Sejarah panjang manusia memberikan pelajaran penting kepada kita, bahwa tidak ada bangsa atau peradaban di muka bumi ini yang mampu berkembang dan berkemajuan tanpa dukungan sumber daya manusia yang mumpuni. Manusia adalah aktor peradaban yang menavigasi setiap perubahan. Kemampuan manusia dalam memahami lingkungannya serta merespons setiap perubahan dengan tepat dan cepat, dalam konteks ini, sangat penting.
Sumber daya manusia yang mumpuni tak mungkin lahir tanpa pendidikan berkualitas. Rumus ini valid untuk semua konteks, tak terkecuali Indonesia. Karenanya, mendiskusikan dan mengawal pendidikan menjadi sangat kritikal untuk kemajuan sebuah bangsa.
Dua masalah
Refleksi atas kondisi mutakhir di Indonesia, paling tidak memunculkan dua isu besar pendidikan nasional yang masih menyisakan pekerjaan rumah kolektif yang harus terus memerlukan perhatian bersama.
Isu pertama terkait dengan kualitas pendidikan. Beragam data yang bisa kita akses mendukung kesimpulan yang tidak mengenakkan ini. Kualitas pendidikan Indonesia, jika dibandingkan dengan bangsa lain dalam beberapa indikator, juga belum menggembirakan.
Kualitas ini bisa terkait dengan banyak aspek, mulai dari hulu sampai hilir. Termasuk di antaranya adalah kebijakan yang jelas dan bebas kepentingan jangka pendek, kualitas pengawal proses pembelajaran, kelengkapan infrastruktur dan fasilitas, sampai dengan kualitas dan koherensi materi pembelajaran untuk semua jenjang.
Pemerataan akses atau kesempatan adalah isu yang kedua. Memperoleh pendidikan yang berkualitas adalah hak seluruh anak bangsa, tak terkecuali. Karenanya, ketersebaran geografik, keterjangkauan biaya, dan ketersediaan kapasitas/kursi perlu mendapatkan perhatian serius. Negara harus hadir di sini.
Ketika negara belum sanggup karena keterbatasan kapasitas, kehadiran masyarakat dalam membantunya, perlu disambung hangat dan dirayakan. Bukan justru sebaliknya, dipersulit dengan kekangan regulasi yang menyita ruang inovasi.
Mereka juga anak kandung yang perlu mendapatkan perhatian seperti halnya lembaga pendidikan yang sepenuhnya atau sebagian besar dibiayai oleh negara. Tentu, itu bukan soal di atas kertas, tetapi mewujud nyata di lapangan.
Itu semua tidak mungkin tanpa dukungan anggaran yang cukup dari negara. Alokasi anggaran yang masuk akal, penggunaan yang tepat sasaran dan bebas kebocoran menjadi sangat penting. Apalagi ketika anggaran yang ada bahkan masih terbatas.
Tantangan zaman
Potret di atas perlu dilengkapi dengan peneropongan masa depan. Setiap zaman memiliki tantangannya masing-masing. Apa yang valid dan cukup di masa lalu, belum tentu relevan untuk masa kini. Demikian juga untuk masa depan.
Karenanya, untuk merespons perubahan yang sangat cepat dan menyiapkan diri untuk masa depan, perlu dilakukan beragam upaya. Peta jalan yang digariskan Unesco pada 2020, dalam laporan bertajuk Education for Sustainable Development, dapat menjadi rujukan awal. Tentu dengan tetap membuka ruang kontekstualisasi.
Kesadaran akan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan menjadi pijakan dalam mendesain peta jalan. Terdapat empat area prioritas, yaitu transformasi lingkungan pembelajaran, peningkatan kapasitas pendidik, pemberdayaan dan mobilisasi pemuda, serta akselerasi aksi tingkat lokal.
Transformasi lingkungan pembelajaran dapat dilakukan dalam beberapa aspek, termasuk lingkungan pedagogi, konten pembelajaran, dampak pembelajaran, dan ujungnya adalah transformasi sosial. Semua ini harus dibingkai dengan kesadaran pentingnya pembangunan berkelanjutan. Pembelajaran harus mencakup beragam dimensi: kognitif, sosial dan emosional, juga perilaku.
Pendidik yang berkualitas menjadi faktor kritikal dalam peningkatan kualitas pembelajarn secara khusus dan pendidikan secara luas. Beragam inisiatif harus diambil untuk ini, baik melalui peningkatan tingkat pendidikan, penguasan teknologi pembelajaran, sampai dengan kecakapan dalam memotivasi dan memperdayakan anak didik.
Perhatian lebih juga perlu diberikan kepada pemuda dan posisi sentralnya dalam kemajuan sebuah masyarakat. Mereka adalah anak didik yang membutuhkan fasilitasi dan aspiran yang mengharapkan pendampingan.
Selain itu, sensitivitas terhadap masalah lokal (termasuk nasional) juga perlu diasah. Hanya dengan demikian, kehadiran pendidikan menjadi relevan karena berandil untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat, dan sekaligus meningkatkan kesejahteraannya. Penjaminan kualitas artefak akademik dan lulusan, karenanya, penting untuk dipastikan.
Elaborasi ringan dari poin-poin sambutan pada Seminar Nasional untuk memperingati Hari Pendidikan Nasional yang dihelat oleh Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Indonesia, pada 16 Mei 2022.