Sukses Berkarir Sesuai Syariat Islam

Perasaan negatif yang dialami akibat tidak bisa terhubung, tidak bergabung, ketinggalan ataupun kelewatan momen yang dimiliki oleh orang lain hampir dialami oleh semua orang. Hal ini dikemukakan Clinical Psychologist Candidate Zunea Farizka Azyza H.U., S.Psi., di webinar nasional yang diadakan oleh Pusat Studi Psikologi Islam Universitas Islam Indonesia (UII), beberapa waktu yang lalu. Webinar yang mengangkat tema Fear of Missing Out (FoMo) ini dihadiri ratusan peserta dari seluruh Indonesia. Dalam materinya ia mengambil judul “It’s your life you’re missing out on”.

Read more

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan Universitas Islam Indonesia (UII), Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. mengemukakan perkembangan jumlah mahasiswa asing yang menempuh studi menjadi faktor ukuran kesiapan dan kinerja perguruan tinggi dalam menghadapi persaingan global. Karenanya penyelenggaraan program internasionalisasi harus dapat dipersiapkan dengan matang.

Read more

Pentingnya Menjaga Sport Performance

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar Growth Festival dengan menggandeng beberapa mitra strategis dalam kerangka penta-helix dari ekosistem inovasi dan kewirausahaan di Indonesia. Kegiatan tahunan ini bertujuan untuk mendorong pemanfaatan hasil penelitian dan invensi di perguruan tinggi. Selain itu juga untuk mendorong berbagai macam aktivitas pengembangan kewirausahaan dari sivitas akademika yang kemudian dihilirisasi dan dikomersialisasi demi menyelesaikan berbagai persoalan bangsa melalui inovasi.

Read more

Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini menjadi hal yang tak terpisahkan dalam perkembangan teknologi modern. Pembahasan mengenai AI tersebut menjadi tema utama dalam webinar yang diadakan Program Studi Informatika UII pada Sabtu (31/10). Agenda webinar bertema “Applied AI” ini bertujuan mengeksplorasi penelitian berkelanjutan di bidang informatika. Narasumber yang dihadirkan adalah Izzati Muhimmah, Ph.D dari UII dengan bahasan tentang Computer Aided Pathology. Selanjutnya ada Hansung Lee, Ph.D dari Universitas Youngsan, Korea Selatan dan Dr. Yuliant Sibaroni dari Universitas Telkom.

Read more

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Universitas Islam Indonesia (UII) Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A. mengatakan dari waktu ke waktu tantangan dan dinamika perkuliahan semakin berbeda. Tidak sedikit dari mahasiswa yang saat ini telah menikmati perkuliahan secara daring ketimbang harus kembali lagi ke Yogyakarta (kampus).

Read more

Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) UII bekerjasama dengan Prodi Pendidikan Dokter dan Ekonomi Islam UII melaksanakan Webinar Nasional Keislaman seri 3 dengan tema “Solusi Islam pada Dilema antara Ekonomi vs Kesehatan di Krisis Covid-19”. Webinar ini menghadirkan tiga pemateri, yakni Aidil Akbar Madjid, Chairman dan President IARFC Indonesia, Muhammad Khaeruddin Hamsin, Lc., L.LM., Ph.D., Dosen Ushul Fiqh UMY, dan dr. Agus Taufiqurrohman, M.Kes., Sp.S., praktisi kesehatan sekaligus dosen FK UII.

Read more

Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam Universitas Islam Indonesia (DPPAI UII) menggelar kajian online dalam rangka Peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, pada Minggu (1/11). Kajian dengan tema “Merefleksikan Figur Intelektual Nabi, Berkhidmat Tanpa Henti” ini menghadirkan pembicara Dewan Syuro Majelis Rasulullah, Habib Ir. Nabiel Al Musawa, M.Si. dan diikuti ratusan jamaah.

Read more

Penjenamaan (branding) awalnya memang praktik di dunia bisnis, tapi perkembangan mutakhir menunjukkan bahwa penjenamaan menjadi lazim juga di sektor publik (pemerintahan) dan bahkan organisasi nirlaba, termasuk perguruan tinggi (PT). Penjenamaan adalah bagian kecil dari pemasaran. Apa tujuannya? Beragam. Salah satunya adalah untuk membangun citra baik organisasi di benak khalayak.

Citra di sini perlu diberi catatan agak tebal, karena akhir-akhir ini, kata pencitraan mempunyai makna peyoratif, yang berkonotasi buruk. Citra yang dibangun seharusnya bersifat tulen (genuine) dan bukan hasil pemutarbalikan fakta untuk mengelabui publik.

Mengapa PT perlu melakukan penjenamaan? Paling tidak terdapat dua alasan utama. Pertama, untuk dikenal khalayak, PT harus tetap terlihat menonjol (outstanding) di tengah kerumunan.  Kerumunan ini tidak hanya lebih dari 4.000 PT di Indonesia, tetapi juga PT asing yang juga menyasar calon mahasiswa dari Indonesia. Kedua, karena memori publik cenderung pendek, maka PT harus selalu mengingatkan publik tentang keberadaan dan kiprah kontributifnya. Karenanya, penjenamaan bukan proses sekali jalan, tetapi proses berulang secara konsisten.

Untuk terlihat menonjol, PT harus mengidentifikasi keunikannya yang menjadikannya berbeda dengan yang lain. Tidak selalu mudah, tapi perlu diikhtiarkan. Keunikan bisa mewujud, paling tidak dalam dua aspek. Pertama, sifat atau karakteristik yang melekat di diri PT, seperti nilai-nilai yang diyakini, sumber daya yang dipunyai, atau prestasi yang dimiliki.

Kedua, keunikan juga bisa diwujudkan dalam bentuk gaya pengkomunikasian. Di sini, inovasi dalam desain, produksi, dan kanal media pemasaran menjadi penting. Unsur kejutan juga perlu dimasukkan, jika memungkinkan. Tentu, karakteristik sasaran ikhtiar pemasaran. Milenial, misalnya, mempunyai preferensi yang berbeda dengan generasi pendahulunya. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial dan media daring dibandingkan dengan media cetak, misalnya.

Sasaran pemasaran tidak hanya calon mahasiswa, tetapi juga calon mitra dan khalayak ramai. Calon mitra penting untuk memperkuat PT dalam menjalankan beragam programnya. Khalayak ramai, termasuk orang-orang terdekat calon mahasiswa, dalam banyak kasus menjadi pemasok informasi kepada calon mahasiswa sebelum mengambil keputusan.

Karenanya, pilihan gaya menjadi penting. Beberapa PT memilih gaya langsung (hard selling). Gaya ini biasanya digunakan untuk menyasar calon mahasiswa, untuk meningkatkan cacah pendaftar. Yang dilakukan termasuk memberi janji-janji jika sudah menjadi mahasiswa dan bahkan ketika lulus. Tidak semua PT merasa nyaman menggunakan pendekatan ini.

Karenanya, beberapa PT lain lebih suka membingkai pemasaran secara halus (soft selling). Yang dituju adalah kesadaran sebelum memutuskan dan mengajak sasaran untuk melakukan refleksi. Tentu, keduanya bisa dikombinasikan karena kedua gaya ini mempunyai keunggulan dan kekurangannya masing-masing.

Sebagai lembaga pendidikan, PT perlu juga menjaga bahwa praktik yang dilakukan dalam penjenamaan tetap dalam koridor etika. Bagaimana caranya? Beberapa prinsip berikut perlu menjadi pertimbangan adalah mendesain pendekataan penjemaan yang tidak mengandung unsur kebohongan, tidak merendahkan PT lain, dan tidak membodohi publik dengan bingkai informasi yang bisa membimbing ke kesimpulan yang tidak tepat. Prinsip-prinsip ini bisa mewarnai diskusi dalam pembuatan konten untuk penjenamaan, mulai dari tema yang dipilih, bingkai untuk mengkomunikasikan, dan bahkan sampai pada diksi dan visualisasinya.

Jangan sampai, sebagai lembaga terhormat, PT menggunakan cara-cara yang jauh dari bermartabat, termasuk membodohi publik. Jika penjenamaan dilakukan dengan jujur, meskipun PT belum dipilih, misalnya, calon mahasiswa dan publik sudah belajar satu hal: kejujuran. Yang terakhir ini bisa jadi membuat mereka berpikir ulang dalam menentukan pilihan.

Sari dari materi pemantik diskusi di MarkeThink UII 2020: Social Media Marketing on the Ball, 31 Oktober 2020.

Jiwa mukmin - UII - berita kontrol kehamilan

Psikolog muda diminta dapat memberikan sumbangsih keprofesian untuk meningkatkan solidaritas dalam menghadapi pandemi Covid-19. Salah satunya dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan kompetensi walaupun sudah lulus dari program psikologi profesi mengingat pesatnya perkembangan pengetahuan.

Hal tersebut dikemukakan Ketua II Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), Dr. Andik Matulessy, Psi. pada acara Pengambilan Sumpah Profesi Psikolog, Program Magister Psikologi Profesi UII secara daring, Sabtu (31/10). Pada periode-49 ini, sebanyak 17 wisudawan lulusan berpartisipasi dalam pengambilan sumpah profesi.

Andik Matulessy menuturkan di masa pandemi psikolog dihadapkan dengan berbagai tantangan baru seperti tele-konseling psikologis dan tele-psikoterapi. Dengan maksud melakukan pendampingan psikologis, memberikan upaya untuk melindungi kondisi psikologi masyarakat yang terdampak secara emosional.

Andik Matulessy menambahkan, memasuki dunia karier persaingan dengan mengedepankan skill dan pengetahuan menjadi kunci sukses. Memiliki pengalaman juga akan memberikan nilai tambah bagi seseorang. Dengan banyaknya pengalaman seorang psikolog bisa memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Sikap (attitude) merupakan elemen penting, selain juga mengambil peran dominan terhadap suatu kepercayaan. Karenanya attitude harus selalu dibangun.

“Basis dari kompetensi adalah attitude atau sering dikatakan ethical condact atau ethical standart, kita mungkin punya pengetahuan yang bagus, keterampilan yang bagus, pengalaman yang memadai tetapi kalau kita tidak memiliki etika yang bagus tentunya juga akan mempengaruhi profesi kita. Hal yang dilakukan oleh satu orang dan melanggar profesi, sangat mempengaruhi bagaimana kepercayaan publik kepada keprofesian kita,” tutur Andik Matulessy.

Keterlibatan psikolog dalam berbagai kegiatan merupakan usaha dalam pemulihan keadaan. Andik Matulessy berharap keikutsertaan para psikolog yang baru saja disumpah untuk menjadi relawan dalam meningkatkan kesehatan mental terutama dalam menghadapi pandemi Covid-19. “Beberapa hari ini terjadi peningkatan 4.500 persen yang mengakses 119 extention 8, konsultasi psikologi. Sehingga membutuhkan sekali para relawan terutama psikolog untuk memberikan waktunya,” imbuhnya.

Sementara Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dalam sambutannya berpesan untuk menjalankan profesi dengan sebaik-baiknya. Untuk menghubungkan kegiatan praktek profesi dan aktivitas pembentukan peradaban, perlu membekali diri dengan memperkaya literasi untuk menghubungkan dengan masa depan. Fathul Wahid menyebutkan empat hal penting yang perlu dikembangkan. Pertama, literasi masa depan yang memungkinkan seseorang mampu mengimajinasikan masa depan, dari sinilah arah perjalanan kedepannya dapat direncanakan.

Kedua, berfikir secara sistemik (system thinking), ini merupakan pola fikir yang membuat seseorang berfikir secara keseluruhan. Ketiga, antisipation, antisipasi adalah bagaimana sikap kita merubah prilaku supaya relevan dengan kebutuhan masa depan, tanpa kemampuan antisipasi seseorang akan gagap menghadapi masa depan. Keempat, strategic forside, merupakan kemampuan seseorang melihat alternatif-alternatif dimasa mendatang, banyak kemungkinan kemungkinan yang terjadi karena sifat masa depan adalah jamak, bukan tunggal.

“saya berhadap dan mengajak saudara semuanya mulai hari ini untuk mengembangakan literasi tersebut, untuk mengembangkan diri sebagai warga masa depan yang lebih baik. Karenanya tetaplah tak bosan dalam belajar, teruslah melangkah di jalan kebenaran, janganlah lelah dalam menegakkan keadilan, dan janganlah mundur dalam berkiprah untuk merajut peradaban,” ucapnya.

Fathul Wahid dalam kesempatannya juga mengucapkan selamat bagi para alumni. Ia berpesan untuk selalu menjaga nama baik alamamater. “saya menitipkan untuk menjaga nama baik almamater kepada psikolog baru. Caranya sederhana, dengan menjaga nama baik pribadi, insyaAllah nama baik UII akan ikut terus terjaga. Do’a baik kami akan terus menyertai, semoga Allah meridhoi,” pungkasnya. (HA/RS)

Di tengah keterbatasan situasi pandemi, wisuda dapat tetap dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi digital. Seperti wisuda secara daring asinkron UII pada Sabtu (31/10). Wisuda periode VI Tahun Akademik 2019/2020 ini diikuti 741 wisudawan/i yang terdiri dari 71 ahli madya, 599 sarjana, 63 magister, dan 8 doktor. Sedangkan pada periode I Tahun Akademik 2020/2021, UII mewisuda sebanyak 856 wisudawan/i yang terdiri dari 97 diploma, 638 sarjana, 109 magister, dan 12 doktor. Jumlah tersebut menambah total keseluruhan alumni UII menjadi 107.551 orang.

Read more