Ramadan merupakan bulan dengan berjuta kebaikan. Pembukanya adalah rahmat, tengahnya ampunan, dan penutupnya pembebasan dari api neraka. Ketika Ramadan pula, pedoman hidup muslim, Al-Qur’an, diturunkan.
Wahyu pertama (QS 96:1-5) yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad adalah tentang membaca (iqra). Ini mengindikasikan bahwa budaya membaca sangat penting dalam Islam.
Bagaimana caranya? Perintah membaca tersebut muncul sebanyak dua kali dalam wahyu awal tersebut. Membaca tidak cukup dengan sekali, tetapi harus berkali-kali.
Iqra juga bisa berarti menghimpun. Secara spesifik, membaca adalah menghimpun setiap huruf penyusun kata. Otak kita memprosesnya menjadi sebuah bacaan dengan cepat. Rentetan kata akan menjadi kalimat penyampai pesan. Kumpulan kalimat akan menghadirkan pemahaman.
Secara luas, membaca dapat juga dimaknai sebagai proses menghimpun fakta yang terserak. Membaca yang ditujukan untuk memahami sesuatu ibarat menghubungkan antartitik atau antarkonsep yang bisa jadi tidak terdeteksi pada pembacaan pertama. Pembacaan lanjutan sangat mungkin menghadirkan tilikan baru dan pemahaman yang lebih mendalam.
Ketika kapasitas personal tidak memungkinkan, membaca secara kolektif menjadi pilihan. Merujuk kita-kitab tafsir lampau yang muktabar, untuk memahami Al-Qur’an, termasuk dalam strategi ini. Keragaman tafsir akan memperkaya pemahaman.
Membaca harus diikuti dengan motivasi yang suci: dengan nama Tuhan, bismi rabbika. Di sinilah pentingnya meluruskan niat dalam membaca. Pemahaman yang kita dapatkan ketika membaca, tidak lantas menjadikan kita jumawa. Justru sebaliknya, kita merasa semakin kecil, karena paham bahwa hanya sedikit yang diketahui. Pemahaman dari membaca juga seharusnya diniatkan untuk kebaikan: meningkatkan kualitas diri, memperbaiki kualitas amal, dan menginspirasi orang lain.
Apa yang kita baca? Yang paling jelas adalah Al-Qur’an, sebagai ayat qauliyah (tanda terfirmankan) dari Allah. Membaca Al-Qur’an adalah salah satu perintah penting untuk mengisi Ramadan. Banyak muslim berniat mengkhatamkannya selama sebulan penuh. Meski, membaca Al-Qur’an sudah semestinya tidak dikhususkan hanya ketika Ramadan. Membaca Al-Qur’an dapat menghadirkan beragam manfaat.
Pertama, adalah manfaat spiritual yang bersifat transendental untuk meningkatkan keimanan (QS 22:35). Bagi muslim, tidak ada keraguan terhadap Al-Qur’an. Tadabur terhadap ayat-ayat di dalamnya akan mendekatkan kita kepada Allah dan memahamkan terhadap banyak hal untuk menebalkan imam.
Dalam Al-Qur’an, misalnya terdapat banyak ajaran indah bisa menjadi rujukan bertindak dengan kontekstualisasi kekinian. Misalnya, berdasar Al-Qur’an, yang diperjelas dengan beragam hadis, ajaran Islam melarang praktik ekonomi monopolistik (QS 22:25) dan curang (QS 83:2-3). Praktik ini terbukti, berdasar bukti empiris, telah menghadirkan banyak mudarat. Kesadaran akan indahnya ajaran Islam seperti ini seharusnya meningkatkan keimanan.
Kedua, membaca Al-Qur’an juga mempunyai manfaat rekreasional, dalam arti luas, termasuk memberikan ketenangan hati (QS 13:28). Bukti empiris ilmiah mendukung hal ini. Riset Mahjoob et al. (2016) yang dimuat di Journal of Religion and Health menemukan bahkan mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang tartil meningkatkan kesehatan mental dan ketenangan. Riset lain oleh Magomaeva et al. (2019) yang diterbitkan di Journal of the Neurological Sciences melaporkan bahwa membaca Al-Qur’an meningkatkan tingkat relaksasi dan optimisasi status sistem syaraf pusat.
Ketiga, membaca Al-Qur’an juga menghadirkan manfaat intelektual (QS 3:190). Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang mengajak kita untuk tafakur dan melakukan refleksi atas banyak fenomena empiris. Inilah yang menunjukkan pentingnya membaca ayat kauniyah (tanda kosmos) yang terserak di semesta alam.
Al-Qur’an mengajak kita bertafakur tentang langit yang ditinggikan, bumi yang dihamparkan, gunung yang ditegakkan, air hujan yang diturunkan, tumbuhan yang dihidupkan. Al-Qur’an juga memberitahu kita tentang penciptaan semesta (makrokosmos) dan penciptaan manusia (mikrokosmos). Melakukan tadabur alam dan riset serta membaca literatur merupakan bagian dari membaca tanda kosmos ini.
Tulisan ini telah dimuat dalam rubrik Hikmah Ramadan SKH Kedaulatan Rakyat, 18 April 2021.