Center for International Language and Cultural Studies Universitas Islam Indonesia (Cilacs UII) menandatangani penandatanganan surat kerja sama (MoU) tentang pelaksanaan tes bahasa Arab (SIMLA) di Universitas Jambi (UNJA) pada Kamis (9/6). Penandatanganan berlangsung di Kantor Cilacs UII, Jl. Demangan Baru No.24, Sleman, Yogyakarta.

Kunjungan instansi ini sangat berarti bagi kedua belah pihak karena masing-masing memiliki tujuan yang sama yaitu dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia khususnya bidang kompetensi bahasa asing, baik Bahasa Inggris maupun Bahasa asing lain.

Read more

Pagelaran bola voli dalam rangka Milad ke-79 Universitas Islam Indonesia (UII) telah memasuki babak final. Pertandingan final putri mempertemukan Fakultas Kedokteran (FK) dengan Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE). lSementara final putra mempertandingkan antara Rektorat melawan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Read more

Peran Indonesia dalam menengahi konflik Afghanistan tidak bisa dielakkan. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang menyatakan Indonesia berkewajiban menjaga ketertiban dunia, perdamaian, dan menghapus penjajahan di atas dunia. Sebagaimana disampaikan Duta Besar Republik Indonesia untuk Afghanistan, Dr. Arief Rachman M.D, dalam acara Ambassadorial Lecture di Gedung Kuliah Umum Sardjito, Kamis (9/6). Ia menjelaskan bahwa tugas tersebut disambut baik oleh Indonesia melalui pengiriman pasukan perdamaian ke berbagai zona-zona konflik dunia. Acara ini digelar oleh Prodi Hubungan Internasional UII dan dihadiri para mahasiswa.

Read more

Setiap bangsa mempunyai takdirnya masing-masing. Dalam lintasan takdir tersebut, ada pasang dan surutnya. Ada pencapaian yang perlu dirayakan, dan juga krisis yang perlu ditangkis. Krisis dapat disebabkan faktor eksternal, seperti serangan negara lain, atau juga gejolak internal, seperti gejolak politik domestik.

Sebagian krisis terjadi secara tiba-tiba, sisanya bertahap. Sebagian bangsa bisa keluar dari krisis dengan cepat, sebagian lain berjuang untuk waktu yang lebih lama.

Perjuangan beragam bangsa untuk keluar dari krisis ini didokumentasikan dengan ciamik dalam buku Upheaval: Turning Points for Nations in Crisis, karya Jared Diamond (2019).

Di sana ada kisah kebangkitan Finlandia setelah diserang Soviet dan narasi transformasi di Jepang selepas kekalahannya pada Perang Dunia Kedua. Ada juga di dalamnya, cerita tentang kebangkitan Indonesia bakda percobaan kudeta pada 1965 dan juga pengalaman Chile sehabis mengalami masalah domestik terkait dengan kudeta militer. Di bagian akhir buku, juga dikisahkan bagaimana Jerman dan Australia bangkit dari krisis yang terjadi secara perlahan.

Saat ini, krisis masih berlangsung, di beberapa negara. Bahkan, krisis bisa terjadi lintasnegara alias mengglobal. Termasuk di antaranya terkait dengan ketidakadilan, imigrasi lintasnegara karena konflik, pasokan energi yang semakin terbatas, manajemen sumber daya alam, perubahan iklim, dan juga polarisasi karena faktor politik.

 

Krisis Afghanistan?

Saya menduga apa yang terjadi di Afghanistan dapat dimasukkan ke dalam situasi krisis. Dan, ini sudah berlangsung lama. Meski, sebagian orang mungkin menganggapnya berbeda.

Pengambilalihan kekuasan oleh Taliban pada September 2021 menjadi babak baru. Apakah ini menjadi akhir krisis? Tak seorang pun tahu.

Yang jelas, pembacaan kita pada narasi yang beredar, membuat kita berpikir agak mendalam. Misalnya, dengan kata kunci Afghanistan di laman majalah bergengsi Foreign Affairs, saya temukan 271 entri. Tidak semuanya baru. Tetapi, di antara tulisan yang baru, perspektif yang diangkat tidak menggambarkan optimisme. Tulisan pada 8 Desember 2022, sebagai contoh, berjudul When terrorists govern dengan kalimat pengawal artikel “The Taliban’s takeover is inspiring other jihadis”. Tulisan yang lebih mutakhir yang terbit pada 28 Maret 2022, bertajuk The Taliban have not moderated dan diikuti dengan kalimat pembuka “An extremist regime is pushing Afghanistan to the brink”.

Saya juga memeriksa kanal majalah lain, The Economist. Tulisan pada 29 Januari 2022 mengusung hasil survei, dan diberi judul agak panjang: Afghans are more pessimistic about their future than ever, yang dibuka dengan penjelasan ringkas “A new survey paints a grim picture of life under the Taliban”. Atau, yang lebih hangat, pada 14 Mei 2022 sebuah tulisan yang ditayangkan berjudul: The Taliban crave recognition but refuse to do anything to earn it dan dengan kalimat pengawal artikel: “Afghanistan’s neighbours are wondering how on earth to deal with it”. Puluhan kepala berita lainnya juga mengusung tema senada: pesimisme.

Semua kisah tersebut kelabu. Ini bisa menjadi salah satu pertanda krisis, ketika kepercayaan menurun atau paling tidak dipersepsikan sedang menurun.

 

Merawat optimisme

Pengatasan atas krisis harus dimulai dengan pengakuan akan keberadaanya, yang diteruskan dengan menerima tanggung jawab, dan bukan berlagak menjadi korban dan terus menerus menyalahkan pihak lain. Aksi ini, kemudian, dikuti membuat pagar dengan melakukan perubahan selektif dan juga bisa jadi meminta bantuan negara lain, plus menggunakan pengalaman negara lain sebagai cermin (Diamond, 2019).

Tampaknya, Indonesia, dapat hadir, terutama di bagian akhir ini, untuk memberikan bantuan dan juga menjadi model pembentukan harmoni bangsa yang majemuk. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa Indonesia dapat diterima oleh faksi-faksi yang bertikai di sana.

Namun demikian, saya masih berkeyakinan, ada banyak kisah optimisme di sana, yang bisa jadi karena satu atau lain hal, belum atau bahkan tidak dimunculkan oleh media. Kekuatan media dengan keleluasaannya memilih sudut pandang, sangat mempengaruhi kita dalam memandang sebuah peristiwa.

Terkait dengan isu ini, kita dapat belajar dari perspektif Edward Said (1978) yang tertuang dalam buku terkenalnya, Orientalism. Di dalamnya, Said membahas bagaimana media Barat membingkai Timur. Dunia Islam termasuk di dalamnya. Krisis pun bisa dengan sengaja dibuat oleh kelompok tertentu. Apa yang terjadi di film, seperti Tomorrow Never Dies, bukan lagi isapan jempol, meski hadir dalam bentuknya yang berbeda.

Terlepas dari beragam cerita pengikutnya, termasuk intervensi negara lain, sebuah bangsa memang harus mendesain masa depan dan memilih takdir sendiri, dengan ikhtiar terbaik.

 

Referensi

Diamond, J. (2019). Upheaval: Turning points for nations in crisis. New York: Little, Brown and Co.

Said, E. W. (1978). Orientalism. London: Routledge.

 

Sambutan pembuka pada Ambassadorial Lecture oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Afghanistan Dr. Arief Rachman M.D., pada 9 Juni 2022.

Pentingnya Menjaga Sport Performance

Universitas Islam Indonesia (UII) mendapatkan Gold Champion pada helatan Islamic Entrepreneurial Marketing Award 2022 untuk kategori Islamic Entrepreneurial Campus. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh MarkPlus Islamic.

Read more

Para pimpinan dan manajemen Universitas Islam Indonesia (UII) berkumpul di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito UII, Selasa (7/6) guna menghadiri seremoni pelepasan purna menjabat Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik dan Riset Periode 2018-2022, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc. Acara diawali dengan santap siang bersama di Selasar GKU.

Read more

Pada gelaran pertandingan voli hari kedua peringatan Milad UII ke-79, tersaji pertandingan tim putri tenaga kependidikan (tendik) Fakultas Hukum (FH) melawan tendik Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP). Pertandingan yang dihelat di Gedung Olahraga (GOR) UII Ki Bagoes Hadikoesoemo pada hari Selasa (7/6) tersebut berhasil dimenangkan oleh tim putri dari FTSP. Tim FH yang di set pertama berhasil mendominasi jalannya pertandingan harus mengakui ketangguhan tim FTSP di 2 set terakhir dengan total perolehan skor (22-25, 17-25, 15-8). 

Set pertama, tim FH dan FTSP langsung menyuguhkan momen saling serang antara kedua tim, hingga peluit set pertama ditiup, FH berhasil unggul dengan skor 25-22. Kunci kemenangan set pertama dari FH ada pada server mereka yang cukup piawai dalam mendistribusikan bola ke area lawan, sehingga banyak dari poin yang tercipta adalah dari service yang baik.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan workshop Pengelolaan Jurnal Berbasis OJS (Open Journal Systems) 3 Bagi Pengelola Jurnal di Lingkungan UII. Workshop luring yang diikuti kurang lebih 64 peserta berlangsung di Ruang Audio Visual Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA) (PKPA) Fakultas Hukum (FH) UII. Workshop yang diselenggarakan pada hari Senin (6/22) ini terbagi menjadi 2 sesi dengan pemateri Muhammad Al Madani, S.M.

Read more

Tim voli putri Rektorat Universitas Islam Indonesia (UII) berhasil menumbangkan Tim voli Putri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UII) pada laga perdana pertandingan voli dalam rangka memeriahkan milad UII yang ke-79. Pertandingan yang berlangsung cukup singkat tersebut berakhir dalam dua set beruntun (25-6, 25-11). Digelar di Gedung Olahraga (GOR) Ki Bagoes Hadikoesoemo UII, pertandingan ini menjadi awal yang sangat baik untuk membuka pertandingan-pertandingan olahraga dalam rangkaian Milad UII terutama cabang olahraga voli.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan kerja sama dari Kalurahan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta. Kunjungan ini dalam rangka membahas kerja sama dalam penataan kawasan dan pemberdayaan masyarakat. Pertemuan kedua belah pihak dilaksanakan pada Jumat (3/6) di Ruang Sidang Datar GKU Lt. 2 pukul 09.00-11.00. 

Diskusi potensi kerja sama UII dengan Kalurahan Purbayan ini dihadiri oleh Drs. Muftachul Alfin, MSHRM sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dari Kalurahan Purbayan dan juga beberapa tokoh dosen perwakilan dari UII salah satunya ialah Ketua Jurusan Arsitektur, Prof. Noor Cholis Idham, Ph.D., IAI. 

Read more