Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar Rapat Terbuka Senat UII secara daring pada 28 Zulhijah 1441 atau Selasa (18/8) guna memperingati milad ke-77. Milad kali ini mengambil tema Meluhurkan Peradaban. Peradaban menjadi pilar penting dalam menumbuhkan karakter generasi masa depan yang adaptif untuk menghadapi perubahan tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur bangsa.

Read more

Meniti karir di era 4.0 ternyata sarat dengan tantangan baru. Salah satunya yakni tenaga manusia perlahan tergantikan oleh komputer dan drone yang terdigitalisasi. Para lulusan pencari kerja diharuskan memiliki seperangkat keterampilan dan pola pikir baru agar bisa bertahan. Inilah yang menjadi topik utama dalam “Webinar Karir: Peluang dan Tantangan Karir di Era Industri 4.0” yang diadakan oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) UII pada Ahad (16/08) secara daring. Acara ini dalam rangka memperingati ulang tahun ke-25 FPSB UII.

Read more

Psikolog sekolah seringkali dinilai tidak berbeda dengan guru Bimbingan Konseling (BK). Padahal ilmu yang dipelajari bisa jadi jauh berbeda. Di sekolah sendiri, peran psikolog sekolah lebih menantang karena tidak hanya bertanggung jawab mendiagnosa siswa bermasalah, tapi juga bersuara dalam menunjau kurikulum sekolah. Topik ini menjadi bahasan utama dalam acara Alumni Magister Psikologi Profesi Berbagi yang diadakan oleh Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), secara daring pada Sabtu, (15/08), dalam rangka memperingati ulang tahunnya yang ke-25.

Read more

Korps Dakwah Universitas Islam Indonesia (Kodisia UII) didukung Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam UII menggelar kajian pra nikah menghadirkan Ustadz Rosyid Abu Rosyidah, M.Ag., selaku alumni STDI Imam Syafi’i Jember dan Dewan Konsultasi bimbinganislam.com (BIAS) pada Sabtu (15/8). Kajian dengan topik pernikahan ini akan diadakan dalam empat kali pertemuan hingga Minggu depan.

Read more

Bisnis menjadi salah satu ketahanan ekonomi ketika adanya pandemi Covid-19. Demikian disampaikan Suparwoko, Ph.D., IAIz, Ketua Program Studi Arsitektur Program Magister
Universitas Islam Indonesia (UII) dalam webinar berjudul Doing Business on rural or Urban Farming during The Covid-19 Pandemic belum lama ini.

Read more

Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan seminar nasional seri #4 berjudul Produktifitas Lahan Terdegradasi yang Berkelanjutan, pada pada Sabtu (15/8). Kegiatan seminar diadakan secara daring dan diikuti dari berbagai kalangan, di antaranya murid Sekolah Menengah Atas, Mahasiswa, Akademisi, Praktisi, Pegawai Negeri Sipil, dan alumni Teknik Lingkungan UII. Selain itu acara ini juga diikuti oleh Ketua Jurusan Teknik Lingkungan UII, Eko Siswoyo, ST, Msc.ES, MSc, Ph.D, dan Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) DIY, Dr. Ing. Ir. Widodo, M.Sc.

Read more

Demokrasi Indonesia banyak diwarnai keterlibatan kaum terpelajar yang terjun sebagai aktivis. Sedikit di antara nama aktivis yang dikenang memiliki keteguhan sikap dan pendirian atas demokrasi adalah Anang Eko Priyono (AE Priyono). Bulan April menjadi bulan duka atas wafatnya AE Priyono. Di samping sebagai aktivis demokrasi serta pemikiran Islam, ia juga merupakan alumni UII angkatan 80-an. Hingga akhir hayatnya, ia menjadi pribadi yang sangat sederhana sekaligus inspirasi intelek yang membela keadilan.

Hal inilah yang disorot oleh Ikatan Keluarga Alumni (IKA UII) dan Direktorat Pengembangan Karir dan Alumni (DPKA UII) yang menyelenggarakan bedah buku pemikiran AE Priyono. Acara ini bertemakan “Merawat Intelektualisme, Meruwat Demokrasi”.

Read more

Saya percaya kita sepakat bahwa kemerdekaan dari penjajah merupakan syarat untuk melakukan pembangunan. Tanpa kemerdekaan, sulit membayangkan bagaimana pembangunan menemukan cara. Kita semua berhutang budi kepada para pejuang yang membebaskan Indonesia dari penjajahan. Kita kirimkan doa terbaik kepada para syuhada yang gugur. Tanpa mereka, dan kehendak Allah, Indonesia tidak mungkin memulai membangun jiwa dan raganya.

Untuk saat ini, pertanyaan selanjutnya adalah pembangunan itu apa? Beragam perspektif kita temukan dalam literatur.

Namun, ada satu perspektif yang menarik hati saya, yaitu konsep pembangunan sebagai kemerdekaan (development as freedom) yang dikenalkan oleh Amartya Sen (1999), ekonom kelahiran India yang sudah malang melintang di perguruan tinggi kelas dunia, seperti University of Oxford, MIT, LSE, University of Cambridge, dan saat ini di Harvard University. Sen adalah penerima hadiah Nobel bidang ekonomi pada 1998.

Sen memperkenalkan pisau analisis untuk mengevaluasi pembangunan, dengan konsep capability approach (CA). CA mengasumsikan setiap proses konversi dari sumber daya (resources) atau komoditas yang dimiliki oleh seseorang menjadi kapabilitas (capability). Kapabilitas adalah keadaan atau tindakan yang mungkin dicapai. Sebagai contoh, ponsel adalah sumber daya. Kepemilikan atau akses terhadap ponsel menghadirkan beragam kapabilitas, seperti melakukan komunikasi, mencari informasi, atau mengikuti pembelajaran daring. Nah, kapabilitas yang ditingkatkan inilah tanda pembangunan berhasil.

Selanjutnya, kapabilitas akan memberikan kemerdekaan kepada pemiliknya untuk menjadikannya mewujud nyata (functioning), menjadi sesuatu yang bernilai. Contohnya adalah ponsel yang akhirnya digunakan untuk mencari informasi atau mengikuti pembelajaran daring. Pemilik ponsel pun bisa memilih tidak menggunakannya. Ini lagi-lagi juga karena kemerdekaan yang dipunyainya, bukan keterpaksaan yang merupakan satu-satunya pilihan.

Dalam konteks yang luas, functioning dapat mewujud dalam berapa bentuk, seperti mengakses layanan pendidikan, fasilitas kesehatan, sumber pendapatan, atau kebebasan berpendapat. Ini adalah contoh kemerdekaan, kapabilitas yang ditingkatkan.

Sebaliknya, ketidakmerdekaan dalam mewujud dalam bentuk yang mengerikan: kemiskinan, tirani, kesempatan ekonomi yang terbatas, fasilitas publik yang buruk, intoleransi, negara yang represif, ketakutan massal dalam menyuarakan kebenaran, ketiadaan kanal untuk menyalurkan aspirasi, dan masih banyak contoh lainnya.

Untuk memberikan ilustrasi dari bidang yang saya geluti, teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Di satu sisi, TIK bisa memerdekakan manusia, sebagai sekaligus bisa menambah dalam jurang kesenjangan antarwarga. Saat ini, misalnya, pembelajaran daring dengan bantuan TIK yang saat ini dijalankan di dunia pendidikan, masih menjadi pengalaman mewah untuk sebagian anak bangsa.

Kisah miris pun kita baca. Seorang mahasiswa meninggal dunia karena kecelakaan ketika malam hari naik sepeda motor mencari lokasi untuk mendapatkan sinyal Internet. Mahasiswa lain harus meregang nyawa karena terjatuh saat memanjat menara masjid untuk mengirim tugas kampusnya. Sekelompok anak sekolah harus berjalan berkilo-kilo meter untuk sekedar mencari sinyal Internet. Atau, sekelompok anak SD harus ke makam desa untuk belajar daring.

Bahkan, hati kita seakan teriris ketika membaca berita seorang bapak yang ditangkap polisi karena mencuri laptop untuk sekolah daring anaknya. Seorang juru parkir pun tergoda mencuri motor yang seharusnya dijaganya untuk membelikan ponsel untuk belajar anaknya. Seorang anak sekolah harus datang ke sekolah sendirian untuk bisa belajar berdua dengan gurunya. Sebagian guru harus mendatangi anak didik yang disayanginya untuk sekedar menemaninya belajar.

Daftar di atas hanya contoh dari satu sisi kecil kondisi warga negara. Masih banyak sisi lain yang belum tertangkap kamera dan masuk berita.

Ketika kapabilitas warga masih terbatas, apalagi di masa pandemi ini, kita bisa mengajukan pertanyaan: apakah pembangunan sudah memberikan janjinya, memerdekakan warga? Setiap kita bisa melakukan refleksi dan mencari jawab secara leluasa.

Kita memang sudah merdeka dari penjajah. Kita juga sudah lama membangun negeri ini. Sebagian anak bangsa sudah menikmatinya. Tapi, masih banyak saudara kita di pojok Indonesia nun jauh di sana, yang masih menunggu di antar menuju gerbang kemerdekaan, oleh negara dan mungkin juga oleh kita, sebagai warga negara yang berpunya dan bahagia. Di masa pandemi seperti ini, solidaritas sesama anak bangsa sangat penting untuk terupaya.

Nampaknya tidak sulit untuk sepakat, bahwa masih banyak pekerjaan rumah menunggu dikerjakan untuk memerdekaan semua warga negara, sehingga tak satu pun yang tertinggal kereta merdeka.

Mari bersama, tetap manjaga asa, bahwa masa itu akan tiba, dengan kerja bersama antara negara dengan punggawa yang sudah selesai dengan dirinya dan bisa dipercaya, bersama dengan warganya. Semoga!

Dirgahayu Indonesiaku!

Refleksi yang disampaikan pada Expresi Anak Negeri: Bagun Jiwa, Bangun Raga untuk Indonesia Merdeka yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Pendidikan dan Kebangsaan (LeSPK) DIY, 15 Agustus 2020.

 

Referensi: Sen, A. (1999). Development as Freedom. Oxford: Oxford University Press.

Internasionalisasi perguruan tinggi telah menjadi keniscayaan yang tak bisa dipungkiri. Setiap sivitas akademika diminta turut berperan aktif di dalamnya. Tak terkecuali para dosen yang dituntut meningkatkan kualitas pengajaran dan penelitiannya. Partenariat Hubert Curien (PHC) Nusantara 2020 menjadi salah satu program yang menciptakan peluang untuk berkolaborasi dengan peneliti dari Prancis.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., dalam sambutannya pada Info Session PHC Nusantara-SAME (Scheme for Academic Mobility and Exchange) Prancis-BOPTN (Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri).

Kegiatan yang diselenggarakan melalui zoom meeting pada Sabtu (15/8) ini merupakan bentuk kerjasama Institut Francais Indonesia (IFI), Kemendikbud, serta Kemenristek/Brin. PHC Nusantara 2020 merupakan program penelitian yang memungkinkan kerjasama antara peneliti Indonesia dengan peneliti Prancis pada bidang-bidang prioritas.

Read more

Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII) pada Jum’at (14/8) mengadakan diskusi “Degradasi Budaya: Rekonstruksi Nilai Budaya di Tengah Tantangan Global”. Diskusi yang dipandu Muhammad Hilmi Adani, Trial Bidang Keilmuan dan Riset Ilmiah LEM UII ini menghadirkan narasumber Djoko Mursabdo S.Sn. Ia dikenal sebagai seniman, budayawan, dan pemilik Galeri Djoko Timun.

Read more