Manfaatkan Rayap, Tim UII Kembangkan Bioethanol dari Limbah Kelapa Sawit
Mahasiswa UII terus mengembangkan inovasi dalam berbagai bidang, tak terkecuali di bidang pengolahan limbah lingkungan. Tim UII yang beranggotakan Nadya Sinta Amalia (Ilmu Kimia 2015), Ratih Lestari (Ilmu Kimia 2015), dan Aditya Sewanggara A.W (Ilmu Kimia 2015) meraih penghargaan Gold Medal dan Juara Umum dalam acara South East Asian Global Innovation Challenge (SEA-GIC) 2017. Para mahasiswa FMIPA UII yang dibimbing oleh dosen UII, Tatang Shabur Julianto, M.Si itu mengikuti acara bertemakan “Managing Contaminants of Emerging Concern” pada tanggal 18 November 2017 di Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Kebangsaan, Selangor, Malaysia. Tim ini membawa inovasi pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi bioethanol dengan tema besar “Clean Environment and Green Energy in ASEAN 2025”.
Aditya Sewanggara selaku salah satu perwakilan tim menjelaskan mereka melakukan inovasi pemanfaatan limbah kelapa sawit atau Utilization of Oil Palm Waste in ASEAN Countries to Produce Bioethanol Assisted with Bioconversion by Termite. “Pemanfaatan limbah kelapa sawit (khususnya di ASEAN) untuk menjadi bioethanol dengan bioconversion dengan bantuan serangga rayap. Bagian dari limbah sawit yang dimanfaatkan yakni selulosa yang kandungannya hampir 62,9%”, ungkapnya.
Proses awal yakni fermentasi menggunakan ragi dan bantuan biokatalitik dari mikroorganisme dan enzim cellulase yang terdapat pada usus rayap. Alasan penggunaan rayap dalam proses ini karena jumlahnya yang melimpah dan mudah dikembangbiakkan. Potensi pegurangan limbah kelapa sawit terlihat setelah proses fermentasi yakni dengan reduksi limbah hampir 20% dari berat awal dan kemurnian bioethanol diperoleh sebesar 67,5%.
Inovasi mereka dilatarbelakangi banyaknya dampak negatif dari limbah kelapa sawit seperti pencemaran lingkungan (ekosistem air dan udara) yang diakibatkan dari perusahaan yang tidak mau mengolah limbahnya.
“Setelah dilakukan proses fermentasi dalam inovasi ini, residu yang dihasilkan bahkan dapat digunakan sebagai papan triplek berkualitas tinggi dengan kelebihan anti air”, tambahnya.
Selain itu, manfaat utama bioethanol ini bisa digunakan sebagai subtituen pengganti bahan bakar kendaraan bermotor sebanyak 20%. Jika dikalkulasikan, setiap orang dapat menghemat 173 USD dalam setahun atau menghemat anggaran negara hingga 800 triliun dollar Amerika.
“Tentunya kami akan mengembangkan lebih lanjut tentang penelitian ini, apalagi sudah ada beberapa industri kelapa sawit yang sudah mulai tertarik untuk mengembangkannya. Kami akan melakukan penambahan variabel seperti massa dari limbah dan juga jenis rayap, serta bagaimana menjadikannya hingga skala industri”, jelasnya optimis.
Tahap selanjutnya adalah melakukan isolasi dari mikroorganisme dan enzim selulosa serta mengembangbiakkan rayap untuk penelitian ke depannya dengan pembuatan reaktor khusus. Ia berharap penelitian ini juga dapat berkembang menjadi paten. (BKP)