Mentari yang cerah di pagi ini, seakan ikut membersamai kebahagiaan yang meliputi hati Saudara di sini. Bisa jadi, mimpi Saudara semalam pun lebih berwarna dan penuh pelangi warna-warni.
Betapa tidak? Mulai hari ini, Saudara menjadi manusia baru, melalui tahapan metamorfosis dari siswa menjadi mahasiswa: siswa dengan segala kemuliaan dan tanggung jawabnya.
Saudara, mahasiswa merupakan anak bangsa istimewa. Sampai hari ini, baru sekitar sepertiga anak bangsa sepantaran Saudara yang mempunyai kesempatan mengemyam bangku kuliah. Ini adalah sebuah nikmat yang harus disyukuri dengan ketekunan dalam belajar dan keteguhan dalam mengembangan diri.
Karenanya, izinkan saya, semua dosen dan tenaga kependidikan, menyambut Saudara: selamat bergabung menjadi bagian keluarga besar Universitas Islam Indonesia (UII).
Kesampingkan perbedaan
Di UII, Saudara tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk menekuni disiplin ilmu pilihan, tetapi juga mendalami ajaran agama. Selain itu, Saudara mempunyai peluang besar untuk mengembangkan diri dengan beragam pilihan aktivitas dan organisasi, serta mengasah sensitivitas terhadap masalah-masalah publik. Jangan sia-siakan kesempatan ini.
Di UII, Saudara juga dibiasakan menghargai perbedaan. Yang berbeda jangan dianggap selalu bertolak belakang dan tidak bisa bersatu.
Bisa jadi di kelas Saudara nanti ada kawan yang berasal dari suku lain, negara manca, atau bahkan beragama berbeda. Semua itu tidak untuk membuat saling menjauh. Keragaman ini justru harus dirayakan dengan saling menghormati secara tulus.
Semangat itulah yang juga mendasari Sekolah Tinggi Islam (STI), nama awal UII, ketika didirikan di Jakarta sekitar 40 hari sebelum kemerdekaan Indonesia, pada 27 Rajab 1364 H yang bertepatan dengan 8 Juli 1945 M. UII sudah berusia 79 tahun menurut perhitungan kalender hijriah.
Pendiri UII adalah juga pendiri bangsa ini yang berasal dari beragam kalangan, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Perikatan Umat Islam, Persatuan Umat Islam Indonesia, dan para tokoh bangsa lainnya. Kita bisa sebut di antaranya K.H. Wahid Hasyim, K.H. Mas Mansur, Ki Bagoes Hadikusumo, Moh. Hatta, Muh. Natsir, Mr. Muh. Yamin, K.H. Imam Zarkasyi, dn Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir.
Mereka memberikan contoh kepada kita untuk selalu mengesampingkan perbedaan dan mengedepankan persamaan. Semuanya ditujukan untuk Indonesia yang lebih maju.
Karenanya, UII merupakan rumah besar untuk keragaman. Di UII, semangat keislaman dan kebangsaan menyatu dalam satu tarikan nafas. Nama Universitas Islam Indonesia menyimbolkannya.
Kecakapan digital
Tentu, kita, tidak lantas hidup di bawah bayang-bayang masa lampau. Semangat dan nilai-nilai baiknyalah yang terus kita jaga dan gaungkan dan sesuaikan dengan konteks kekinian.
Kita harus menyadari bahwa setiap zaman membawa tantangannya masing-masing dam membutuhkan aktor dengan kecakapan yang berbeda.
Saat ini, misalnya, kecakapan digital menjadi sangat penting, ketika teknologi informasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Siapkan diri Saudara untuk menguasainya. Disiplin ilmu apapun yang Saudara tekuni, selalu ada ruang untuk integrasi teknologi informasi di dalamnya. Belum lagi, kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kecakapan digital tinggi yang disertai dengan penguasaan disiplin ilmu pilihan mendalam yang dibalut dengan kemuliaan watak akan menjadikan Saudara tetap terlihat menonjol di tengah kerumunan.
Kesadaran mondial
Saudara adalah aktor masa depan. Ruang aktualisasi Saudara tidak lagi terbatas lokal dan bahkan nasional. Saudara harus juga menyiapkan diri menjadi warga global, yang melengkapi diri dengan kecakapan dan kesadaran mondial. Pemahaman multikultural dan penguasaan bahasa internasional, misalnya, menjadi penentu kualitas.
Jangan jebakkan diri Saudara di dalam pusaran narasi publik yang suka menebar kebencian dan menyemai permusuhan. Jadikan pemikir mandiri yang dilengkapi dengan perspektif luas dan harison jauh.
Selain itu, sensivitas terhadap isu-isu global pun sudah harus mulai di asah. Daftarnya bisa sangat panjang. Termasuk di dalamnya, adalah ketimpangan sosial, kerusakan lingkungan, kekurangan energi, rawan pangan, dan bahkan konflik antarnegara.
Untuk menumbuhkan kesadaran mondial, jadilah Saudara menjadi manusia terbuka yang siap belajar banyak hal dan di mana saja, termasuk di negara manca, termasuk melalui beragam program mobilitas mahasiswa.
Selama menempuh studi di UII, jangan lupa menjalin persahabatan yang dilandasi nilai-nilai mulia, seperti kejujuran, keadilan, dan kesetaraan.
Sadari dari sekarang, kampus, selain menjadi ekosistem pembelajaran dan pengembangan diri, jika menawarkan peluang untuk membangun jaringan. Para sahabat Saudara akan menjadi simpul jaringan tersebut.
Bisa jadi, tidak akan sangat terasa di saat ini. Tetapi, saya yakin, ketika Saudara tetap konsisten menjadi orang baik, insyaallah di waktu mendatang, Saudara akan bekerja sama dan berjumpa lagi dengan sahabat Saudara dalam perannya masing-masing.
Simpul-simpul jaringan yang sudah dibangun sejak kuliah akan teraktivasi dengan mudah. Apalagi jika semuanya konsisten berpegang pada nilai-nilai UII: islami, mondial, unggul, intelektual, dan indonesiawi.
Semoga Allah senantiasa meridai UII.
Sambutan Rektor pada Kuliah Perdana Mahasiswa Baru 2022 Universitas Islam Indonesia, 16 Agustus 2022.