Takmir masjid Al-Azhar Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) menyelenggarakan pelatihan IT virtual bertemakan “Kiat-kiat Presentasi dalam Promosi Marketing dan Personal Branding” melalui zoom meeting pada Jum’at (11/6). Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan skill mahasiswa FH UII di bidang marketing dan personal branding, Pelatihan menghadirkan pemateri dosen FH UII, Fuadi Isnawan, S.H., M.H. dan dimoderatori mahasiswa FH UII, Fitti Muzzadha Elfa,

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) meraih penghargaan Gold Winner Kategori Kampus Akademis pada ajang Entrepreneurial Campus Award 2021 yang diadakan MarkPlus, Inc. Penghargaan bergengsi itu diberikan kepada perguruan tinggi akademis dan vokasi yang berhasil memenuhi kriteria penilaian yang ditetapkan penyelenggara, yaitu pemacu kreativitas, inovasi, entrepreneurship, dan leadership di kalangan perguruan tinggi selama kurun waktu tahun 2020.

UII mendapatkan apresiasi atas terobosan dan kreativitas strategi pemasaran universitas yang dilakukan untuk beradaptasi dalam situasi pandemi. Penyerahan penghargaan kepada Rektor UII berlangsung secara virtual pada Kamis (10/6) yang bersamaan dengan penyelenggaraan kegiatan Jakarta Marketing Week 2021.

Read more

Saya ingin berbagi dua poin dalam tulisan ringkas ini.

Pertama, salah satu tujuan dalam Sustainable Development Goals (SDGs) adalah memastikan kehidupan sehat dan meningkatkan kesejahteraan (well-being) untuk semua kelompok umur tanpa kecuali.

Data dari World Health Organization (WHO) termutakhir yang dapat diakses (sebelum pandemi, 2018) menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran untuk kesehatan (current health expenditure, CHE) terhadap produk domestik bruto (gross domestic products, GDP)[1], negara-negara berkembang cenderung masih rendah dibandingkan dengan negara maju. Data ini memberikan gambaran proporsi pengeluaran bidang kesehatan dibandingkan dengan pendapatan nasional.

Angka untuk Indonesia menunjukkan 2,87%. Bandingkan misalnya dengan Inggris (10%), Kanada (10,79%), Jepang (10,95%), Prancis (11,26%), Jerman (11,43%), Amerika Serikat (AS) (16,89%). Bahkan alokasi Indonesia juga lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN, seperti Myanmar (4,7%), Filipina (4,4%), Thailand (3,7%).

Jika dinominalkan, pada 2018, pengeluaran untuk kesehatan per kapita[2] sebesar 111,7 dolar AS. Bandingkan misalkan dengan Inggris (4.315 dolar) dan Amerika Serikat (10.624 dolar), atau bahkan dengan Singapura (2.824 dolar).

Saya yakin, ketika pandemi seperti ini, proporsi alokasi anggaran tersebut seharusnya meningkat. Sektor kesehatan menjadi salah satu prioritas, apalagi dalam konteks di mana pandemi belum dapat seluruhnya dikendalikan. Menteri Keuangan menyebut bahwa alokasi anggaran kesehatan meningkat 200%, dari sekitar Rp113 triliun pada 2019 menjadi Rp300 triliun pada 2021.

Alokasi anggaran kesehatan tentu mempunyai kaitan dengan kualitas kesehatan publik. Ketersediaan infastruktur dan layanan kesehatan membutuhkan dana yang tidak kecil. Saat ini, nampaknya tidak sulit untuk bersepakat bahwa disparitas kualitas layanan kesehatan di Indonesia masih sangat luas biasa. Cerita tentang warga yang kesulitan mengakses layanan kesehatan dasar di puskesmas saja, misalnya, masing sering kita dengar.

Ketersediaan obat yang berkualitas di setiap fasilitas layanan kesehatan dan pasar yang bisa diakses publik merupakan salah satu bagian lain dari ikhtiar menjaga kesehatan publik.

Kedua, saya menemukan data bahwa 90% bahan baku obat Indonesia masih diimpor. Salah satu alasan yang mengemuka adalah bahwa cacah perusahaan nasional yang memproduksi bahan baku obat di Indonesia masih sangat terbatas, sehingga tidak memenuhi kebutuhan.

Pengembangan transfer teknologi dan semberdaya manusia dianggap sebagai solusi untuk meningkatkan kemandirian. Dari persektif lain, pengembangan obat modern asli Indonesia dengan memanfaatkan bahan baku domestik (termasuk tanaman herbal) nampaknya menjadi tantangan yang harus dipecahkan dan dihadapi secara kolektif.

Secara hitungan ekonomi kasar, harga obat dengan bahan baku lokal, juga diharapkan lebih terjangkau oleh publik.

Ilustrasi berikut bisa menjadi pengingat posisi penting tanaman herbal sebagai obat.

Pada 1664, Pulau Manhattan, di mana Kota New York (yang dulunya bernama New Amsterdam) berada di sisi paling selatannya, diambil alih Inggris. Penguasa sebelumnya adalah Belanda. Belanda bersepakat memberikannya kepada Inggris sebagai imbal balik atas sebuah pulau kecil lain. Pulau yang merupakan penghasil rempah-rempah ini diberikan kepada Inggris kepada Belanda.

Pulai kecil ini bernama Run, yang terletak di sebelah selatan Pulau Seram dan sebelah barat Pulau Banda. Meski hanya seluas 3 km persegi, pulau ini dipertukarkan dengan Pulau Manhanttan yang luasnya hampir 20 kali lipat. Saat ini, Pulau Run masuk dalam wilayah Provinsi Maluku.

Pulau yang diklaim oleh Belanda melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), ingin direbut kembali oleh Inggris yang  saat itu dipimpin oleh Nathaniel Courthope. Kesepakatan “tukar guling” tersebut terjadi setelah melalui pertempuran, pengepungan, dan perundingan.

Apa hubungan cerita di atas dengan peluncuran program studi kali ini?

Pala, salah satu herba, pada saat itu dipercaya sebagai obat ampuh, ketika pandemi menyerang London pada paruh kedua abad ke-17. Sekitar 20% warga London meninggal dunia. Nah, ketika itu, 10 pon (sekitar 4,54 kg) pala yang di Pulau Run seharga 1 penny, berganti harga menjadi 50 shilling di London, alias naik 600 kali.

Apoteker meraih untung yang luar biasa pada saat itu. Seorang apoteker menyatakan, bahwa pala tersebut mahal, tetapi menjadi obat yang murah ketika kematian mendekat.

Pala, saat itu, hanya ditemukan di Pulau Run dan sekitarnya. Ketika Inggris kembali menguasai Pulau Banda Neira pada 1810, pohon pala dibawa Inggris ke daerah koloninya, seperti Sri Lanka dan Singapura. Itulah awal keruntuhan dominasi Belanda dalam perdagangan rempah-rempah.

Cerita tersebut terekam dalam sebuah buku yang ditulis oleh Milton (1999) yang berjudul Nathaniel’s Nutmeg, Or, The True and Incredible Adventures of the Spice Trader who Changed the Course of History. Perjalanan Nathaniel Courthope, seorang petualang Inggris dan arti penting tanaman herba pala kala itu, dan konflik dagang yang menyertainya, terekam dengan apik dalam buku ini.

Kehadiran program studi farmasi program magister di UII, kita harapkan bersama, dapat berandil memecahkan masalah di atas, dengan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas di bidang farmasi.

Komitmen untuk memanfaatkan mahadata untuk mendapatkan tilikan baru dan membantu peningkatan kebijakan kesehatan, juga diharapkan menjadikan program studi baru ini semakin penting dan sekaligus unik.

Referensi:

[1] https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/indicator-groups/indicator-group-details/GHO/current-health-expenditure-(che)

[2] https://www.who.int/data/gho/data/indicators/indicator-details/GHO/current-health-expenditure-(che)-per-capita-in-us$

Sambutan pada peluncuran Program Studi Farmasi Program Magister Universitas Islam Indonesia, 12 Juni 2021.

Penemuan teknologi blockchain dianggap dapat semakin meningkatkan keamanan data. Blockchain atau yang lebih dikenal dengan sebutan Distributed Ledger Technology, memungkinkan kita memindahkan data secara peer to peer. Caranya dengan mendistribusikan database ke beberapa titik sehingga tidak perlu bergantung pada satu buah server. Demikian seperti disampaikan Muhammad Devito Dunggio, Chairman of Asosiasi Blockchain Indonesia  dalam webinar Talks in Deventer yang belum lama ini diselenggarakan UII.

“Blockchain masih tergolong baru, sehingga masih sangat perlu banyak perbaikan dalam sistemnya. Namun, teknologi blockchain ini bertumbuh dengan sangat pesat terutama dalam bidang finance”, ujarnya. 

Read more

Pusat Studi Hukum Konstitusi (PSHK) Fakultas Hukum (FH) UII menggelar webinar bertemakan “Membaca Program Legislasi Nasional dan Agenda Konstitusi” belum lama ini secara daring. Acara itu menghadirkan pembicara Muhammad Rifqinizamy Karsayuda, M.H. (Anggota DPR RI Fraksi-PDI Perjuangan), Dr. Wicipto Setiadi, M.H. (Dirjen Peraturan Perundang-undangan 2014 dan Dosen FH UPN Veteran Jakarta), dan Allan Fatchan Gani Wardhana, M.H. (Direktur PSHK dan Dosen FH UII).

Read more

Berdirinya Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai kampus nasional tertua di Indonesia erat dengan pembentukan identitas keislaman dan keindonesiaan. UII menjadi salah satu pionir perguruan tinggi yang menyebarluaskan nilai Islam di Indonesia melalui misi rahmatan lil alamin dan ulil albabnya. 

Mohammad Hatta dan KH. Abdul Kahar Muzakkir merupakan dua diantara banyak nama pendiri UII sekaligus Bapak bangsa Indonesia. Keduanya juga tokoh yang konsisten menyebarkan pesan Islam yang keindonesiaan.  Hal ini diungkapkan oleh Dr. Drs. Yusdani, M.Ag (Ketua Prodi Hukum Islam Program Doktor FIAI UII) dalam webinar bertajuk “Keislaman dan Keindonesiaan” di UII belum lama ini.

Read more

Persaingan di ranah ekosistem digital Indonesia semakin memanas. Terlebih setelah dua perusahaan startup besar yakni Gojek dan Tokopedia melakukan merger. Berangkat dari isu ini, untuk membahas lebih lanjut terkait persaingan ekosistem digital di Indonesia, Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH FH UII) mengadakan webinar virtual melalui zoom meeting bertemakan “Membaca Persaingan Ekosistem Digital Indonesia”. Webinar ini menghadirkan dua pemateri yaitu Dyah Ayu Febriana, S.I.A. (Asisten Peneliti INDEF) dan Assoc. Prof. Dr. Drs. Chandra Setiawan, M.M., Ph.D. (Komisioner KPPU RI).

Read more

Pentingnya menjaga kesehatan seksual dan reproduksi masih belum banyak disadari masyarakat. Pasalnya membicarakan hal tersebut masih dianggap tabu oleh sebagian orang. Setiap tahun sedikitnya 2 juta remaja di dunia melakukan unsafe abortion. Merespon hal itu, Srikandi UII mengadakan Webinar “Membangun Pemahaman Kesehatan Seksual dan Reproduksi Sedari Dini” dengan pembicara Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., Ph.D. (Dekan FK-KMK UGM dan Guru Besar Bidang Pendidikan Kedokteran).

Read more