Setelah wisuda, sebagian besar dari Saudara akan memasuki dunia berkarya. Ada beragam pilihan, bekerja di perusahaan atau lembaga yang sudah ada, membuka usaha mandiri, atau meneruskan studi. Ini adalah soal pilihan personal dengan kemantapan hati dan argumen masing-masing. Tak seorang pun bisa memaksakannya. Ini adalah soal pembagian tugas peradaban yang saling melengkapi.
Kepemimpinan dan kepengikutan
Ketika menjalankan beragam peran tersebut, kecakapan kepemimpinan (leadership) sangat penting. Namun, pada sambutan yang singkat ini, izinkan saya berbagi sebuah perspektif tentang sebuah isu terkait kepemimpinan yang jarang dibahas, yaitu kepengikutan (followership).
Kita mulai dari ilustrasi sederhana.
Siapa yang membuat para Youtuber atau Selebgram dianggap berhasil? Beragam jawaban mungkin muncul, tapi saya yakin semuanya sepakat: salah satu yang terpenting adalah pengikut (follower). Atau lebih tepatnya adalah pengikut yang efektif: mereka aktif dan sekaligus independen.
Bayangkan, jika para pengikut tersebut pasif dan mudah dipengaruhi untuk pindah ke lain hati, keberadaannya tidak akan banyak membantu para Youtuber atau Selebgram tersebut untuk mendapatkan penghasilan, karena tidak ada keterlibatan (engagement) dari pengikutnya. Atau, bisa jadi, keberadaannya, justru membuat gaduh dengan beragam umpan balik yang tidak diinginkan.
Nah, demikian juga dalam sebuah konteks organisasi atau komunitas. Kepemimpinan tanpa kepengikutan yang efektif tidak akan berjalan dengan baik.
Pemimpin atau pengikut adalah soal pembagian peran yang komplementer dan sekaligus temporer. Bisa berubah kapan saja. Seorang pemimpin di sebuah konteks, bisa menjadi pengikut di konteks yang lain. Karenanya, penting untuk melihat bahwa kedua peran ini sejajar dan dinamis. Kedua peran ini harus dapat dimainkan dengan baik.
Ada kalanya, ketika dalam posisi pemimpin, kita harus sadar akan semua sikap yang harus diambil. Salah satunya adalah membuat bingkai, dengan beragam inisiatif, termasuk menunjukkan jalan, mengumpulkan sumber daya, mengetahui dan memitigasi risiko, menunjukkan komitmen untuk mencapai misi, mendorong keragaman informasi yang masuk, menghargai kontribusi, dan memperjelas wilayah kerja (Hurwitz & Hurwitz, 2018). Pemimpin yang baik harus meyakini bahwa dia memiliki pengikut yang hebat.
Di sisi lainnya, pengikut akan melengkapi dengan menjalankan beragam aksi termasuk memahami apa yang dicari, mengetahui dengan tepat waktu yang dipunyai, berkolaborasi dengan yang lain, menghargai ide orang lain, dan dapat diandalkan.
Di luar kotak, di dalam bingkai
Daftar ini dapat kita perpanjang dan didetailkan. Namun ada satu poin penting yang bisa menjadi pengingat bersama, terkait dengan inovasi. Inovasi adalah kreativitas yang terjual atau diterima untuk digunakan. Di sini, istilah berpikir di luar kelaziman (thinking outside the box) menjadi relevan.
Dalam konteks relasi pemimpin dan pengikut, berpikir di luar kelaziman harus dilakukan oleh keduanya. Oleh pemimpin digunakan untuk mendefinisikan bingkai, dan oleh pengikut digunakan untuk menjalankan aksi. Nah, ketika pengikuti berpikir kreatif dan mengembangkan inovasi, harus tidak keluar bingkai yang disepakati.
Hal ini penting dipastikan supaya relasi yang ada menjadi produktif untuk kemajuan organisasi dan tidak justru menyemai konflik yang berpotensi menggeser organisasi dari misi yang diformulasikan dan disepakati.
Sebagian besar dari Saudara sangat mungkin ketika memasuki dunia berkarya, di tahap awal, akan memerankan sebagai pengikut. Ingatlah poin ini: sadar posisi, menjadi pengikut yang efektif, dengan memahami bingkai yang dibuat pemimpin, dan mengeksekusi beragam aksi secara inovatif tetapi tetap di dalam bingkai.
Menjadi pengikut yang efektif merupakan salah satu jalan menjadi pemimpin.
Untuk meningkatkan kualitas kepengikutan, semua pelajaran etika dan akhlak baik yang didapatkan di bangku kuliah dalam mewarnai setiap aksi yang Saudara lakukan ketika berkarya.
Referensi
Hurwitz, M., & Hurwitz, S. (2018). Leadership is half the story. Toronto: University of Toronto Press.
Ringkasan sambutan pada acara Wisuda Doktor, Magister, Sarjana, dan Diploma Universitas Islam Indonesia, 28 Mei 2022.