,

Mengambil Ibroh dari Kehidupan Pelaku dan Korban Teroris

Korban aksi teror merupakan salah satu pihak yang paling menderita karena harus hidup dalam luka fisik dan trauma psikis hingga bertahun-tahun. Namun demikian proses menghapus dendam dan kebencian antara korban dan mantan teroris perlu terus diupayakan agar tercipta kedamaian. Upaya ini juga diharapkan dapat menyembuhkan luka yang mendalam dan mencegah konflik berkepanjangan diantara korban dan mantan pelaku teroris.

Bertempat di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. dr. M. Sardjito, MD., MPH. Universitas Islam Indonesia (UII), Aliansi Indonesia Damai (AIDA) bekerjasama dengan Program Studi Pendidikan Agama Islam FIAI UII menyelenggarakan Seminar dan Bedah Buku La Tay’ As (Jangan Putus Asa) Ibroh dari kehidupan Teroris dan Korbannya, Kamis (8/3).

Nara sumber yang dihadirkan dalam seminar diantaranya Penulis Buku Hasibullah Satrawi, Dosen PAI-FIAI yang juga peneliti Pusat Studi Islam UII, Edi Safitri, S.Ag., M.SI. Sementara keynote speech disampaikan oleh Guru Besar UIN Jakarta, Prof. Azyumardi Azra, CBE. Jalannya diskusi yang dipandu oleh Anggota Lembaga Dakwah Khusus PP Muhammadiyah, Zuly Qodir tampak semakin lengkap dengan hadirnya narasumber dari pakar terorisme, mantan pelaku terorisme dan salah satu korban bom dari aksi terorisme.

Hasibullah Sastrawi selaku penulis buku menyatakan bahwa para korban merupakan martir negara. Karena para teroris merakit bom ditujukan untuk negara yang dianggap telah melakukan berbagai penyimpangan. Namun, masyarakat yang tidak mengerti tentang masalah negara itulah yang banyak menjadi korbannya. Oleh karena itu menurut Hasibullah Sastrawi dibutuhkan proses rekonsiliasi yang tidak mudah antara pelaku dan korban untuk menerima maaf dalam jangka waktu sampai bertahun-tahun.

“Rekonsiliasi antara korban dan pelaku itu tidak semudah yang dibayangkan, karna dia butuh proses dan proses yang paling inti pada akhirnya adalah kesadaran mereka sendiri untuk memasuki dunia keagungan moral. Saya rasa ini bukan karena diwajibkan, namu karena ini menjadi piilhan dan kesadaran mereka sendiri,” ungkap Hasibullah Sastrawi.

Sementara menurut Prof. Azyumardi Azra yang mempunyai tanggung jawab terbesar dalam menjaga perdamaian Indonesia adalah kaum muslimin. “Saya sering tekankan tanggung jawab menjaga kedamaian Indonesia itu terutama terletak di tangan kaum muslimin. Karna jumlahnya sangat besar merupakan penerima manfaat dan mudharat terbesar dari apa yang terjadi di Indonesia,” ungkapnya.

Dalam kesempatannya Prof. Azyumardi Azra mengajak para mahasiswa untuk mewujudkan kemajuan Islam di Indonesia. “Saya pesankan kepada seluruh mahasiswa yang akan menjadi pemimpin bangsa, bawalah Indonesia menjadi kekuatan Internasional, untuk mewujudkan Indonesia sebagai contoh kemajuan Islam,” ujarnya. (AR/RS)