Dalam rangka meningkatkan wawasan mahasiswa tentang penerapan teori sosial dalam menyusun suatu penelitian. Program Studi Ahwal Syakhshiyah Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII) menyelenggarakan Workshop dan Klinik Online Penulisan Skripsi dan Tesis. Acara yang bertemakan “Teori-teori Sosial dalam Penelitian Hukum Keluarga/Hukum Islam” tersebut menghadirkan Dr. Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si., Dosen Sosiolog Hukum Islam IAIN Salatiga.

Read more

Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) FH UII menyelenggarakan webinar “Create Your Future Easily With Scholarship” pada Senin (7/2) dengan narasumber Mohammad Fadel Roihan Baabud, Adisa Tiara Kinashing Ramadhan, dan Annisa Aulya Putri. Ketiganya merupakan mahasiswa UII yang memperoleh beasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).

Read more

Departemen Politik dan Jaringan LEM FH UII menyelenggarakan webinar edukasi politik bertemakan “Membangun Peran Mahasiswa Sebagai Legislator Muda yang Berintegritas dan Berintelektual Sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila”. Webinar pada Senin (6/2) ini mengundang narasumber yaitu Dr. Jamaludin Ghafur, S.H., M.H. (Dosen HTN FH UII), Maulana Bimasakti, S.H. (Sekretaris Jenderal DPM UII 2019/2020), dan Yuniar Riza Hakiki, S.H., M.H. (Peneliti PSHK FH UII).

Read more

Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni UII (DPKA UII) mengadakan webinar Live Career Talk bertemakan “Get to Know Career In Manufacture Industry” pada Jumat (4/2). Webinar tersebut menghadirkan seorang alumni Teknik Kimia UII, Dara Alhusnah, S.T. yang kini bekerja sebagai merchandiser di PT Pan Brothers, Tbk. Ia banyak mengulas berbagai tips dan trik bagi mahasiswa yang nantinya akan lulus dan berkarir khususnya di bidang industri manufaktur.

Read more

Center for Medical Islamic Activities (CMIA) Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) mengadakan talkshow ekonomi kontemporer baik dari pandangan modern maupun islam. Talkshow secara daring pada Minggu (06/02) ini digelar guna merespon maraknya instrumen investasi seperti saham, mata uang kripto, dan bitcoin.

Read more

Merespon terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Permendikbud Ristek) Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Lingkungan Perguruan Tinggi, Universitas Islam Indonesia (UII) melakukan Focus Group Discussion (FGD) pada Kamis (3/2) di Ruang Sidang Gedung Prof. Dr. Sardjito UII. Agenda ini menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai latar belakang yang berbeda. Hadir melalui daring, Rektor UII Prof. Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali turut serta dalam program Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) bersama melalui laman Jogjaversitas.id. Pelaksanaan admisi mahasiswa baru bersama yang diinisiasi oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V D.I. Yogyakarta ini sebelumnya sukses dilaksanakan di tahun 2020 dan 2021.

Read more

Saya termasuk yang berbahagia ketika hasil klasterisasi perguruan tinggi (PT) 2021 belum dikeluarkan. Tidak ada penjelasan resmi yang diberikan ke publik. Sikap saya ini sangat mungkin anti arus-utama ketika banyak PT menunggu dengan harap-harap cemas.

Klaster yang dimaknai menjadi peringkat kemudian diglorifikasi dan dikapitalisasi oleh PT papan atas. Sebagian besar mereka adalah PT dengan dukungan dana besar dari negara dalam waktu yang sudah sangat lama.

Sebaliknya, ingar bingar glorifikasi dan pengaburan makna tulen klaster telah menjungkalkan PT yang sedang berkembang. Sebagian pemimpin PT ini bahkan bercerita telah dirundung di kampusnya sendiri ketika posisinya menurun drastis. Di ruang publik pun tidak berbeda, terutama di media sosial.

Karenanya, saya senang ketika dalam banyak kesempatan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dirjen Diktiristek), mengatakan, jika klasterisasi bukan pemeringkatan. Inilah tafsir yang semestinya, meski data olahan yang dibuka ke publik menggiring kepada tafsir peringkat. Ini perlu mendapatkan perhatian.

 

Masalah pemeringkatan

Setiap pemeringkatan mempunyai logikanya masing-masing dan dibangun di atas metodologi yang tidak selalu mudah dipahami publik, termasuk bahkan publik akademik. Makna setiapnya pun berbeda. Tidak semuanya merujuk kepada kualitas akademik.

Sulit membayangkan hasil pemeringkatan UniRank, dikaitkan dengan kualitas akademik, jika melihat metodologi yang digunakan. Serupa juga dengan pemeringkatan Webometrics. Kita bisa menyebutnya sebagai semi-akademik. Itu pun jika kita rujuk metodologi baru yang digunakan beberapa tahun terakhir. Tentu, ini hanya amsal.

Karenanya, tanpa kehatian-hatian dan pemahaman mendalam atas metodologi yang digunakan, kita akan terjerat. Memang bisa jadi jerat itu menyenangkan bagi sebagian PT papan atas. Pertanyaannya, tegakah kita mengelabuhi publik dengan tafsir peringkat yang hantam kromo? Bukankah salah satu tanggung jawab PT adalah mengedukasi bangsa?

Ini bukan isu kemarin sore. Hanya saja, banyak dari kita yang terjerat pada kecohan bias konfirmasi. Sebagai contoh, UNESCO (2013) sudah menangkap isu ini dan mendokumentasikannya di dalam buku berjudul Rankings and Accountability in Higher Education: Uses and Misuses.

Laporan UNESCO (2021) terbaru bertajuk Reimagining Our Futures Together: A New Social Contract for Education, juga menyinggung isu pemeringkatan yang dikritisi telah memaksakan homogenitas, menafikan keragaman konteks, dan mengorbankan relevansi lokal.Selain itu, pemeringkatan hanya efektif untuk komparasi yang sifatnya indikatif, dan tidak akan pernah komprehensif.

Tentu, tidak ada seorang pun yang dapat memaksa sebuah PT untuk tidak mengapitalisasi peringkat. Inilah salah satu sisi gelap korporatisasi pendidikan.

Tekanan persaingan global yang dikhutbahkan di banyak pertemuan dan didokumentasikan di beragam dokumen, tampaknya tidak selalu mudah diabaikan begitu saja. Semuanya berpulang kepada sensitivitas dan nilai kolektif yang dianut oleh masing-masing PT.

 

Jalan keluar

Laporan UNESCO memberikan catatan penting. Evaluasi PT jangan terjerat pada peringkat kompetitif, dan sebagai gantinya berusaha untuk meningkatkan kapasitas pengajaran dan penelitiannya untuk mencapai misi publiknya.

Hanya dengan demikian, faktor kesejarahan yang beragam, harapan kolektif yang berbeda-beda, akses sumber daya yang variatif, dan kebutuhan lokal yang tidak sama, akan mendapatkan respons inovatif yang semestinya. Klasterisasi yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pun bisa menjadikan isu ini sebagai konsiderans. Dalilnya sangat jelas: keragaman konteks.

Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana menjadikan hasil klasterisasi bermakna, baik bagi PT yang masuk papan atas, maupun PT yang baru menginjak anak tangga pertama. Akses terhadap beragam program dan intervensi pengungkitan adalah salah kemungkinkan konsekuensinya.

Semua PT perlu dijaga tetap bermartabat. Jangan sampai PT menghalalkan beragam cara hanya untuk mendapatkan posisi yang dianggapnya terhormat. Menjadikan peringkat sebagai tujuan, dan bukan hanya bonus dari pekerjaan rumah yang ditunaikan dengan baik, dapat menjadi pemantiknya.

Jika ini yang terjadi, maka PT akan terlibat dalam pertarungan ke titik nadir (a race to the bottom). Banyak bukti indikatif yang saya temukan mengarah ke skenario yang menyeramkan ini.

Karenanya, jauhkan klasterisasi dari bingkai dengan dengan semangat menghukum dan menjauhkan dari dukungan. Hal ini kongruen dengan tafsir klasterisasi yang disampaikan oleh Dirjen Diktiristek. Berkah lainnya adalah  kemuculan semangat kolaborasi yang tulen, bukan isapan jempol belaka yang sejatinya adalah kompetisi yang tidak selalu sehat dan bahkan cenderung saling menjatuhkan.

Inilah salah satu wujud tanggung jawab negara dalam memajukan PT di Indonesia, secara keseluruhan tak pandang bulu. Memasukkan keragaman konteks secara jujur dan istikamah, ke dalam radar kebijakan nasional adalah bentuk kesadaran yang sangat indonesiawi.

Tulisan ini telah dimuat di rubrik Opini Harian Repubika edisi 3 Februari 2022.

Sekelompok mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) yang beranggotakan Muhammad Rafi Falah, Tsaniya Ahda Indrayani, dan Salma Nur Hamidah Ikhwan mendapat prestasi dalam lomba World Leprosy Day (WOULD) 2022 yang diadakan Universitas Muhammadiyah Palembang. Mereka berhasil menyabet gelar Juara 3 bidang lomba poster terkait penyakit kusta yang masih menimbulkan stigma kutukan di masyarakat Indonesia pada Minggu (30/01).

Read more

Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) kembali membuahkan prestasi yang membanggakan. Mahasiswa yang terdiri dari Muhammad Rafi Falah, Tsaniya Ahda Indrayani, dan Salma Nur Hamidah Ikhwan berhasil meraih Juara 2 Poster Lomba Masterpiece Competition 2022 yang diadakan oleh Universitas Sebelas Maret, Solo (UNS) pada Minggu (30/1).

Dalam lomba bertema “The Urgency of Healthy Lifestyle During Covid-19 Pandemic” tersebut, mereka bersaing dengan peserta dari universitas bergengsi lainnya seperti UI, USU, UNAIR, dan UM. Poster yang mereka usung mengedukasi masyarakat untuk mengambil langkah-langkah dalam mencegah penyebaran varian Omicron.

Read more