,

UII Awali Aktivitas Kampus Dengan Acara Syawalan

Mengawali aktivitas kampus setelah masa libur Idul Fitri 1438 H, segenap keluarga besar Universitas Islam Indonesia (UII) memenuhi Auditorium Kahar Mudzakkir UII, Senin (3/7), untuk mengikuti acara Syawalan dan Pelepasan Jamaah Haji UII. Acara ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan UII setiap tahunnya.

Tampak hadir di antaranya jajaran Pembina, Pengawas dan Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, para pimpinan di tingkat Rektorat, Fakultas, dan Program Studi UII, para pengurus dan anggota Ikatan Keluarga Ibu-ibu UII, Ikatan Alumni UII, Pensiunan UII, perwakilan Lembaga Kemahasiswaan serta para tamu undangan.

Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH, LLM, M.Hum, Ph.D. dalam sambutannya di hadapan seribu lebih keluarga besar UII yang hadir menyampaikan permohonan maaf. Baik sebagai pimpinan institusi maupun sebagai insan pribadi. Ia menuturkan Rektor dan Wakil Rektor dalam pekerjaannya sehari-hari seperti membuat peraturan, keputusan, membuat kebijakan, tidak semuanya itu dapat disambut dengan baik oleh pihak tertentu. Tentunya ada saja kelemahan dan kekurangan.

“Di dalam mengambil keputusan tidak semua keputusan menyenangkan. Dalam membuat kebijakan tidak selalu bijaksana, ada saja yang menganganggap kebijakan itu tidak bijaksana. Dalam melalukan tindakan mungkin juga banyak menimbulkan ketidak nyamanan,” ungkapnya.

Dalam kesempatan ini Nandang Sutrisno juga menyampaikan ucapan selamat kepada 15 pegawai UII beserta keluarganya yang telah mendapatkan panggilan untuk menjalankan ibadah haji. Hal ini menurutnya patut disyukuri, karena untuk menunaikan ibadah haji harus antri bertahun-tahun.
”Antrian haji sekarang mungkin lebih 10 tahun dan bahkan mendekati 20 tahun. Semoga pegawai UII yang akan berangkat haji diberikan kesehatan, kelancaran dan menjadi haji mabrur,” tandasnya.

Sementara Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Ir. Luthfi Hasan, MS. dalam kesempatannya menuturkan, saum Ramadan yang telah dijalankan dengan baik diharapan dapat meningkatkan kualitas ketaqwaan. Dimana kita bisa menahan amarah, menahan nafsu, dan barangkali di UII kita dapat lebih banyak tabayun dari pada negatif thinking. Selain itu juga mudah sekalai kita untuk memaafkan.

Lebih lanjut Luthfi Hasan mengingatkan, persaingan perguruan tinggi akhir-akhir ini makin terasa. Banyak perguruan tinggi yang dulu kita anggap kecil ternyata banyak yang bangkit. Sebetulnya yang kita perlukan meningkatkan komitmen kita dalam menjalankan amanah. ”Mari kita introspeksi diri masing-masing baik itu dosen maupun juga pemegang amanah struktural,” tuturnya.

Sementara Drs. Imam Mujiono, M.Ag. dalam tausiyahnya menuturkan, syawalan merupakan kultur yang dapat diterima oleh seluruh komunitas, semua etnik, semua mazhab yang ada di Indonesia. Syawalan menurut Imam Mujiono lebih merupakan kegiatan tradisi, bukan kegiatan syariat namun lebih dekat kepada adat. Bukan kegiatan agama tetapi lebih dekat dengan kegiatan budaya.

“OLeh karenanya istilahnya pun berbeda beda. Ada menyebut syawalan, ada juga menyebutnya halal bi halal, juga ada menyebut badan,” ujarnya.