Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) meluncurkan Layanan Mualaf UII atau disebut dengan eLMu UII. Acara dihelat di Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII, pada Jumat (10/3) dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube DPPAI.

Acara ini sekaligus memeriahkan Milad ke-80 UII dan dihadiri oleh salah seorang tokoh mualaf Indonesia, Koh Hanny Kristianto yang menjadi pembicara pada talk show bertemakan ‘Aku Bahagia Menjadi Muslim’.

Read more

Kita semua bersyukur, tepat pada 27 Rajab 1444, Universitas Islam Indonesia (UII) berusia 80 tahun menurut kalender kamariah. Dalam konteks global, bagi sebuah universitas, usia 80 tahun masih tergolong ‘muda’, meski Universitas Islam Indonesia (UII) lahir sebelum Indonesia merdeka dan merupakan pionir pendidikan tinggi nasional.

 

Usia dan kemajuan

Bandingkan, misalnya, dengan beberapa universitas maju di beberapa pojok dunia. Universitas Yale di Amerika Serikat (AS) telah berusia 312 tahun. Universitas Harvard di AS sudah beroperasi selama 386 tahun. Universitas Oxford di Inggris sudah mendidik mahasiswa sejak 922 tahun lalu. Universitas Bologna di Italia sebagai universitas tertua di Eropa sudah berumur 935 tahun, dan bahkan Universitas Al-Azhar di Mesir memberikan layanan pendidikan sejak 1.053 tahun silam.

Apakah ini berarti untuk menjadi maju dan berkelas dunia, sebuah universitas harus menunggu waktu? Sebelum menjawab, mari kita berikan fakta beberapa universitas maju lainnya, berikut.

Universitas Stanford di AS ‘baru’ berusia 137 tahun. London School of Economics and Political Science di Inggris sedikit lebih ‘muda’ dengan umur 128 tahun. Kini, National University of Singapore berumur 118 tahun. Australian National University belum juga terlalu tua, karena baru berusia 77 tahun. Universitas Monash di Australia didirikan pada 1958, alias baru beroperasi selama 65 tahun, dan bahkan Universitas Maastricht di Belanda baru melayani selama 47 tahun.

Meskipun tidak sesederhana membandingkan dua buat apel, upaya komparasi ini sejalan dengan visi UII yang beraspirasi menjadi “setingkat universitas yang berkualitas di negara-negara maju”, tanpa menanggalkan keunikannya.

Fakta ini memberikan jawaban atas pertanyaan di atas: usia memang bisa mengakumulasikan kemajuan, tetapi kemajuan bukan soal usia saja.

 

Kemajuan dan kualitas

Tentu, mendefinisikan kemajuan bukan perkara sederhana. Namun, tampaknya kita mudah bersepakat, jika kemajuan diindikasikan oleh kualitas. Secara sederhana, kualitas sebuah universitas bisa diwakili dengan dua jenis produknya: artefak akademik dan lulusan.

Artefak akademik bisa mewujud dalam beragam bentuk termasuk hasil penelitian, teknologi, publikasi, gagasan, paten, dan lain-lain. Kualitasnya sangat tergantung banyak hal, termasuk pengakuan dari komunitas akademik global, tingkat relevansi dalam penyelesaian masalah kontemporer di lapangan, dan penghargaan dari pihak eksternal (seperti masyarakat, industri, dan pemerintah).

Kualitas lulusan biasanya dilihat dari keterserapannya di tengah-tengah masyarakat, tingkat penghargaan masyarakat atas kompetensinya, peran yang dimainkan, dan juga dampak dari kiprah. Maaf, untuk para penganut mazhab positivistik, tidak semua indikator ini mudah diukur dengan deretan angka.

Kualitas kedua produk tersebut tentu tidak terlepas dari kualitas beragam proses internal (termasuk pembelajaran dan penelitian) serta iklim akademik yang terbangun. Bisa jadi, kualitas iklim akademik bahkan menjadi prasyarat.

Iklim akademik yang sehat untuk lahirnya artefak akademik dan lulusan berkualitas tidak lahir begitu saja. Peran para aktor yang terlibat, terutama dosen dan mahasiswa, menjadi sangat penting, tanpa menafikan peran tenaga kependidikan yang juga signifikan.

Ini pun terjadi lintasgenerasi. Semua kemajuan yang ada, tidak berangkat dari kertas kosong. Ada kontribusi aktor lampau yang harus selalu dihargai. Saat ini, beragam kemajuan sudah dicapai oleh UII. Tetapi, harus jujur diakui, tanpa mengurangi rasa syukur, kemajuan yang terjadi belum dalam kecepatan yang optimal.

 

Kerja kolektif dan inovasi

Jika konseptualisasi sederhana di atas disepakati, sekaranglah saatnya melakukan refleksi menyongsong saty abad UII pada 1464H yang bertepatan dengan 2042 M.

Paling tidak terdapat dua aspek penting yang bisa membimbing. Aspek pertama terkait  dengan kerja kolektif. Tidak mungkin sebuah universitas menjadi maju tanpa kontribusi konsisten semua warganya. Karena hal ini pula, tak seorangnya berhak mengklaim setiap pencapaian baik sebagai kerja individual.

Jika aspek pertama terkait dengan aktor, yang kedua ini terkait dengan tindakan aktor, yang selalu mengikhtiarkan inovasi alias pembaruan. Tradisi baik memang perlu terus dilanggengkan, tetapi hal itu bukan menjadi alasan untuk tidak membuka diri terhadap pemikiran dan praktik baru. Tentu, selama tidak berlawanan dengan nilai-nilai yang disepakati.

Kedua aspek ini juga yang menjadikan universitas ‘muda’ membukukan kemajuan pesat. Tidak semua jalan kemajuan bersifat linier. Ada pilihan jalan lain, yang mengandung kejutan yang membawa perubahan radikal: punctuated equilibrium.

Siapkah kita untuk keluar dari zona zaman, menghadapi kejutan, dan galak kepada diri sendiri? Jika siap, tampaknya untuk semakin maju, kita tidak harus selalu menunggu waktu.

Lagi-lagi, ini adalah pilihan yang mengandaikan kesepakatan bersama, dan bukan satu dua gelintir orang saja.

Tulisan dimuat dalam UIINews edisi Februari 2023.

Musyawarah Nasional (Munas) XIII Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKSPTIS) yang diselenggarakan di Universitas Islam Indonesia (UII) pada Kamis (9/3) menyepakati sepuluh poin pernyataan sikap untuk merespons masalah pendidikan dan kebangsaan. 

Ketua Umum BKSPTIS terpilih periode 2023-2027, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. yang juga Rektor UII menilai pernyataan sikap tersebut dikeluarkan karena tergerak dari kesadaran sebagai anak bangsa yang mendambakan Indonesia semakin maju.

Read more

Musyawarah Nasional (Munas) XIII Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKSPTIS) yang diselenggarakan di Universitas Islam Indonesia (UII), pada hari kedua, Kamis (09/03) menyepakati secara aklamasi Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. sebagai Ketua Umum Terpilih Periode 2023-2027.

Read more

Musyawarah Nasional (Munas) Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKSPTIS) se-Indonesia hari pertama di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), pada Rabu (08/03) menghadirkan pemaparan dari dua perwakilan organisasi massa Islam, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Agenda pertama mengundang Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang diwakili oleh Katib Syuriah PBNU, K.H. Abu Yazid Al-Busthami. Dalam pidato yang bertemakan “Merawat Jagat dan Membangun Peradaban”, Gus Yazid membawakan tiga pilar yang menjadi modal NU dalam pembangunan peradaban, yakni sejarah, infrastruktur peradaban, infrastruktur organisasi.

Read more

Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) menyelenggarakan seminar nasional dalam rangka Milad ke-80 UII yang digelar di Auditorium Lantai 4 FH UII pada Rabu (8/3). Seminar bertemakan “Hukum dan Kebijakan Pembangunan” ini menghadirkan Prof. Dr. Sidharta, S.H., M.Hum., Guru Besar Ilmu Filsafat Universitas Bina Nusantara sebagai narasumber utama. Turut hadir Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, dan Alumni, Dr. Drs. Rohidin, SH., M.Ag.

Read more

Musyawarah Nasional (Munas) XIII Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKSPTIS) yang digelar di Universitas Islam Indonesia (UII) pada 8-9 Maret 2023 menghadirkan isu-isu aktual. Salah satunya yakni peran perguruan tinggi Islam dalam mempertahankan keamanan di era digital. Seperti yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H., S.U. pada Rabu (08/03) di Auditorium Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir. Menkopolhukam RI yang juga Guru Besar UII tersebut diundang sebagai salah satu pembicara dalam sesi Munas tersebut.

“Hankamnas itu kita pahami dulu dengan pengertian sederhana yang sama, menjaga keutuhan ideologi dan teritori agar Indonesia terus melaju menuju keadaan “Merdeka, Bersatu, Berdaulat, Adil, dan Makmur” dasarnya adalah nasionalisme, hubbul wathon,” ungkap  Prof. Mahfud MD.

Read more

Peran universitas Islam swasta dalam mewujudkan pendidikan berkualitas bagi generasi bangsa dewasa ini menjadi semakin eksis. Berbagai terobosan dalam dunia pendidikan dan tetap berlandaskan pada nilai-nilai luhur terus dihasilkan secara produktif sebagai bentuk sumbangsih universitas Islam swasta bagi kemajuan bangsa.

Untuk terus mengawal kontribusi positif ini, Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKSPTIS) menggelar Musyawarah Nasional (Munas) XIII yang bertempat di Auditorium Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir, Universitas Islam Indonesia (UII) pada Rabu-Kamis (8-9/3).

Read more

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) melebarkan sayap kerja sama dengan rumah sakit di Thailand melalui Penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Bangkok Hospital, Hat Yai. Acara digelar di Auditorium Fakultas Kedokteran (FK), Lantai 1, Kampus Terpadu UII, pada Senin (06/03).

Seusai berkisah singkat soal sejarah kampus, Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mengharapkan agar kunjungan tersebut dapat bermanfaat dalam waktu dekat. “Kami sangat bahagia untuk menerima undangan Anda sekalian untuk berkolaborasi, sebagaimana yang sering saya sampaikan pada para kolega, ‘kalau ingin pergi cepat, jalanlah sendiri. Kalau ingin pergi jauh, jalanlah bersama.’ Adapun kita ingin pergi jauh, sehingga kita harus menjaga rasa kebersamaan,” ucapnya.

Read more

Kegiatan Coffee Morning Lecture perdana yang diselenggarakan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) mengangkat tema “Prospek dan Tantangan Penerapan Hydropower di Indonesia”. Acara yang berlangsung pada Kamis (02/03) di Ruang IRC Gedung Moh. Natsir Kampus FTSP UII itu menghadirkan Ir. Eman Surahman, M.Tech, M.Eng. Ia adalah alumni Teknik Sipil UII (1986-1980) yang juga bekerja sebagai Direktur di PT. Waskita Sangir Energi. 

Read more