Selalu asah dan tambah kecakapan Saudara. Apa yang sudah Saudara kuasai sampai hari ini, insyaallah akan menjadi modal awal untuk berkontribusi dengan beragam peran. Tapi ingat, lingkungan berubah, tuntutan bertambah.
Untuk menjamin relevansi keberadaan Saudara dan untuk memastikan kontribusi terbaik, pilihannya tidak banyak. Salah satunya adalah dengan terus belajar. Dari beragam sumber, dengan berbagai cara.
Salah satu kecakapan masa depan yang sering disebut adalah terkait dengan mahadata. Kita menjadi saksi, bahwa data dan informasi sangat melimpah, sehingga kita tidak mungkin mengunyah semuanya. Jika di masa lampau tantangannya adalah mencari informasi, saat ini berubah, tantangannya adalah menyaringnya, untuk mengambil beragam keputusan.
Kehadiran teknologi mutakhir yang menjadi bagian keseharian, seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), juga menjadi bahan diskusi di banyak kesempatan. Sebagian orang menebar ketakutan bahwa teknologi tersebut akan menggantikan peran manusia, sebagian lain melihatnya dengan optimisme. Bagi ahli tekno-optimis, kehadiran kecerdasan buatan tidak menghilangkan peran manusia tetapi justru membebaskannya: mengotomatiskan aktivitas yang menyita waktu manusia. Manusia bisa menggunakan waktunya untuk hal lain.
Ilustrasi pembuka
Ini soal bingkai. Pilihan bingkai akan mempengaruhi banyak hal dan ini valid untuk banyak konteks.
Berikut adalah sebuah ilustrasi. Prof. Regina Barzilay, ahli kecerdasan buatan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), bersama tim yang latar belakang lintasdisiplin, mengubah bingkai dalam menemukan antibiotik yang membunuh bakteri jahat. Mereka tidak mencari zat yang mempunyai karakteristik serupa dengan zat penyusun antibiotik sebelumnya. Pendekatan lama yang biasa digunakan adalah mencari kemiripan struktural zat.
Mereka mengubah bingkai, yang berfokus pada efek zat: apakah zat tersebut membunuh bakteri? Mereka mengubah isu penemuan antibiotik, dari bersifat biologikal menjadi informasional.
Sebuah algoritma dilatih dengan lebih dari 2.300 senyawa, berharap menemukan yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Model yang dihasilkan diaplikasikan pada sekitar 6.000 molekul pada sebuah basis data. Selanjutnya, model diaplikasi pada 100 juta molekul dari basis data lain. Di awal 2020, mereka akhirnya menemukan sebuah molekul pembunuh bakteri.
Berita di media yang muncul adalah bahwa kecerdasan buatan telah menemukan antibiotik. Ada yang salah dengan perspektif ini karena tidak menggambarkan cerita sebenarnya.
Penemuan ini bukan kemenangan kecerdasan buatan, tetapi kesuksesan kognisi manusia: yang mengubah bingkai dalam menemukan molekul pembunuh bakteri. Apresiasi seharusnya diberikan kepada kecakapan manusia, bukan kepada teknologi baru.
Prof. Barzilay menjelaskan, “Manusialah yang memilih senyawa, mengetahui apa yang mereka lakukan ketika memberikan material kepada model untuk dipelajari”. Manusia yang mendefinisikan masalah, mendesain pendekatan, memilih molekul untuk melatih algoritma, dan memilih basis data zat untuk diteliti.
Model mental
Itulah hebatnya bingkai yang mendasari model mental (mental model). Model mental ini menjadikan dunia lebih dapat dipahami, karena memungkinkan kita melihat pola, memprediksi kejadian, dan memahami beragam kejadian di depan mata.
Kita menggunakan dalam banyak kesempatan: mulai dari sebagai memilih sekolah, menentukan karier, membangun rumah, menjadi orang tua, dan lain-lain. Bingkai ini bisa berubah. Yang paling berbahaya adalah ketika seseorang mempunyai bingkai yang tidak membuka alternatif lain.
Soal kekuatan bingkai ini, dibahas dengan sangat apik dalam buku Framers (Cukir, Mayer-Schonberger, & de Vericourt, 2021). Ilustrasi di atas ada di dalam buku ini.
Penulis buku menyatakan jika ingin menggunakan bingkai dengan baik, kita perlu mengaplikasikan pola pikir kausalitas (sebab-akibat), konterfaktual (membayangkan realitas yang berbeda), dan mengenali batasan-batasan.
Dalam suatu waktu, ada kalanya bingkai lama sudah tidak relevan, dan kita perlu merevisinya atau bahkan menggantinya dengan yang sama sekali baru. Selain itu, beragam bingkai mungkin hadir berdampingan.
Bingkai keseharian
Kita bisa tambahkan ilustrasi sederhana untuk menegaskan bahwa bingkai yang tepat akan menjadikan banyak hal menjadi lebih baik.
Bagaimana jika kita melihat beragam masalah dengan bingkai seperti berikut. Kita bersyukur
- untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mi instan, karena itu artinya ia bersama kita bukan dengan orang lain;
- untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum;
- untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan;
- untuk tagihan pajak yang cukup besar, karena itu artinya kita bekerja dan digaji tinggi.
- untuk sampah menumpuk selepas pertemuan yang harus kita bersihkan, karena itu artinya keluarga kita dikelilingi banyak teman;
- untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya kita cukup makan;
- untuk rasa lelah, capai, dan penat di penghujung hari, karena itu artinya kita masih mampu bekerja keras;
- untuk semua kritik yang kita dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat;
- untuk bunyi alarm keras pukul 04.00 pagi yang membangunkan kita, karena itu artinya kita masih bisa terbangun dan masih hidup; atau
- untuk ijazah bertumpuk-tumpuk yang harus ditandatangani rektor, karena itu artinya proses pembelajaran berjalan efektif dan mahasiswa menyelesaikannya dengan baik.
Daftar di atas dapat diperpanjang. Bingkai di atas tentu tidak dimaksudkan untuk menjadi pembenar semua tindakan yang tidak produktif.
Saya termasuk yang percaya, bingkai yang tepat akan menjadikan kita lebih produktif dan sekaligus lebih bahagia dalam menjalani hidup.
Referensi
Cukier, K., Mayer-Schönberger, V., & de Véricourt, F. (2021). Framers. Penguin.
Sambutan pada wisuda doktor, magister, sarjana, dan diploma Universitas Islam Indonesia, 25-26 November 2023.