3rd ICOLTEC: PBI UII Dorong Inovasi Pengajaran Bahasa di Era Digital

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menyelenggarakan ICOLTEC (International Conference on Language Teaching, Technology, and Culture) 2024 untuk ketiga kalinya pada Jumat (01/11) di Auditorium lantai 3 Gedung FPSB UII. Konferensi internasional ini berlangsung selama dua hari berturut-turut secara bauran dengan tema “Technology and Diversity for Transformative Language Teaching in Digital Era”

Bersama dengan jajaran pembicara kunci seperti Dosen School of Education Culture & Society (Monash University) Associate Professor Dat Bao, School of Education (Western Sydney University) Dr Lynde Tan, Dosen Department of Educational Technology (Ewha Womans University) Prof, Hyo Jeong So, Dosen Pendidikan Bahasa Inggris (Universitas Islam Indonesia) Dr. Adam Anshori, S.S., M.A., dan Dosen Pendidikan Bahasa Inggris (Universitas Islam Indonesia) Dr. Rizki Farani, S.Pd., M.Pd.

Terdapat sekitar 13 bidang keilmuan yang tersedia di konferensi internasional ini yang secara garis besar meliputi tiga konstruk utama, yakni Language Teaching, Technology, dan Culture. Adapun presenternya terdiri dari civitas akademika dari berbagai universitas di dalam negeri maupun diluar negeri, diantaranya Universitas Islam Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Semarang, Universitas Sanata Dharma, Universitas Sebelas Maret, Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Kristen Petra, Universitas Sumatera Utara, UIN Ar-Rainy Aceh, Universitas Riau, Universitas Islam Riau, Institut Parahikama Indonesia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), The University of Western Australia, dan Ankara University.

Turut hadir Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII Dr. Phil Qurotul Uyun, Wakil Dekan Bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Alumni FPSB UII, Nizamuddin Sadiq, S.Pd., M.Hum., Ph.D., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI), Puji Rahayu, S.Pd., M.LS.T., seluruh civitas akademika PBI UII, tamu undangan, dan sejumlah mahasiswa PBI UII.

Acara dimulai dengan pembukaan yang diiringi dengan persembahan tarian tradisional dari Xaviera UII. Dilanjutkan dengan sambutan dari Dekan FPSB UII, Qurotul Uyun mengucapkan rasa syukurnya atas kehadiran para peserta, pembicara, dan panitia dalam International Conference on Language Teaching and Culture. Ia memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan acara ini serta kepada para pembicara dari berbagai universitas internasional dan lokal. Selain itu, Qurotul Uyun berharap agar konferensi ini mampu memberikan pengetahuan baru dan inovasi yang dapat mendukung pengembangan pendidikan bahasa dan pemahaman lintas budaya, serta membuka peluang kolaborasi akademik di masa yang akan datang.

“Kami berharap konferensi ini akan menginspirasi wawasan dan inovasi baru yang berkontribusi pada kemajuan pendidikan bahasa dan pemahaman lintas budaya. Semoga acara ini memicu kolaborasi baru dan membuka lebih banyak peluang untuk pertumbuhan akademik dan praktis.” ungkapnya.

Senada, Adam Anshori selaku The Chairman of Conference mengungkapkan rasa syukur dan penghormatan kepada seluruh pihak yang terlibat di acara 3rd ICOLTEC 2024. Dalam sambutannya, Ia menekankan pentingnya bahwa pengajaran bahasa tidak hanya tentang tata bahasa dan kosakata, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menjadi warga global yang dapat berpikir kritis. Adapun misi utama konferensi ini adalah kegiatan pengajaran bahasa yang lebih bermakna dan berdampak dengan metode, penelitian, dan teknologi terkini guna meningkatkan pembelajaran bahasa yang inklusif dan relevan.

“Ketika kita mengajar bahasa, kita tidak hanya mengajarkan kata-kata; kita mengajarkan siswa untuk menjadi warga dunia, untuk berpikir kritis, dan untuk memahami orang lain dengan lebih mendalam. Konferensi hari ini adalah kesempatan untuk mengeksplorasi bagaimana kita dapat meningkatkan praktik pengajaran kita untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Kita akan berinteraksi dengan metode-metode inovatif, mendengarkan penelitian yang berdampak, dan membahas alat serta teknologi terbaru yang dirancang untuk meningkatkan pembelajaran dan menjadikan pengajaran bahasa lebih dinamis, inklusif, dan relevan,” tutur Adam

Pemaparan materi pertama dari Dr. Dat Bao yang membahas mengenai silence dalam konteks pendidikan, dengan fokus pada pengaruhnya terhadap komunikasi dan ekspresi diri siswa. Ia juga mengungkapkan bahwa silence tidak selalu berarti kurangnya partisipasi, melainkan bisa menjadi mekanisme perlindungan bagi siswa untuk menghindari kritik atau sebagai refleksi mereka terhadap kompetensi diri.

“Para siswa berbicara atau tetap diam bukan karena mereka bisa berbicara atau ingin diam, tetapi karena mereka mengevaluasi kemampuan mereka sendiri,” pungkasnya

Sesi ini bertujuan untuk menggali bagaimana silence dapat diintegrasikan dalam praktik pendidikan guna meningkatkan pengalaman belajar para peserta didik. Ia juga berbagi cerita perihal pengalaman mengajarnya di berbagai negara ASEAN dan metode belajar yang diintegrasikan di dalam kelas.

Menariknya, perbedaan budaya turut dibahas dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa siswa cenderung menyesuaikan gaya komunikasi mereka tergantung pada konteks lingkungan. Dalam kesimpulannya, diskusi ini menyoroti sifat dualistik dari silence dan bicara, di mana keduanya bisa mendatangkan manfaat maupun dampak negatif tergantung pada cara penggunaannya.

“Baik bicara maupun diam bisa menjadi produktif atau merusak. Bicara bisa baik, tapi bicara juga bisa mengganggu. Diam bisa menyenangkan, tapi diam juga bisa menjadi masalah,” tuturnya.

Lebih lanjut, gelar wicara kedua oleh Dr Lynde Tan yang mendiskusikan mengenai Augmented Reality (AR) dalam praktik pendidikan, khususnya dalam pengembangan literasi multimodal siswa. Menurutnya, potensi AR dalam menggabungkan pengalaman virtual dan dunia nyata dapat meningkatkan interaksi siswa melalui berbagai indra seperti sentuhan, penglihatan, dan pendengaran.

“Ketika Anda berinteraksi dengan teks yang disajikan kepada Anda atau yang dimediasi oleh augmented reality .Anda berinteraksi dengannya melalui indera Anda. Oke, Anda menggunakan peraba, penglihatan, apa lagi? Pendengaran juga. Jadi, ini memberikan banyak potensi atau memberi ruang untuk mengembangkan literasi multimodal siswa karena AR bersifat multi-sensorial sekaligus multimodal.”tutur Dr Lynde Tan.

Ia juga menjelaskan bahwa literasi multimodal mencakup berbagai mode komunikasi yang lebih luas diluar membaca dan menulis secara tradisional. Secara keseluruhan, sesi ini bertujuan untuk mendorong para pendidik mengeksplorasi penerapan AR dalam pembelajaran bahasa dan menerapkannya dalam pembelajaran guna memperkaya pendidikan literasi.

“Pemahaman tentang literasi harus diperluas. Literasi bukan hanya tentang belajar membaca dan menulis menggunakan printer, buku, atau bahasa, yang merupakan mode dominan dalam pembentukan makna. Jadi, literasi bukan hanya tentang pembentukan makna. Literasi terkait dengan berbagai mode komunikasi yang saling mendukung, seperti bahasa tertulis atau lisan, mode isyarat, mode visual, gambar statis atau dinamis, dan sebagainya.” ungkapnya.

Terakhir, sebagaimana yang telah disampaikan bahwa konferensi ini berlangsung secara hybrid yang nantinya akan mengkaji tema-tema mengenai beragam inovasi pengajaran bahasa di era digital. (AT/AHR/RS)