaan itu kemudian menjadi bahan diskusi yang berlangsung cair antara pembicara dan peserta.