Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Universitas Islam Indonesia (UII), Fathiyatul Mudzkiroh terpilih menduduki Peringkat 5 dalam Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Tingkat Wilayah Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah (LLDIKTI) V Yogyakarta untuk kategori Sarjana. Dalam even ini, ia menggaungkan pentingnya melindungi terumbu karang dari pencemaran dan perubahan iklim.

Raihan prestasi ini tidak lepas dari ikhtiar dan persiapan matang selama proses seleksi di Hotel Cavinton. Persiapan dimulai dari administrasi, presentasi, dan tanya jawab. Guideline yang awalnya online berubah menjadi offline cukup mengejutkan Tia, sapaan akrabnya.

Read more

Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Universitas Islam Indonesia (UII) periode 2022-2026 dilantik dan diambil sumpah. Prosesi pelantikan yang digelar di Gedung Kuliah Umum Sardjito Kampus Terpadu UII pada Senin (1/8) ini dipimpin oleh Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. Pimpinan dari delapan fakultas yang dilantik terdiri dari 13 Ketua Jurusan dan 13 Sekretaris Jurusan.

Read more

Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan 65 tahun akademik 2022/2023 pada Senin (01/08). Acara yang dihelat di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Muzakkir dihadiri oleh perwakilan mahasiswa per unit masing-masing.

Dalam sambutannya Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D. berpesan agar mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan baik. KKN ini merupakan wadah bagi mahasiswa untuk terjun langsung ke masyarakat serta mengaplikasikan ilmu yang dimiliki.

Read more

Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan kegiatan Pembekalan Musyrif dan Musyrifah Tahun Ajaran 2022/2023 di Ruang Audiovisual Perpustakaan Pusat UII pada Sabtu (30/7). Adapun pemateri dan topik kegiatan ini adalah Fajar Fandi Atmaja, Lc., M.S.I. untuk Materi I: matrikulasi PNDI 1, Herman Felani, S.S., M.A. untuk Materi II: Manajemen Kelas dan Ice Breaking, serta pemateri terakhir yaitu Iwan Awaluddin Yusuf, S.IP., M.Si. untuk Materi III: Kesiapan menjadi MC dan moderator.

Read more

Bagi seorang muslim, dakwah merupakan kerja sepanjang hayat. Potongan hadis yang berarti, “sampaikan dariku meskipun satu ayat”, sering dijadikan basis. Penyampaian ayat ini tampaknya bisa diartikan lebih luas, tidak hanya dalam bentuk ajakan lisan, tetapi termasuk pemberian contoh dalam aktivitas sehari-hari untuk mengedukasi orang lain tentang nilai-nilai baik dan kebenaran.

Seorang muslim yang menampilkan sikap ramah terhadap sesama, dapat bermuatan dakwah. Dampak sikap ramah ini akan sangat luar biasa di konteks ketika islamofobia berkembang pesat.

 

Belajar dari Salah

Mohamed Salah, pemain sepakbola muslim klub Liverpool, Inggris, yang berasal dari Mesir merupakan contoh fenomenal untuk memberikan ilustrasi. Kehadirannya di Merseyside, lokasi klub, telah berandil dalam penurunan kriminalitas sebanyak 18,9%. Cuit anti-Muslim di Twitter yang diunggah oleh pendukung Liverpool pun menurun 50%.

Salah yang menampilkan diri sebagai seorang ayah yang ceria dan pesepakbola yang ramah dan fantastik telah membalikkan kesan negatif terhadap Islam yang dipersepsikan menakutkan. Seorang Salah telah mengakrabkan penggemarnya dengan Islam. Kesimpulan ini didasarkan pada survei terhadap 8.000 penggemar Liverpool yang dilakukan oleh tim dari Stanford University[1].

Inilah yang saya sebut sebagai contoh dakwah kontekstual. Tentu, nomenklatur ini melengkapi pendekatan lain yang sudah ada. Cerita yang terekam hadis ketika Rasulullah melarang sahabatnya menghardik seorang badui yang kencing di dalam masjid di Madinah, memberikan referensi penting. Justru keramahan Rasulullah terhadap orang badui, yang belum paham dengan ajaran Islam, tersebutlah yang telah menyentuh hatinya.

 

Sesuaikan dengan konteks

Berkait dengan isu ini, dakwah kontekstual dapat secara sederhana didefinisikan sebagia ikhtiar mengajak orang lain kepada nilai-nilai baik dan kebenaran yang disesuaikan dengan konteks: lokasi geografis dan kualifikasi personal audiens. Ilustrasi Salah di Liverpool bisa menjadi contoh lokasi geografis dakwah dan pendekatan Rasulullah terhadap orang badui merupakan amsal audiens dakwah.

Ilustrasi lain bisa diberikan. Seorang penceramah di kawasan kumuh, misalnya, akan lebih terasa relevansinya jika mengajak audiens untuk bekerja keras dan menyukuri nikmat yang diterima, dibandingkan misalnya, dengan tema zakal mal. Dakwah kepada mereka yang masih belum akrab dengan ajaran Islam, tentu memerlukan cara khusus, supaya tidak justru menjauh.

Rasulullah diutus dengan peran sekaligus: membawa kabar gembira dan memberi peringatan. Dalam dakwah kita beritibak kepadanya. Tapi di lapangan, kita seringkali justru lebih banyak berfokus kepada yang kedua, sehingga mengesankan surga menjadi sangat elitis. Kabar gembira jarang didendangkan dalam dakwah.

Ayat 125 dari Surat An-Nahal dapat memberikan inspirasi terkait dengan pendekatan dakwah yang bisa didiskusikan dan diadopsi. Terdapat tidak pendekatan di sana: bi al-hikmah, bi al-mauidlati al-hasanah, dan bi al-mujadalah.

Ibarat bepergian bersama menggunakan mobil, hikmah digunakan untuk mengajak orang yang baru berjumpa untuk naik mobil. Kesan pertama haruslah baik supaya orang tergerak.

Setelah orang tersebut naik mobil bolehlah kita mengenal lebih jauh. Di sini pertukaran ide baik mulai terjadi. pendekatan bi al-mauidlati al-hasanah dengan pemberian nasihat,  bimbingan, atau peringatan yang baik, digunakan di sini.

Ketika kedekatan sudah terjalin di dalam mobil, barulah diskusi atau debat dengan logika mungkin berlangsung dengan baik. Inilah strategi mujadalah yang dapat digunakan untuk membangun hubungan yang lebih akrab.

Salah memahami konteks, seperti membalik urutan dakwah, berpotensi menimbulkan masalah. Apa yang terjadi, misalnya, ketika strategi debat langsung digunakan di awal ketika orang belum mengenal ajaran Islam? Alih-alih mendekat, kesan yang muncul pun bisa tidak seperti harapan, apalagi jika debat terjebak pada emosi yang tidak terkendali.

Karenanya, kesan pertama sangatlah penting. Sahabat kita yang non-muslim tidak membaca Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber ajaran Islam. Yang mereka baca adalah perilaku kita. Tentu, akan sulit meyakinkan mereka bahwa ajaran Islam penuh kedamaian jika perilaku kita sebaliknya.

Elaborasi ringkat dari poin-poin pada sambutan pengantar sebuah buku yang ditulis pada 24 Februari 2022.

[1] https://www.weforum.org/agenda/2019/06/how-mo-salah-might-have-reduced-islamophobia-in-liverpool/

Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Forum Silaturahim dengan Pemilik Kost Sekitar Kampus pada Jumat (29/7). Selaras dengan tema, acara ini turut mengundang pemilik kost sekitar kampus UII serta dihadiri langsung oleh Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan & Alumni Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag. dan Kapolsek Ngemplak AKP Suharyanta, SH., MAP.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar upacara wisuda secara luring yang dihelat di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir. Di sisi lain kampus terpadu UII, juga memberikan opsi kepada mahasiswanya untuk melakukan wisuda secara daring dari kediaman masing-masing. Upacara wisuda ini tetap diselenggarakan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Acara wisuda periode VI Tahun Akademik 2021/2022 pada hari Sabtu (30/07) tersebut, diikuti oleh 706 lulusan yang terdiri dari 13 ahli madya, 624 sarjana, 67 magister, dan 2 doktor. Kali ini kampus terpadu UII mendesain wisuda luring untuk maksimal 700 mahasiswa. Mahasiswa yang mengikuti upacara wisuda secara daring tetap mengikuti serangkaian prosesi wisuda dengan tertib dan khidmat.

Read more

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Pelayanan kesehatan tradisional telah diakui keberadaannya sejak dahulu oleh masyarakat. Baik upaya preventif, promotive, kuratif, dan rehabilitative. WHO Congress on Traditional Medicine di Beijing pada tahun 2008 menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional yang aman dan bermanfaat dapat diintegrasikan ke dalam sistem pelayanan kesehatan.

Read more

Kegiatan lokakarya kelompok kerja infrastruktur dan lingkungan kampus yang diadakan Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Indonesia (UI), dan UI GreenMetric telah memasuki hari kedua. Tepatnya pada Kamis (28/07) para peserta kembali melanjutkan agenda di lokasi yang sama, yakni Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Sardjito UII. 

Hari kedua ini diisi dengan diskusi kelompok dengan dua tema besar yakni “Berbagi praktik baik perencanaan, pengelolaan, dan digitalisasi infrastruktur kampus” untuk kelompok pertama dan “Berbagi praktik baik implementasi visi Bangunan Hijau” untuk kelompok kedua.

Read more

Saya berharap, bekal yang Saudara kumpulkan ketika kuliah sudah cukup untuk menapaki dunia berkarya, baik dengan membuka usaha sendiri, bekerja di lembaga yang sudah ada, maupun melanjutkan studi. Meski demikian, lingkungan terus berubah. Perubahan membutuhkan kecakapan yang lebih tinggi dan bahkan kecakapan baru. Karenanya, semangat untuk terus belajar harus terus dihidupkan.

Di satu sisi, Saudara adalah individu yang terus berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang terbaik, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga untuk orang banyak. Namun di sisi lain, pada saat yang sama, Saudara adalah anggota masyarakat yang merupakan bagian anak bangsa.

Karenanya, kesadaran kebangsaan pun terus juga diperihara. Selalulah bertanya kepada diri sendiri tentang apa yang bisa Saudara kontribusikan untuk kebaikan bangsa ini. Bisa mulai dari hal kecil, sampai sangat besar pada saatnya nanti.

Di kesempatan ini, saya ingin mengajak Saudara melakukan refleksi bersama. Masih banyak pekerjaan rumah kolektif yang perlu mendapatkan perhatian.

Beberapa di antaranya terkait dengan ketimpangan di banyak sektor, korupsi yang seakan tak ada habisnya, kelestarian lingkungan yang semakin terancam, sampai dengan ancaman keterbelahan bangsa sebagai residu proses politik yang belum dewasa.

Kita tidak mungkin hanya menyerahkan masalah ini kepada negara, meski di beberapa masalah, negara harus hadir dengan nyata. Tetapi, kita pun secara kolektif bisa berkontribusi.

Mari kita lihat, apa yang bisa kita kontribusikan untuk masalah-masalah tersebut. Namun, dalam tulisan ringkas ini, saya hanya ingin berfokus pada satu saja: ancaman keterbelahan bangsa.

 

Keterbelahan bangsa

Residu dari proses politik beberapa tahun terakhir telah menggiring banyak bangsa di dunia kepala keterbelahan atau polarisasi. Indonesia tak terkecuali. Dan, bisa jadi kita menjadi bagian dari proses ini, meski kadang tidak menyadari, atau dengan jemawa, bahkan justru membuat beragam dalih untuk membenarkan. Opini dan perasaan lebih dikedepankan dibandingkan fakta. Inilah era pascakeberanan.

Fenomena ini memantik kesadaran bersama, ternyata banyak yang dari kita belum siap berdemokrasi secara dewasa. Meski sebagian dari pasti dipastikan langsung bersuara tinggi dan tidak rela jika dianggap demikian.

Berdemokrasi secara dewasa membutuhkan beragam prasyarat, termasuk kemampuan berpikir mandiri dan tidak terjebak narasi publik, serta siap berbeda pendapat dengan tetap menghargai pihak lain. Hanya dengan demikian, persatuan bangsa dapat dijada dan energi bangsa tidak bocor karena sesuatu yang kurang bermakna.

Kehadiran media sosial tidak bisa kisa pisahkan dari fenomena keterbelahan bangsa. Karenanya, saya mengajak Saudara untuk memikirkan beberapa isu berikut.

 

Memahami penyebab

Media sosial memungkinkan kepalsuan pengguna dan informasi. Siapapun bisa membuat akun dan membuat serta menyebarkan informasi. Termasuk kita. Sebuah pesan bersirkulasi dengan cepat tanpa bisa dikendalikan setelah diunggah.

Di waktu lampau, yang menantang adalah mendapatkan informasi. Saat ini, sebaliknya, informasi melimpah. Tantangan berubah, yaitu menyaring informasi. Karenanya, saya mengajak Saudara untuk peduli dengan masalah ini. Jadikan pegguna media sosial yang cerdas dan menjadikan etika sebagai pengendali. Bisa jadi, peran ini terkesan kecil, tetapi jika dilakukan secara kolektif, dampaknya bisa luar biasa.

Mengapa? Gerakan kolektif bisa mengubah bagaimana algoritme media sosial bekerja yang salah satunya mengandalkan algoritme rekomendasi (recommendation algorithm). Suara yang lantang, seperti yang disimbolkan oleh trending topics atau trending hashtags, akan mempengaruhi yang lain.

Algoritme rekomendasi, melalui gelembung tapis (filter bubble), jugalah yang menjadikan kita terpapar informasi yang sudah terpilih berdasar perilaku daring lampau dan profil kita. Jangan heran, misalnya, jika hari ini kita mengetikkan “sepatu kulit” di mesin pencarian sebuah platform media sosial, dalam beberapa hari ke depan, tawaran sepatu kulit akan membanjir. Gelembung tapis telah memilihkan informasi untuk kita.

Hal ini bukan tanpa masalah dalam konteks berbangsa. Inilah juga yang menjadikan jurang keberbelahan semakin menganga, karena kita hanya akan diberi informasi yang sesuai dengan prekonsepsi awal kita, dan paparan terhadap informasi dengan perspektif lain menjadi sangat terbatas.

Sebuah ruang gema (echo chamber) terbentuk. Kita hanya mendengarkan “suara kita” sendiri, atau suara yang sama dengan suara kita. Kita pun akhirnya terjebak pada bias konfirmasi yang menjadikan kita hanya percaya dengan informasi yang sesuai dengan yang kita yakini sebelumnya.

Saudara, kesadaran seperti di atas perlu kita ingat terus untuk menjadi warga negara yang dewasa, pemikir mandiri yang berani bersikap, tidak menjadi buih yang terombang-ambing ombak narasi publik, dan sekaligus sanggup hidup dalam harmoni meski berbeda pilihan.

Ringkasan sambutan pada acara wisuda doktor, magister, sarjana, dan diploma Universitas Islam Indonesia, pada 30 Juli 2022