Universitas Islam Indonesia (UII) memberikan layanan lisensi Windows dan Office 365 untuk seluruh mahasiswanya. Kepala Badan Sistem Informasi UII, Mukhammad Andri Setiawan, S.T., M.Sc., Ph.D. mengemukakan lisensi dapat diinstal hingga lima perangkat berbeda. UII menggunakannya dalam bentuk subscription based, sehingga semua update Microsoft tetap akan diterima oleh pengguna selama UII masih berlangganan dengan Microsoft. Dengan kebijakan ini mahasiswa UII tidak perlu menggunakan produk bajakan selama menempuh studi.

Read more

Dr (c) Aulia Rahmat, M.A.Hk. mengemukakan saat ini masih banyak masyarakat yang kurang memiliki wawasan luas terkait perintah yang bersifat keagamaan. Semisal segala adat atau kebiasaan masyarakat yang berbeda dengan ketentuan Islam dianggap haram. Demikian diungkapkan Aulia Rahmat secara virtual ketika menjadi salah satu penyaji Bedah buku Fiqh Pranata Islam karya KH. Azhar Basyir, M.A. pada Kamis (18/2).

Read more

Meskipun pandemi belum mereda, Universitas Islam Indonesia (UII) konsisten untuk terus membangun dan merealisasikan kerja sama dengan berbagai universitas bereputasi dari penjuru dunia. Salah satunya yakni dengan Dicle University, Diyarbakir Turki diwujudkan dalam bentuk program pertukaran budaya Turki dan Indonesia selama 11 hari, pada 15 hingga 26 Maret 2021.

Read more

Pada 1664, Pulau Manhattan, di mana Kota New York (yang dulunya bernama New Amsterdam) berada di sisi paling selatannya, diambil alih Inggris. Penguasa sebelumnya adalah Belanda. Belanda bersepakat memberikannya kepada Inggris sebagai imbal balik atas sebuah pulau kecil lain. Pulau yang merupakan penghasil rempah-rempah ini diberikan kepada Inggris kepada Belanda.

Pulai kecil ini bernama Run, yang terletak di sebelah selatan Pulau Seram dan sebelah barat Pulau Banda. Meski hanya seluas 3 km persegi, pulai ini dipertukarkan dengan Pulau Manhanttan yang luasnya hampir 20 kali lipat. Saat ini, Pulau Run masuk dalam wilayah Provinsi Maluku.

Pulau yang diklaim oleh Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), ingin direbut kembali oleh Inggris yang  saat itu dipimpin oleh Nathaniel Courthope. Kesepakatan “tukar guling” tersebut terjadi setelah melalui pertempuran, pengepungan, dan perundingan.

Apa hubungan cerita di atas dengan tema seminar kali ini, tentang obat herbal Indonesia yang didiskusikan ketika pandemi?

Pala, salah satu herba, pada saat itu dipercaya sebagai obat ampuh, ketika pandemi menyerang London pada paruh kedua abad ke-17. Sekitar 20% warga London meninggal dunia. Nah, ketika itu, 10 pon (sekitar 4,54 kg) pala yang di Pulau Run seharga 1 penny, berganti harga menjadi 50 shilling di London, alias naik 600 kali.

Apoteker meraih untung yang luar biasa pada saat itu. Seorang apoteker menyatakan, bahwa pala tersebut mahal, tetapi menjadi obat yang murah ketika kematian mendekat.

Pala, saat itu, hanya ditemukan di Pulau Run dan sekitarnya. Ketika Inggris kembali menguasai Pulau Banda Neira pada 1810, pohon pala dibawa Inggris ke daerah koloninya, seperti Sri Lanka dan Singapura. Itulah awal keruntuhan dominasi Belanda dalam perdagangan rempah-rempah.

Cerita tersebut terekam dalam sebuah buku yang ditulis oleh Milton (1999) yang berjudul Nathaniel’s Nutmeg, Or, The True and Incredible Adventures of the Spice Trader who Changed the Course of History. Perjalanan Nathaniel Courthope, seorang petualang Inggris dan arti penting tanaman herba pala kala itu, dan konflik dagang yang menyertainya, terekam dengan apik dalam buku ini.

Pada 2017, sebuah film dokumenter berjudul Banda: The Dark Forgotten Trail dibuat oleh sutradara JaySubiyakto, untuk menceritakan sisi gelap perdagangan pala kala itu.

Ada beberapa moral cerita yang dipantik oleh cerita singkat di atas.

Pertama, herba sejak dahulu dipercaya menjadi salah satu bahan obat. Literatur merekam bahwa perabadan awal manusia menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai obat (e.g.  Vickers & Zollman, 1999; Tulchinsky & Varavikova, 2014). Saat ini, perhatian saintis terhadap obat-obatan herbal juga sangat tinggi (e.g. Kamboj, 2000; Li & Weng, 2017).

Pencarian saya dengan kata kunci “herbal medicine” di Google Scholar memperkuat klaim ini. Sejak 2000, misalnya, terdapat 297.000 artikel yang membahas obat herbal. Cacah artikel tentang obat herbal yang terpublikasi pada awal 2021 ini saja, sudah mencapai 1.860. Pada 2020, sebanyak 18.900 artikel ditulis dan pada 2019 terdapat 22.200 artikel. Bandingkan dengan misalnya pada 2000 (21 tahun lalu) yang hanya merekam 3.370 artikel.

Kedua, pandemi mendorong kita untuk mencari beragam cara mengatasinya, dari beragam sisi, termasuk manajemen mobilitas fisik, pengembangan vaksin, sampai dengan penemuan obat. Tentu, sesuai dengan tema seminar kali ini, penemuan obat memerlukan riset yang mendalam dan pengujian yang hati-hati.

Beragam aspek menjadi perhatian, termasuk bahan herba sampai sisi kehalalan. Pandemi “hanya” menjadi pemantik, tetapi masalah kesehatan manusia dan pengobatan menjadi kajian sepanjang peradaban manusia masih ada (Tulchinsky & Varavikova, 2014).

Ketiga, fokus pada tanaman herba khas Indonesia akan meningkatkan kebermanfaatannya. Tradisi lampau yang sudah berkembang di kalangan masyarakat di Indonesia dapat divalidasi dan dikuatkan dengan riset yang mendalam (cf. Li & Weng, 2017). Potensi obat herbal khas Indonesia ini perlu terus digali.

Pengembangan obat dari herba Indonesia akan membuka beragam kemungkinan lain. Di sisi hilir akan terjadipenguatan sektor industri obat herbal yang lebih ramah dengan tubuh manusia. Di sisi hulu, budi daya tanaman herba sebagai bahan baku dapat menggerakkan banyak orang. Kisah pembuka sambutan ini memberi ilustrasi, bahwa herba mempunyai banyak potensi yang dapat dikembangkan.

 

Referensi

Kamboj, V. P. (2000). Herbal medicine. Current Science78(1), 35-39.

Li, F. S., & Weng, J. K. (2017). Demystifying traditional herbal medicine with modern approach. Nature Plants3(8), 1-7

Milton, G. (1999). Nathaniel’s Nutmeg, Or, The True and Incredible Adventures of the Spice Trader who Changed the Course of History. New York: Penguin Books.

Tulchinsky, T. H., & Varavikova, E. A. (2014). The New Public Health. Cambridge, MA: Academic Press.

Vickers, A., & Zollman, C. (1999). Herbal medicine. BMJ319(7216), 1050-1053.

 

Sari sambutan pada pembukaan Seminar Nasional Obat Herbal Indonesia ke-2, yang diselenggarakan oleh Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Indonesia 19-21 Februari 2021.

 

Pandemi Covid-19 tidak menjadi penghalang bagi Universitas Islam Indonesia (UII) untuk terlibat dalam program mobilitas Internasional khususnya di kawasan Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan lewat partisipasi UII pada program Passage To ASEAN (P2A) Virtual Cultural Exchange 2021 yang diikuti oleh mahasiswa dari Thailand dan Indonesia. Program ini diselenggarakan oleh Rangsit University, Thailand bekerja sama dengan beberapa universitas di Indonesia seperti Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta dan Universitas Muria Kudus.

Read more

Peran Pemuda

Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) menyelenggarakan webinar berjudul “10 Tanda-Tanda Anda Berbakat Menjadi Advokat”. Webinar menghadirkan pembicara Founder/Advokat/Legal Consultant di JAS & COP, Dr. Junaidi Albab Setiawan, S.H., M.Comm.Law. Jalannya diskusi yang dipandu oleh Atqo Darmawan Aji digelar secara virtual melalui cloud zoom meeting dan juga disiarkan secara langsung di kanal youtube LKBH FH UII.

Read more

Pendirian UII pada 27 Rajab 1364 merupakan ikhtiar membangun peradaban. Harapan kolektif para pendiri digantungkan. Sejak awal, UII diharapkan menjadi aktor penting yang menyiapkan anak bangsa untuk membangun peradaban baru Indonesia dan Islam. Catatan sejarah menunjukkan itu semua.

Kini, usia UII menginjak 78 tahun menurut kalender hijriah. Kondisi UII saat ini merupakan akumulasi kerja peradaban para pendiri dan pendahulu. Tak seorang pun berhak mengklaimnya sebagai hasil kerja personal. Jika ada (semoga tidak), klaim seperti itu adalah simbol arogansi karena menafikan kontribusi banyak orang.

Kemurahan Allah Swt. telah mengantarkan UII dalam kondisinya yang sekarang. Tanpa bermaksud membanggakan diri, kerja kolektif kita semua, telah menjadikan UII masuk dalam jajaran perguruan tinggi terbaik di Indonesia dan dikenal kolega-kolega di manca negara. Jaringan global pun semakin tertata. Keterlibatan aktif UII di beragam konsorsium internasional dapat menjadi indikasi. Publikasi ilmiah para warganya di kanal internasional dan pengakuan beragam lembaga akreditasi internasional juga semakin menegaskan. Tentu, capaian ini perlu disyukuri bersama, dengan penuh catatan.

Banyak harapan kepada UII yang belum sepenuhnya menjadi nyata. Deretan pekerjaan rumah masih menanti ditunaikan.

Kita bisa sebut di sini beberapa. Termasuk di antaranya adalah peningkatan kualitas pendidikan yang membebaskan, penelitian yang berimbas, dan sensitivitas serta kontribusi signifikan dalam penyelesaian beragam masalah bangsa.

 

Meneguhkan peran

Ke depan, peran kebangsaan sebagai pengawal perjalanan negara dengan meniup peluit ketika ada ketidakberesan seharusnya semakin ringan ketika para pemegang amanah menjalankan roda pemerintahan pada rel yang seharusnya. Saya menyebut ini sebagai peran etis, bukan politis, supaya tetap kalis dari kepentingan politik sesaat.

Saya memimpikan, dalam waktu yang tidak terlalu lama, para pemegang amanah di Indonesia tidak lagi terjebak kepentingan sesaat dan kesejahteraan publik menjadi tujuan bersama. Berita korupsi tidak lagi menghiasi lini masa media. Kontestasi politik hanya menjadi ikhtiar merawat demokrasi yang semakin dewasa dan tidak menyisakan ekses berkepanjangan yang membocorkan energi kolektif bangsa atau memicu segregasi, polarisasi, dan konflik sosial.

Peran etis kebangsaaan itu pun seharusnya tidak memalingkan dari peran membangun peradaban melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Inilah peran keilmuan. Peran ini terlihat seperti sudah menjadi keseharian, tapi justru di situlah masalahnya, ketika tidak ada kesadaran baru untuk meningkatkan sisi kontribusi kualitatif yang dapat menghadirkan perbedaan. Kesadaran baru tersebut, salah satunya bentuknya, bisa jadi adalah penghilangan sekat antardisiplin yang sampai tingkat tertentu menjadi kedaulatan keilmuan yang menutup banyak pintu potensi manfaat. Peran keilmuan juga bisa dibingkai menjadi rekonfigurasi peran kebangsaan.

Pertemuan antarwarga, termasuk secara daring di beragam grup, sudah saatnya semakin dihiasi dengan beragam diskusi terkait dengan gagasan untuk pengembangan ilmu dan teknologi, strategi, serta aksi untuk mewujudkannya. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa setiap warga kampus, adalah sekaligus menjadi pencetus ide dan bertanggung jawab untuk menjadikannya nyata.

Daftar peran di atas masih bisa diperpanjang, termasuk tidak melupakan ide menjadikan UII sebagai pusat penyiaran Islam. Ini adalah tantangan yang perlu dijawab. Pesan besarnya adalah bagaimana menjadi ajaran Islam sebagai pendorong kemajuan dan kebangkitan. Ajaran Islam perlu terus dikaji dan dikontekstualisasi untuk terus menghadirkan semangat perenial. Inilah peran keislaman.

Pelaksaan ketiga peran di atas: peran kebangsaan, peran keilmuan, dan peran keislaman, perlu terus ditingkatkan. Ketiga peran tersebut bisa dibungkus menjadi peran kemanusiaan untuk membangun peradaban baru yang teritorialnya melintas batas fisik dan imajiner antarnegara.

 

Kerja kolektif

Semua tersebut membutuhkan kerja kolektif yang bersambung antargenerasi. Ini kerja peradaban sepanjang hayat. Saya personal berharap Allah masih mengizinkan saya melihat UII ketika berusia satu abad. Waktu 22 tahun ke depan memang terlalu singkat untuk membangun peradaban baru, tetapi sangat lama untuk berlalu tanpa kemajuan berarti.

Saya berdoa, ketika usia menginjak satu abad pada 27 Rajab 1464 (9 Juni 2042), setelah 1.200 kali purnama dilalui UII, harapan-harapan besar tersebut semakin nyata. UII tetap tegar berdiri dan tumbuh menjadi perguruan tinggi yang semakin dihormati dan tetap menjaga standar akhlak organisasi tertinggi.

Warga UII berhasil secara berjemaah mendorong kemajuan substantif, menentukan takdirnya sendiri, dan tidak terjebak pada muslihat yang dapat membocorkan energi dan menggerus nurani. UII semakin mantap menjadi organisasi modern dengan dukungan teknologi dan semua indikatornya.

UII dan warganya pun, saya doakan, semakin siap menjadi warga global yang berkontribusi pada penyelesaian masalah-masalah kemanusiaan. Banyak inovasi berimbas yang diproduksi dengan niat suci.

Saya percaya, ketika harapan kolektif disatukan dan ikhtiar bersama dilakukan, Allah akan memudahkan jalan ke depan. Jalan untuk membangun peradaban baru Indonesia dan Islam yang bermartabat.

Mari, kita bersama jemput masa depan itu. Yang perlu kita lakukan adalah mengenali kekuatan diri, memahami perkembangan mutakhir, dan meresponsnya secara inovatif.

Apa yang diinisiasi oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) melalui workshop hari ini yang bertajuk Menuju FTSP 2045: Rebranding & Reconfiguring, adalah salah satu anak tangga untuk melakukan itu semua. Saya berharap dari workshop ini muncul kesadaran kolektif baru untuk meneguhkan perjalanan FTSP ke depan, sebagai bagian penting UII. Selain itu, mendesain anak tangga mencapai tujuan yang lebih tinggi sama pentingnya dengan membangun harapan bersama.

Siapa tahu, untuk menemukan hentakan baru, nama FTSP sendiri mungkin ingin diubah sebagai bagian dari penjenamaan (rebranding). Jika disepakati, nama baru tersebut perlu dipilih supaya tidak ada kesan hegemonik disiplin tertentu, tetap menghargai sejarah lampau, tetapi lebih inklusif, distingtif, dan futuristik.

Perjalanan masih panjang, tetapi semoga Allah selalu meridai UII. Amin.

Sari sambutan pada workshop Menuju FTSP 2045: Rebranding & Reconfiguring, 17 Februari 2021

Pembelajaran Daring UII

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) mengadakan seminar online pengabdian masyarakat seri 1 pada Sabtu (13/2). Dekan FK UII Linda Rosita, M.Kes., Sp.PK. dalam sambutannya menyampaikan setiap tahun FK UII menghasilkan sekitar 200 dokter. Di tengah situasi pandemi ini ia berharap mahasiswa tidak kehilangan semangat belajar.

Read more

Ustad Sulaiman Rasyid mengungkapkan terdapat hal-hal yang harus diperhatikan ketika ingin mencari pasangan, terutama yang sesuai dengan syariat Islam. Baik dari segi akhlaknya, keturunannya dan juga amal ibadahnya. Hal tersebut disampaikan Ustad Sulaiman Rasyid saat menjadi narasumber Kuliah Online Pra Nikah melalui aplikasi zoom meeting pada Sabtu (13/2).

Read more

Direktorat Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan bedah disertasi berjudul Dinamika dan Strategi Penguatan Identitas Keislaman di UII Yogyakarta (Telaah Historis) pada Kamis (11/2) secara daring. Bedah disertasi yang ditulis oleh Pengasuh Pondok Pesantren Putra UII, Dr. Suyanto, S.Ag., M.S.I., M.Pd. ini menghadirkan Sekretaris Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Muhammad Syamsudin, S.H., M.H. dan Dosen Fakultas Ilmu Agama Islam UII, Kurniawan Dwi Saputra, Lc., M.Hum.

Read more