,

Tas Kulit Berbuah Prestasi di Ajang Wirausaha Muda Mandiri

Di era digital seperti sekarang, menjadi usahawan muda bukanlah hal yang mustahil asalkan bermodalkan tekad, keyakinan, dan usaha keras. Kegagalan di awal memulai usaha bukan menjadi penghalang untuk menuju jalan sukses. Hal tersebut justru menjadi bahan pelajaran serta batu loncatan untuk lebih maju dalam berkarya. Hal inilah yang dialami Aesta Fajar, salah satu pengusaha muda berbakat yang juga masih menjalani studi di Prodi Manajemen Universitas Islam Indonesia (UII). Mahasiswa yang akrab disapa Fajar itu kini tengah serius menggeluti usaha tas kulit dan batik yang mengangkat brand Alra Lifestyle.

Aesta Fajar

Diceritakan Fajar, keinginannya untuk terjun menggarap tas kulit batik berawal ketika ia magang di sebuah instansi bersama teman-temannya yang kemudian memberinya kesempatan untuk memulai usaha. Ia pun memilih batik dan tas kulit sebagai lini bisnis karena melihat potensi Yogyakarta sebagai salah satu sentra kerajinan kulit berkualitas di Indonesia.

“Di awal-awal memulai usaha, saya belajar marketing, bagaimana melihat minat dan keinginan pasar. Dari situ saya mulai mendesain dan membuat produk tas kulit untuk diikutkan dalam pameran”, ujar pemuda kelahiran Jakarta 24 tahun silam itu.

Masih terekam betul di benaknya, ia kali pertama mengikuti sebuah pameran pada 26 Desember 2015 di sebuah mall yang ada di kota Yogya. Lewat pameran tersebut, ia rajin memperkenalkan produknya sehingga perlahan mulai dikenal oleh konsumen. “Saya sempat kaget ternyata produk tas kulit yang dibawa mendapat respon bagus. Nah mulai dari situ sepanjang tahun 2016 kami terus melakukan pengembangan desain dan terus belajar apakah terget dan sasaran pasar kami sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen”, ujar putra dari pasangan Wargono dan Sri Wahyuni tersebut.

Konsisten Dengan Produk Tas Kulit dan Batik

Suasana pengerjaan tas di workshop ALRA

Bisnis tas yang digarap Aesta Fajar terbuat dari bahan dasar kulit dan kanvas dengan model batik konvensional yang cantik. Ia menawarkan keunggulan yang tidak dimiliki produk tas lain yaitu produknya waterproof atau tahan air dan juga tahan terhadap goresan. “Dengan begitu konsumen tidak perlu repot saat membersihkan tas. Ke depan akan semakin kita kembangkan pada produk kulit karena target marketing yang terus berkembang”, ungkapnya.

Branding ALRA yang diusungnya mengesankan produk tasnya tidak terkesan tua dan kuno meski motif batik yang dipilih lebih banyak tradisional. Namun dengan berbekal kreativitas, motif tersebut dikreasikan, didesain ulang, dan dipadukan dengan berbagai jenis motif batik lain. Hasilnya jadilah produk tas motif batik yang fashionable dan lebih dinamis untuk segala usia.

Menurut Aesta Fajar, pengembangan usaha harus memiliki strategi bisnis pemasaran yang baik. Ia cukup gencar menggenjot promosi mulai dari mengikuti pameran dan masuk dalam berbagai komunitas, seperti ikatan dokter, komunitas notaris, dan Bank Indonesia. Ini merupakan strategi untuk menjaring apa keinginan customer dan mengatasi kendala yang ada. Inovasi menjadi kunci untuk bisa bersaing dengan mereka yang sudah maju di atas.

Ia percaya menjadi pengusaha membutuhkan modal baik secara pengembangan potensial diri maupun dalam bentuk dukungan fisik. “Namun yang tidak kalah penting adalah kreativitas dan inovasi dalam berkarya agar bisa bermanfaat untuk diri sendiri dan juga bisa memajukan bangsa sendiri”, katanya.

Raih Prestasi dalam Ajang Wirausaha Muda Mandiri

Konsistensi Aesta Fajar dalam berbisnis retail tas kulit dan kanvas batik dengan brand ALRA kemudian membawanya dalam ajang kompetisi Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2016. Aesta harus berkompetisi dengan ribuan pebisnis muda yang juga ikut dalam ajang ini. Ia turut masuk dalam 88 daftar finalis yang akhirnya kemudian diseleksi lagi menjadi 22 pelaku usaha kreatif sebagai pemenangnya. Di ajang bergengsi tersebut, ia berhasil meraih Juara I pada kelompok mahasiswa kategori Industri Perdagangan dan Jasa. Penghargaan setingkat nasional itu diterimanya pada Sabtu, 11 Maret 2017 lalu di Graha Widya Wisuda, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Ia menganggap raihan juara ini sebagai motivasi sekaligus sebagai upaya dalam memajukan perekonomian lokal. “Saya bingung kenapa juri memiliih saya, karena saingannya hebat-hebat semua, omzet mereka banyak dan bagus-bagus semua karyanya. Mungkin juri melihat apa yang saya cita-citakan untuk kemajuan produk asli Indonesia dan perekonomian dalam negeri. Produk ALRA sangat aplikatif, punya potensi, itulah yg membuat kita berhasil’’, jawab Fajar dengan gaya semangat. (MNA/ESP)