Mahasiswa UII Respon Krisis Air Bersih, Pangan dan Energi
Isu mengenai krisis air bersih, pangan dan energi pada tahun 2030-2045 di Indonesia melatarbelakangi sekelompok mahasiswa UII untuk kembali berinovasi. Inovasi ini diikutsertakan dalam sebuah event Engineering Physics Week (EPW) yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya. Judul yang diangkat tentang “Let’s Drink with Smart Water (RESEP: Rekayasa Konsep E-Ecster Portable sebagai Penunjang SDGs di Tahun 2030).″
Ajang SNOW (Smart Innovation of Writing) yang diikuti tim mahasiswa UII beranggotakan Muhammad Ilham Abdul Majid (Psikologi 2016), Saraswati Yola Nur Aisyah (Teknik Lingkungan 2016) dan Hafidh Rahmatiyas (Teknik Lingkungan 2016).
Munculnya ide dalam pembuatan rekayasa botol air minum berawal dari keprihatinan bahwa, sejumlah kota di Indonesia mengalami krisis air bersih. Krisis tersebut menjadikan masyarakat kesulitan untuk mendapatkan air minum yang layak konsumsi dan kesulitan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan air. Hingga menyebabkan terjadinya penyakit yang berujung kematian.
Saraswati Yola menuturkan, kami berfikir bagaimana caranya untuk menanggulangi masalah ini. Padahal di Indonesia sendiri bahkan di dunia sebenarnya air sangat banyak, tetapi bisa terjadi krisis air. Akhirnya tercetuslah sebuah ide dengan membuat suatu botol portable dilengkapi dengan alat pendeteksi air dan pemfilter air yang diintegrasikan oleh gadget. Jadi orang dimana saja dan kapan saja bisa minum air dengan aman tanpa takut kandungan airnya buruk.
“Inovasi yang dikembangkan adalah sebuah botol yang direkayasa untuk mendeteksi dan memfilter air serta dilengkapi dengan internet. Penambahan akses internet bertujuan untuk menunjang adanya loT di Indonesia. Sehingga terciptalah suatu kota yang smart (smart city) terlebih inovasi ini akan diterapkan pada tahun 2030 atau 2045,” ujar Saraswati Yola.
Harapan pembuatan botol ini dapat mengentaskan permasalahan air bersih dan penyediaan air minum di Indonesia. Sehingga Indonesia tidak mengalami krisis air bersih dan air minum di masa mendatang. Penggunaan botol portable dibatasi untuk air yang berasal dari beberapa air baku seperti air sungai, air hujan, air PDAM dan air sumur. Mungkin untuk penelitian kedepannya jangkauannya akan semakin luas.
Dijelaskan Saraswati Yola, E-ecster potable (botol portable) diciptakan dengan berbasis pada sustanable development, penyaringan dapat dilakukan karena dilengkapi dengan hollow fiber dan karbon aktif pada bagian botolnya. Penambahan internet module betujuan untuk melakukan pengiriman data kandungan air ke smartphone. “Kelebihan dari alat ini adalah efisien dan mudah dibawa, usabilitas dan sustainable, eco-technology base, dapat mendeteksi kandungan air dan internet of things,” ungkapnya. (NR/RS)