Kecintaan Pada Heritage Hantarkan Dosen UII Raih Gelar Doktor di Jerman
Meski Indonesia kaya dengan berbagai peninggalan bersejarah, sayangnya minat untuk meneliti dan melestarikan bangunan cagar budaya nampaknya belum banyak digeluti orang. Terlebih saat ini heritage di perkotaan semakin tergusur oleh derasnya arus pembangunan. Bukan tidak mungkin, generasi mendatang akan kesulitan melacaknya. Namun bagi Putu Ayu Pramanasari Agustiananda, atau biasa dipanggil Nanda, bangunan dan kawasan bersejarah adalah sebuah passion tersendiri. Hal inilah yang mendorong dosen Arsitektur UII itu untuk giat mempelajari ilmu tersebut hingga ke negeri jauh.
Menyelesaikan studi master di Jerman, ia kemudian melanjutkan studi doktoral di negara yang sama, tepatnya di Faculty of Architecture and Urbanism, Bauhaus Universität-Weimar, dengan fokus heritage studies. Pada pertengahan tahun ini ia berhasil menyelesaikan studi S3 tersebut dengan predikat magna cumlaude.
Belajar ke luar negeri memang telah menjadi cita-cita ibu dua anak itu sejak kecil. “Orang tua hanya mampu menyekolahkan sampai S1. Tapi keinginan saya kuat untuk melanjutkan kuliah S2. Pada saat itu juga banyak tawaran beasiswa luar negeri sampai akhirnya, alhamdulillah, berhasil menerima beasiswa untuk melanjutkan studi di Jerman dari DAAD (German Academic Exchange Service)”, kenang penyuka travelling tersebut.
Untuk studi doktoralnya, ia mengangkat tema “Conservation of Heritage City Surakarta: Urban Heritage Governance under the Leadership of Mayor Joko Widodo from 2005 to 2012”. Tepat pada 5 Juli 2017 menjadi momen berkesan bagi Nanda karena pada hari itu ia sukses mempertahankan disertasinya di hadapan dewan penguji.
Ketua Dewan Penguji, Prof. Dr. Hans-Rudolf Meier, menyampaikan pengelolaan urban heritage merupakan upaya terus menerus untuk mengintegrasikan dan menempatkan orientasi pelestarian tersebut ke dalam pembangunan kota.
Untuk itu, Nanda dinilai telah mempresentasikan karyanya secara independen dan ilmiah karena sudah melakukan upaya yang luar biasa dalam menyelesaikan kajian heritage conservation dan kaitannya dengan pembangunan perkotaan. Menurut Nanda sendiri, rajin berkomunikasi dengan para dosen pembimbing dan terbuka dengan kritik adalah kunci sukses menyelesaikan studi.
Pasca menuntaskan studi, ia berharap dapat mengabdikan ilmu yang dipelajarinya di tanah air. “Karena saya mendalami heritage management maka saya berharap dapat turut mengembangkan ilmu bukan hanya di kampus tapi juga ikut mewarnai pelestarian dan pengelolaan heritage di Surakarta”, ungkap sosok yang juga menjadi anggota Tim Ahli Cagar Budaya Kota Surakarta itu.
Namun demikian, berakhirnya studi bukan berarti putusnya hubungan dengan almamater. Apresiasi terhadap hasil riset Nanda mendorong pihak akademisi di Bauhaus Universität-Weimar berkeinginan menjajagi kerjasama dengan UII, setelah hubungan kolaboratif telah terjalin dengan sejumlah perguruan tinggi dari berbagai negara. (EF)