Strategi Berkarier Menjadi Diplomat
Kesempatan untuk mendapatkan proyeksi karier masa depan menjadi salah satu hal menarik selama masa perkuliahan. Selain untuk memetakan minat mahasiswa di dalam dunia kerja, diskusi karier menjadi wadah mahasiswa untuk dapat menggali lebih dalam mengenai bidang yang benar-benar ingin ditekuninya. Untuk itu, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan diskusi karier dengan tema Preparing Yourself to Be a Diplomat pada Senin (30/10) bertempat di Lab. Klasikal lantai 4 Gedung FPSB.
Sesuai dengan tema yang diangkat, diskusi karier ini spesifik membahas mengenai serba-serbi bekerja dan berkarier sebagai seorang diplomat. Dalam kegiatan ini, sivitas akademika HI UII berkesempatan untuk mendengarkan pemaparan materi dari seorang praktisi dan akademisi senior di bidang diplomasi. Ia adalah Dr. Drs. M. Aji Surya, S.H., M.Si., yang juga merupakan Deputy Chief of Mission (DCM) Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Republik Arab Mesir tahun 2019-2023. Tururt berhadi Sekretaris Program Studi HI, Enggar Furi Herdianto, S.IP., M.A., Sekretaris Program Internasional HI, Masitoh Nur Rohmah, S.Hub.Int., M.A., serta Kepala Lab. Diplomasi HI UII, Mohammad Rezky Utama, S.IP., M.Si.
Aji Surya memulai materinya dengan mengajak para peserta untuk mempertanyakan kembali keyakinan terhadap pilihan mereka untuk berkarier dalam dunia diplomasi, khususnya sebagai diplomat. Sebab, ia menganggap bahwa menjadi seorang diplomat dan melakukan tugas kenegaraan di negeri orang tidaklah semudah apa yang selama ini dinarasikan tentang profesi ini. menurutnya, banyak dari lulusan Hubungan Internasional menyimpulkan bahwa profesi diplomat merupakan cara mudah untuk dapat bekerja di luar negeri.
Dalam realitanya, ternyata tidak sesederhana itu tentu saja. Aji Surya menuturkan tentang betapa melelahkannya hidup dan menetap di negara yang berbeda-beda dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu, tugas yang dilakukan di negara penempatan diplomat juga terbilang tidak mudah. Pandemi COVID-19 yang terjadi beberapa tahun silam menjadi salah satu contoh betapa diplomat berperan penting dalam mengawal kesejahteraan Warga Negara Indonesia (WNI) di negara-negara asing, terutama yang turut terdampak oleh pandemi ini.
Tantangan yang lebih berat kerap didapati oleh para diplomat yang ditempatkan di negara-negara yang tengah berkonflik. Tidak jarang mereka berhadapan dengan risiko-risiko besar yang tidak hanya mengancam WNI yang berada di negara tersebut, namun juga mengancam para diplomat itu sendiri. Di samping itu, masih terdapat tugas-tugas pokok seperti promosi budaya dan pembentukan citra Indonesia di negara penempatan diplomat.
Aji Surya juga berkesempatan memberikan tips dan trik untuk meraih kesuksesan dalam berkarier sebagai diplomat. Selain kecakapan bahasa asing, terutama bahasa inggris dan bahasa-bahasa resmi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) lainnya, seorang diplomat menurutnya juga harus siap sedia ditempatkan di berbagai kondisi dan situasi. Fleksibilitas seorang diplomat menjadi salah satu faktor pendukung kesuksesan seorang diplomat dalam upayanya berdiplomasi. “Diplomat itu orangnya fleksibel banget. Begini oke, begitu oke, gaulnya enak gitu sama siapa aja, Ketemu siapa aja harus oke. Harus positif dulu. Kecuali terjadi sebaliknya,” imbuh diplomat yang kerap disapa Pakde Aji ini.
Sebelum membuka sesi tanya jawab, Aji Surya berpesan kepada para peserta untuk terus meningkatkan kualitas diri dan bersiap jika ingin berkarier di bidang ini. kian hari, seleksi untuk menjadi seorang diplomat menurutnya semakin ketat dan kompetitif. Jika hanya mengandalkan gelar sarjana, maka daya saing lulusan Hubungan Internasional biasa masih dianggap belum memenuhi kompetensi. Untuk itu, ia menekankan untuk menjadi beyond certificate, yakni memiliki nilai lebih dari hanya sekadar ijazah. “Jangan kuliah hanya untuk sertifikat. It goes beyond certificate. Sarjana sudah terlalu banyak. Tapi sarjana yang plus-plus-plus, itu yang jarang,” tutupnya. (HM/RS)