Dua dosen Universitas Islam Indonesia (UII) yakni Prof. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. dikukuhkan sebagai professor dalam Bidang Ilmu Kimia dan Prof. Ar. Suparwoko, Ir. MURP. Ph.D. IAI. IAP. sebagai professor dalam Bidang Ilmu Pengantar Rancang Kota dalam Rapat Terbuka Senat UII pada Selasa (31/10), di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir.
Dalam pidato pengukuhannya yang bertajuk Komposit Sebagai Material Maju Untuk Energi
dan Lingkungan, Prof. Allwar yang juga menjabat sebagai Ketua Pengembangan Pendidikan, Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII ini mengemukakan tentang dampak negatif dari kemajuan industri serta pemanfaatan material maju sebagai bagian dari mitigasi dampak negatif tersebut.
Disampaikan Prof. Allwar, nanokomposit menjadi fokus utama dalam penelitiannya kali ini, yakni meliputi nanokomposit sebagai adsorben serta katalis untuk proses hidrokraking atau hidrogenasi dalam mencari sumber energi terbarukan.
Menurutnya, Aplikasi nanomaterial komposit sangat menjanjikan sebagai adsorben dan fotokatalis terutama untuk menjaga kesehatan lingkungan perairan. Sintesis nanomaterial seperti Fe304/karbon aktif, NiO-ZnO/karbon aktif, Fe304-Ti02/karbon Aktif, CuO/karbon aktif, Ag2O-ZnO/nanoselulosa telah di analisis dan di uji kapasitasnya sebagai adsorben pada proses adsorpsi fenol dan klorofenal, zat warna sentetik seperti rhodamine B dan metil orange, limbah obat-obatan seperti metformin, terasiklin, ibuprofen dll.
Di samping pembahasan utama mengenai nanomaterial, Prof. Allwar yang juga masih aktif mengajar di program studi kimia UII ini juga mengemukakan beragam tantangan dalam perkembangan nanoteknologi di Indonesia, seperti perkembangannya yang masih relatif lambat, hasil riset yang masih berada dalam skala kecil, dan penelitian potensial yang masih belum mampu mencapai tahap implementasi.
Tantangan lain juga muncul dari belum banyaknya orang yang mengetahui manfaat besar dari nanomaterial khususnya karbon aktif. “tidak banyak orang mengetahui keistimewaan dari karbon aktif, hingga banyak Masyarakat tidak tertarik melakukan bisnis karbon aktif,” tutur Prof. Allwar.
Inovasi Pengembangan Kota Kecil
Dalam kesempatan penyampaian pidato pengukuhan selanjutnya, Prof. Suparwoko mengangkat materi tentang Inovasi Pengembangan Kota Kecil Berbasis Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Indonesia. Pria yang meraih gelar Doktor dari Victoria University of Technology, Australia ini mengemukakan beberapa topik dalam rangkum penelitiannya antara lain Hilirisasi Desa Kota, Inovasi Pengembangan Kota Kecil, Inovasi Tipologi Rumah MBR, serta Inovasi Material.
Dalam topik pembuka, Prof. Suparwoko membawa Pantai Selatan Jawa Tengah sebagai studi kasus untuk hilirisasi desa kota dengan kajian wisata Pantai. Seraya memaparkan keindahan lanskap beberapa Pantai di Jawa Tengah, dikemukakan juga lonjakan jumlah objek wisata yang menurutnya memerlukan waktu kurang lebih 20 tahun untuk mencapai tingkat yang demikian signifikan.
Menurut Prof. Suparwoko, upaya penelitian yang juga mengawal perkembangan Pembangunan infrastruktur dari beragam dimensi di wilayah tersebut juga turut mengantarkan arus kesejahteraan yang cukup kuat, terutama dalam dimensi Pendidikan dan ekonomi Masyarakat. Bagian paruh pertama ini ditutup dengan visi pengembangan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Selanjutnya, Prof. Suparwoko mengemukakan bahwa pembangunan kota kecil berbasis perumahan MBR sangat signifikan dibutuhkan dan perlu dilakukan secara simultan kerjasama top down dan bottom up. Pembangunan ini sangat baik dan rasional untuk dirancang, mengingat pendekatan yang digunakan adalah local genius dari Surya Mandala dan Catur Gatra Tunggal dari Kerjaan Majapahit.
Temuan Prof. Suparwoko terinspirasi dari Pembangunan kota Barcelona, Spanyol sejak tahun 1830-an mengenai Kerjasama antara Madrid dan Barcelona dalam peneluran konsep perluasan kota dan mengutamakan daerah di luarnya. Pendekatan ini juga ditemukan dalam Surya Majapahit meski belum digunakan untuk pendekatan spasial. Ia juga menitik beratkan pada Local Genius Catur Gatra Tunggal, yakni integrasi ideal antara Keraton, Agama, Alun-alun, serta Pasar yang diolah menjadi alternatif pengembangan kota kecil di Indonesia.
Di samping temuan-temuannya, tidak lupa Prof. Suparwoko mengingatkan tentang pentingnya Upaya integrasi dan kerja kolektif antar stakeholder yang seharusnya terlibat. “Pembangunan kota kecil berbasis MBR di Indonesia perlu kebersamaan potensi integrasi PENTAHELIX (konsep multi pihak) yang bekerja sama antara Pemerintah, Masyarakat, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, dan Media Masa” tutur Prof. Suparwoko.
Dalam hal ini, dikemukakan Prof. Suparwoko peranan perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi lebih proaktif untuk meningkatkan alokasi dana kegiatan dan fasilitas laboratorium untuk kepentingan lapangan. Salah satu Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui percobaan dan pembuatan model pembangunan kawasan dan perumahaan, serta pembuatan puwarupa bangunan rumah MBR beserta komponen atau konstruksinya.
“Ilmu adalah sesuatu yang lapang dan berada di lapangan – kampus adalah bagian sangat penting berada di lapangan,” tutup Prof. Suparwoko. (HM/RS)