Sekarang kita hidup di era yang disebut dengan Digital Device atau Gaya Hidup Digital. Terlebih dengan adanya pandemi saat ini, masyarakat desa atau kota semakin banyak menghabiskan waktunya menyentuh perangkat digital seperti gawai. Perubahan ini membuat banyak data-data pribadi menjadi terekspos karena sebagai syarat menggunakan aplikasi gawai.

Keamanan digital pun menjadi perhatian guna melindungi data-data yang ada di ruang siber tersebut. Hal inilah yang dibahas secara mendalam di webinar bertema Penguatan Ekosistem Keamanan dan Investasi Digital. Acara pada Sabtu (18/7) itu diadakan Prodi Magister Informatika UII dan diisi oleh Dr. Yudi Prayudi.

Read more

Ekspansi Tiongkok yang semakin kentara sebagai calon negara adikuasa mulai menimbulkan gesekan dengan negara lain. India salah satunya. Kedua negara memiliki perbatasan yang terletak di Pegunungan Himalaya. Lama tak terdengar konflik, kini kedua negara terlibat perselisihan berujung kontak senjata di wilayah perbatasan itu. Dilaporkan puluhan tentara dari kedua negara telah menjadi korban tewas maupun luka-luka akibat konflik.

Hal inilah yang disinggung Program Studi Hubungan Internasional (HI UII) dalam diskusi hangat pada Jumat (17/7) bersama narasumber Hadza Min Fadhli Robby, M.Sc. Diskusi ini membahas isu konflik Tiongkok dan India, terkait wilayah Himalaya yang menjadi perbatasan kedua negara.

Read more

Rasulullah diutus oleh Allah dengan dua tugas yang saling melengkapi: pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Kata Allah, “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (QS Al-Furqan 25:56). Kabar gembira tersebut diberikan kepada orang mukmin yang akan mendapatkan karunia yang besar dari Allah (QS Al-Ahzab 33:47).

Karenanya, seorang mukmin harus selalu menjaga optimisme dan harapan. Jangan sampai berputus asa dari rahmat Allah. Bahkan, meski kita pernah melampaui batas dan berbuat dosa (QS Az-Zumar 39:53- 54). Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Opmitisme tersebut diseimbangkan dengan peringatan yang diberikan Allah melalui Rasulullah, supaya tidak kebablasan.

Kabar gembira dan peringatan ini pun diberikan oleh Rasulullah ketika masa wabah.

Apa kabar gembiranya? Ketika Rasulullah ditanya seorang sahabat tentang wabah, Beliau menjawab: “Wabah adalah azab yang dikirim oleh Allah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tetapi Dia menjadikannya rahmat untuk kaum mukmin. Siapa saja  tinggal di sebuah kota yang terjangkiti wabah dan dia tetap tinggal di dalamnya dan tidak meninggalkan kota tersebut, tetapi bersabar dan penuh harapan kepada rida Allah, dan mengetahui bahwa wabah tidak akan menimpa kecuali sudah ditulis Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mati syahid” (Sahih Al-Bukhari 5734).

Dalam hadis lain, Rasulullah menyatakan bahwa “Mati karena wabah adalah syahid bagi setiap muslim” (Sahih Al-Bukhari 2830). Kesyahidan kematian karena wabah, disamakan dengan kematian karena sakit lambung, tenggelam, terkubur bangunan runtuh, terbakar, dan melahirkan. Semuanya disamakan dengan kesyahidan mati di jalan Allah (Sahih Muslim 1914; Sunan Ibnu Majah 2909).

Seperti tersurat dalam hadis di atas, perlu dicatat di sini, kematian ini bukan sesuatu yang diniatkan alias sengaja memaparkan diri dengan wabah.

Peringatan Rasulullah sangat jelas dalam sebuah hadis lain. Kata Rasulullah, “Ketika kami mendengar adanya wabah di sebuah daerah, maka jangan memasukinya, dan ketika kamu berada di daerah yang terkena wabah, maka jangan keluar darinya” (Sahih Al-Bukhari 5728).

Pesan dalam hadis tersebut sangat jelas, bahwa ikhtiar terbaik harus dilakukan, untuk tidak memaparkan diri kepada penyakit, dan sebaliknya tidak memaparkan penyakit kepada orang lain.

Saat ini, ketika wabah Covid-19 menyerang umat manusia, maka mematuhi orang-orang yang ahli di bidang kesehatan untuk tidak terpapar atau memaparkan penyakit menjadi wajib. Ikhtiar tersebut antara lain dapat berupa menjaga jarak fisik dan memakai masker. Pastikan kita lakukan ini dengan tetap bergembira. Ini perintah agama, bukan hanya imbauan pemerintah.

Mari, kita jaga optimisme. Jangan kita berputus asa dari rahmat Allah. Jangan lupa terus berikhtiar diiringi dengan doa tanpa lelah dan penuh harap, semoga Allah segera mengangkat wabah ini.

Allah menyatakan bahwa Dia akan mengikuti prasangka hamba kepadaNya (Sahih Al-Bukhari 7505). Mari bergembira dalam beragama.

Elaborasi ringan dari materi khutbah Jumat di Masjid Syuhada, 17 Juli 2020.

International Program Universitas Islam Indonesia (IP UII) merupakan kelas internasional yang diselenggarakan oleh program studi tertentu di lingkungan UII yang menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar perkuliahan.

Read more

Pandemi global covid-19 yang belum menunjukkan kapan usai membuat orang harus lebih lama beraktivitas di rumah. Tak terkecuali dalam aktivitas belajar mengajar. Untungnya dengan perkembangan teknologi telekomunikasi berbasis internet, banyak hal produktif yang dapat dikerjakan meski dari rumah. Ketidakadaan sinyal internet bisa diibaratkan katak dalam tempurung. Kita ada tapi tidak tahu kabar sekitarnya.

Pertanyaannya adalah apakah telekomunikasi tahan dengan situasi pandemi?. Jawaban dari pertanyaan di atas dibahas tuntas dalam webinar yang diselenggarakan Prodi Teknik Elektro UII. Webinar bertema “Energi Terbarukan di Masa Pandemi” ini menghadirkan pemateri Rahmadi Budiman, M.T. selaku Managing Director PT. Cascadiant Indonesia dan berlangsung pada Selasa (14/7).

Read more

Pandemi Covid-19 telah ‘memporak-porandakan’ aktivitas perekonomian dunia. Kondisi ini memaksa para pelaku bisnis melakukan berbagai inovasi untuk dapat bertahan di tengah keterbatasan. Inovasi menjadi tolak ukur melihat siapa yang mampu mempertahankan eksistensi bisnisnya. Hal ini dikemukakan dosen Akuntansi Universitas Islam Indonesia (UII) yang juga Direktur Utama Global Prima Utama (UIINet), Primanita Setyono, MBA., Ak., CA., CMA dalam kegiatan webinar bertajuk Digital Business Transformation for Young Entrepreneur #01, pada Rabu (15/7).

Read more

Hukum Keluarga atau juga disebut Ahwal Syakhshiyah merupakan salah satu konsentrasi pendidikan yang potensial. Prospek atau karir dari lulusan Program Studi Ahwal Syakhshiyah ini pun beragam. Seperti di antaranya pengacara, hakim, advokat, di Kementerian Agama, dan Konsultan Syariah.

Read more

Setelah mengumumkan seluruh kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan 61 dilakukan secara daring, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) UII mulai melakukan kegiatan pra KKN dengan memberikan pembekalan kepada seluruh mahasiswa peserta. Kegiatan ini diselenggarakan melalui kanal youtube DPPM UII.

Read more

Masa pandemi Covid-19 sampai saat ini belum juga berakhir. Di sektor pendidikan, kegiatan belajar mengajar masih dilakukan dengan cara daring. Hal ini mengharuskan lembaga pendidikan mengevaluasi dan meningkatkan sistem pembelajaran daring, tak terkecuali pada tingkat Perguruan Tinggi.

Read more

Pandemi Covid-19 merupakan musibah untuk umat manusia. Tak satu bangsa pun di jagad ini yang terhindar. Perbedaannya ada pada respons yang dilakukan, baik oleh warga maupun pemerintah. Dampaknya pun melingkupi semua sektor. Memang ada sektor yang mendapatkan durian runtuh, seperti layanan data dan konferensi daring. Tetapi lebih banyak sektor yang terdampak buruk. Sektor pendidikan, termasuk perguruan tinggi (PT), pun tak luput darinya.

Namun demikian, PT tidak punya pilihan lain selain bertahan sekuat tenaga. Beragam ikhtiar diupayakan. Tidak hanya di tataran pembelajaran, tetapi juga aspek keberlangsungan organisasi. Tidak selalu mudah. Juga, tidak selalu diapresiasi oleh pihak lain. Tetapi, itu bukan alasan untuk mengibarkan bendera putih, tanda menyerah. Tingkat endurans setiap PT berbeda. Kondisi lebih dari 100 PT swasta (PTS) yang merupakan rumah terbesar mahasiswa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sangatlah bervariasi.

 

Dulu dua, kini empat

Dulu, ketika situasi normal, perhatian PT, secara sederhana diarahkan ke dua aspek: menjaga kualitas akademik dan keberlangsungan organisasi. Tetapi kini, ketika pandemi datang, ada dua aspek lain yang masuk radar: keselamatan jiwa dan keberlangsungan pembelajaran. Kedua aspek ini menduduki peringkat pertama dan kedua, sedang kualitas akademik dan keberlangsungan organisasi, tergeser menjadi yang ketiga dan keempat. Keempat aspek ini saling berkelindan.

Untuk aspek keselamatan jiwa, nampaknya semua PT sudah melakukan mitigasi secara serius, sesuai dengan kondisinya masing-masing. Aspek keberlangsungan akademik, salah satunya, diikhtiarkan dengan pembelajaran daring. Beragam teknologi digunakan, mulai dari media sosial sampai dengan layanan konferensi video. Niatnya jelas, menyelamatkan pembelajaran mahasiswa.

Apakah tanpa masalah? Tidak. Ada beragam isu yang mengikutinya. Kesiapan dosen dalam penggunaan teknologi dan pengembangan konten pembelajaran, adalah dua di antaranya. Isu lain ada di sisi mahasiswa. Sumber daya pendukung menjadi perintang, termasuk kualitas koneksi Internet dan konsekuensi biayanya. Tidak kalah penting adalah kesiapan mahasiswa menjadi pembelajar mandiri.

Di awal pelaksanaan pembelajaran daring, tidak jarang kita lihat ‘jeritan’ mahasiswa karena hidupnya dipenuhi dengan tugas tiada henti. Karenanya, tanpa bermaksud menjadikan mahasiswa manja dan kehilangan daya juang, takaran pembelajaran daring yang pas memang perlu dicari, termasuk teknologi pendukungnya.

Hal ini dilakukan untuk mencari keseimbangan baru yang menjadikan fokus PT bergeser ke aspek kualitas akademik. Meski di awal pandemi, ada ruang toleransi yang longgar, tetapi ke depan, aspek ini perlu kembali mendapatkan perhatian serius. Kegiatan akademik lain, termasuk penelitian dan publikasi, harus tetap berjalan dengan baik, meski dengan beberapa keterbatasan karena mobilitas fisik yang tidak mudah lagi dilakukan.

Aspek keberlangsungan organisasi (termasuk di dalamnya kesehatan finansial), meski menempati peringkat buncit, tapi bukan berarti tidak penting. Tanpa ini, ketiga aspek lain di atas, tidak mungkin dijalankan dengan baik.

 

Aspek lain

Namun ada aspek lain yang jarang masuk radar: dampak pembelajaran daring terhadap roda ekonomi lokal. Nah, terkesan tidak berhubungan kan? Ketika pandemi dan sebagian besar mahasiswa pendatang ke kampung halaman, maka bahan bakar pemutar roda ekonomi lokal berkurang secara signifikan.

Kita simulasikan. Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia Yogyakarta menemukan bahwa pengeluaran bulanan setiap mahasiswa pendatang adalah Rp 3.028.850. Ini di luar biaya pendidikan yang dibayarkan ke PT yang proporsinya jauh lebih kecil. Cacah mahasiswa PTS di DIY yang terekam di LLDikti V adalah 260.000 lebih. Jika 70 persen (182.000) adalah mahasiswa pendatang dan 70 persen (127.400) darinya sekarang berada di kampung halaman, maka ada potensi pengurangan uang beredar Rp 385,87 miliar per bulan alias Rp 12,86 miliar per hari.

Terlihat sangat jelas hubungan antara pembelajaran daring dan melambatnya roda ekonomi lokal. Karenanya, dampak pandemi ke sektor pendidikan, bukan melulu masalah akademik, tetapi terkait sangat erat dengan masalah ekonomi.

Sebagian mahasiswa nampaknya harus menuntasnya studinya segera dan tidak semuanya dapat dijalankan secara daring. Mereka harus kembali secara fisik ke DIY. Populasi mahasiswa yang hadir secara fisik akan berangsur bertambah, meski dalam kecepatan yang lambat. Karenanya, ketika situasi sudah mengizinkan mahasiswa pendatang untuk kembali ke DIY, hal ini patut disambut dengan suka cita. Tidak hanya oleh warga kampus, tetapi juga oleh warga masyarakat.

 

Permanen

Di masa depan, pembelajaran daring dapat menjadi permanen. Atau paling tidak, durasi pelaksanaannya diperpanjang, karena sampai hari ini masih sulit untuk mengatakan pandemi di Indonesia sudah dapat dikendalikan. Tambahan cacah kasus terkonfirmasi masih belum turun secara konsisten. Bisa jadi di DIY sudah terkendali, tetapi mahasiswa yang kuliah di DIY berasal dari seluruh Indonesia dan bahkan mancanegara. Tentu kita semua berdoa pandemi segera sirna, tetapi isu ini harus dalam radar pengambilan keputusan.

PT yang akan menjalankan pembelajaran daring secara permanen nampaknya perlu memasukkan variabel ekonomi lokal. Tidak salah menyatakan bahwa alam akan membimbing kita kepada titik ekuilibrium baru, namun ikhtiar tetap harus dijalankan.

Ada dua pilihan. Pertama, pembelajaran daring menjadi substitusi atau pengganti pembelajaran luring, seperti yang selama masa pandemi dijalankan. Jika ini pilihannya, maka mahasiswa tidak perlu hadir secara fisik di kampus dalam sebagian besar masa studinya. Dampaknya terhadap perputaran roda ekonomi lokal akan sangat terasa.

Kedua, pembelajaran daring menjadi suplemen atau penambah. Ketika pandemi usai, pembelajaran luring tetap berjalan secara fisik. Namun, PT dapat menggunakan pembelajaran daring, selain untuk komplemen atau pelengkap pembelajaran luring, juga digunakan untuk memperluas basis mahasiswa. Singkatnya, pilihan ini sejalan dengan semangat demokratisasi pendidikan yang membuka akses lebih luas tanpa hadir secara fisik di kampus. Manfaat kehadiran PT akan semakin luas dan roda ekonomi lokal tetap berputar dengan baik. Ini pilihan yang paling masuk akal dan sekaligus sensitif dengan isu lokal.

Rasa-rasanya, tidak sulit membayangkan bahwa waktu itu akan tiba, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi. Masa depan memang bisa dimulai kapan saja.

Versi lebih ringkas tulisan ini telah dimuat di Kolom Analisis SKH Kedaulatan Rakyat, 16 Juli 2020.