Dalam rangka Penyusunan Rekomendasi dan Kebijakan tentang Konsep Dasar dan Strategi Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan, Badan Perencanaan & Pengembangan/Rumah Gagasan UII mengadakan diskusi tematik di Gedung Prof. Dr. Sardjito,Selasa (27/8).

Diskusi bertemakan Islam dan integrasi keilmuan tersebut menghadirkan Prof. K.H. Yudian Wahyudi, Ph.D. sebagai pemateri kunci. Mengintegrasikan Islam dan keilmuan dalam bidang pendidikan (pada level sekolah menengah dan perguruan tinggi) adalah langkah krusial demi menyongsong kejayaan Islam, ia menyebutnya sebagai visi ‘Menemukan Kembali Ibn Sina’. Nama Ibn Sina digunakan sebagai representatif filsuf-filsuf Muslim tingkat dunia seperti Al-Farabi dan Ibn Rusyd.

Read more

Mahasiswa peserta program Kuliah Kerja Nyata Universitas Islam Indonesia (KKN UII) menyuguhkan beragam inovasi potensi daerah melalui Ekspo Produk KKN di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, pada Selasa (27/19). Dalam gelaran ini, juga ditampilkan hasil kegiatan berbagai bidang yang menjadi lingkup dari kegiatan KKN UII Angkatan 59 di wilayah tersebut.

Read more

Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 telah resmi dimulai. Kompetisi di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) akan diselenggarakan di kampus Universitas Udayana Bali dari 27 Agustus sampai 31 Agustus 2019. Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi, Prof. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak. secara langsung hadir dan membuka gelaran tahunan ini di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Badung, Bali, Selasa petang (27/8).

Read more

Momen peringatan Iduladha tidak dapat kita pisahkan dari ritual dan pengorbanan yang dijalankan oleh Nabi Ibrahim. Karenanya, mari kita gunakan kesempatan baik ini untuk menadaburinya, melakukan refleksi atasnya, dan meneladaninya.

Allah berfirman:

(120) Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam (yang dapat dijadikan teladan), patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang mempersekutukan Allah), (121) dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Allah telah memilihnya dan menunjukinya ke jalan yang lurus. (122) Dan Kami berikan kepadanya kebaikan di dunia, dan sesungguhnya di akhirat dia termasuk orang yang shalih. (QS An-Nahl 16:120)

Allah menegaskan bahwa dalam diri Nabi Ibrahim terdapat teladan.  Hanya Nabi Ibrahim yang selalu kita sebut dalam shalat, selain Nabi Muhammad. Doa yang kita baca untuk Nabi Muhammad ketika tasyahud selalu disetarakan dengan doa kita ke Nabi Ibrahim.

Ya Allah berilah selawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi selawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Ya Allah berilah berkah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim.

Nama Ibrahim disebut sebanyak 69 kali di 24 surat dalam Alquran. Nama Ibrahim juga diabadikan menjadi nama sebuah surat dalam Alquran, yaitu surat ke-14. Ibrahim adalah Bapak Para Nabi, Abulanbiya, karena sebanyak 19 keturunannya menjadi nabi, dari 25 nabi yang disebut dalam Alquran.

Predikat Nabi Ibrahim

Posisi istimewa Nabi Ibrahim juga diindikasikan dengan beragam predikat diberikan oleh Allah.

Pertama, Nabi Ibrahim sangat disayang oleh Allah dan karenanya berjuluk Kekasih Allah, Khalillulah. Pemberian predikat ini terekam pada ayat 125 Surat An-Nisa. Allah berfirman:

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kekasih(-Nya). (QS An-Nisa 4:125).

Kedua, Nabi Ibrahim adalah manusia pilihan terbaik, Al-Musthafa. Allah berfirman:

Dan sungguh, di sisi Kami mereka termasuk orang-orang pilihan yang paling baik. (QS Shad 38:47).

Mengapa menjadi manusia pilihan? Ayat sebelumnya menjelaskan

Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Yakub yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi). (QS Shad 38:45).

Ketiga, Nabi Ibrahim juga termasuk salah satu nabi yang dijuluki Ulilazmi, karena keteguhan hati yang dimilikinya. Selain Nabi Ibrahim, nabi yang dimasukkan ke dalam kelompok Ululazmi adalah Nabi Isa, Nabi Nuh, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad. Nabi Muhammad pun diminta oleh Allah untuk meneladani ketabahan hati Ululazmi ini.

Maka bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana kesabaran rasul-rasul yang memiliki keteguhan hati dan janganlah engkau meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari mereka melihat azab yang dijanjikan, mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. Tugasmu hanya menyampaikan. Maka tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik (tidak taat kepada Allah). (QS Al-Ahqaf 46:35).

Pelajaran dari Nabi Ibrahim

Beragam pelajaran bisa kita dapatkan dari perjalanan hidup Nabi Ibrahim untuk kita teladani.

Pelajaran pertama. Nabi Ibrahim mengajarkan kita untuk terus memurnikan keimanan kepada Allah, termasuk dengan mengasah logika untuk meneguhkannya.

Kesadaran tauhid ini bahkan sudah dimiliki oleh Nabi Ibrahim ketika masih muda belia. QS Al-Anbiya ayat 52-54 merekam dialog antara Nabi Ibrahim dan ayahnya, Azar, yang berprofesi sebagai pembuat berhala, serta kaumnya.

(52) (Ingatlah), ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?” (53) Mereka menjawab, “Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.” (54) Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata. (QS Alanbiya 21:51-54)

Episode debat antara Nabi Ibrahim dan kaumnya dapat mengingatkan kita untuk selalu meneguhkan keimanan kita, dengan argumen yang logis. Ayat 76-78 Surat Al-An’am merekam episode tersebut dengan sangat indah.

Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.” (QS Al-An’am 6:76)

Lalu ketika dia melihat bulan terbit dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Tetapi ketika bulan itu terbenam dia berkata, “Sungguh, jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.” (QS Al-An’am 6:76)

Kemudian ketika dia melihat matahari terbit, dia berkata, “Inilah Tuhanku, ini lebih besar.” Tetapi ketika matahari terbenam, dia berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS Al-An’am 6:78)

Nabi Ibrahim meneguhkan keimanannya dengan menyatakan:

Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (QS Al-An’am 6:79)

Keteguhan iman Nabi Ibrahim tak luntur sedikitpun bahkah ketika dihukum oleh Raja Namrud dan kaumnya dengan dibakar hidup-hidup. Allah menyelamatkannya dengan memerintahkan api menjadi dingin.

Kami (Allah) berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” (QS Al-Anbiya 21:69)

Hubungan yang tidak baik antara Nabi Ibrahim dan ayahnya, akhirnya membuat Nabi Ibrahim diusir. Namun demikian, Nabi Ibrahim sebagai anak tetap menghormati ayahnya. Inilah pelajaran kedua.

Nabi Ibrahim mendoakan ayahnya,

… dan ampunilah ayahku, sesungguhnya dia termasuk orang yang sesat. (QS Asy-Syu’ara 26:86)

Doa Nabi Ibrahim kepada Ayahnya juga terekam dalam ayat lain.

Dia (Ibrahim) berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. (QS Maryam 19:48)

Episode ini mengajarkan kepada kita, dalam kondisi apapun, sikap santun kepada orang tua tetap harus dijaga.

Dalam ayat lain, Alquran mengajarkan kepada kita untuk selalu bersikap lemah lembut kepada dan merendahkan hati kita di hadapan orang tua kita. Kita diminta oleh Allah menggunakan kata yang mulia (qaulan kariman). Kita dilarang membentak dan meremehkan mereka.

Ini adalah pelajaran penting ketika semakin banyak anak muda melupakan akhlak bagaimana bersikap dengan orang tua.

Pelajaran ketiga. Di sisi lain, sebagai ayah, Nabi Ibrahim sangat menghargai anaknya, Nabi Ismail.

Dialog Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika diperintah Allah untuk disembelih menggambarkan itu semua. Meski Nabi Ibrahim jelas diperintah oleh Allah, namun tidak serta merta menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim bahkan bertanya kepada Nabi Ismail tentang pendapatnya. Sangat demokratis.

Nabi Ibrahim menganggap Nabi Ismail sebagai orang dewasa yang telah siap memilih, sebagaimana diceritakan pada QS Ash- Shaffat ayat 102:

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS Ash- Shaffat 37: 102)

Episode ini juga memberikan pelajaran keempat, bahwa Nabi Ibrahim mencontohkan keikhlasan untuk mengorbankan anak yang dicintainya di jalan Allah. Kita bisa bayangkan tingginya rasa sayang Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail, yang lahir setelah penantian 86 tahun. Nabi Ishaq lahir 13 tahun setelah Nabi Ismail, ketika Nabi Ibrahim berumur 99 tahun.

Sanggup mengorbankan sesuatu yang kita cintai, seperti harta, di jalan Allah dengan ikhlas adalah salah satu sifat orang bertakwa. Hewan kurban yang kita sembelih mulai hari ini adalah satu cara kita meneladani Nabi Ibrahim.

Pelajaran kelima. Nabi Ibrahim sangat peduli dengan masa depan keturunannya, baik dari aspek keimanan maupun kesejahteraan. Doa Nabi Ibrahim berikut mengindikasikan itu.

Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim 14: 37)

Tentu masih banyak pelajaran yang dapat kita teladani dari Nabi Ibrahim. Di akhir khutbah ini, mari kita rangkum pelajaran tersebut:

  1. Sebagai hamba Allah, kita belajar untuk selalu menemurnikan dan meneguhkan imam; kita juga belajar keikhlasan dalam mengorbankan sesuatu yang kita cintai;
  2. Sebagai anak, kita belajar untuk tetap menghormati dan mendoakan orang tua, dalam kondisi apapun;
  3. Sebagai orang tua, kita belajar untuk menghargai anak dan mendengar pendapatnya;
  4. Sebagai pendahulu, kita belajar untuk peduli dengan masa dengan keturunan, tidak hanya dari sisi iman, tetapi juga kesejahteraan.

Mari, momentum Iduladha ini kita jadikan untuk memperbaiki diri. Semoga dengan pertolongan Allah, kita selalu merasa ringan dan mudah dalam mengikuti teladan yang diberikan oleh Nabi Ibrahim.

Disarikan dari khutbah Iduladha 1440 di Alun-alun Utara, Yogyakarta pada 10 Zulhijah 1440/11 Agustus 2019.

Universitas Islam Indonesia (UII) memberangkatkan 5 tim untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 tahun 2019, yang digelar di Kampus Universitas Udayana, Bali. Kelima tim yang akan tampil pada ajang ilmiah ini terdiri dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Teknologi, PKM Gagasan Tertulis, PKM Karsa Cipta dan PKM Kewirausahaan.

Read more

Indonesia negeri yang kaya budaya. Keragaman budaya tersebut, menjadi aset yang bisa dipertunjukkan ketika membawa nama Indonesia ke luar negeri. Seperti ditunjukkan mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Indonesia (UII) yang akan berangkat mengajar ke Australia. Seleksi keterampilan budaya menjadi komponen wajib sebelum mereka menginjakkan kakinya di negeri kangguru. Seleksi art performance yang dibawakan 10 peserta terpilih PBI UII pada Kamis (22/08) di ruang 1.13 Gedung Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FSPB).

Read more

Menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32, Universitas Islam Indonesia (UII) terus berupaya meningkatkan kesiapan delegasi yang akan berkompetisi. Bertempat di Gedung Prof. Dr. Sardjito UII pada Jumat (23/8), sebanyak 5 tim yang telah lolos monitoring dan evaluasi dari internal UII hingga tingkat regional mengikuti pembekalan dengan menghadirkan reviewer nasional.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menerima kunjungan dari perguruan tinggi dalam rangka studi banding. Bertempat di Ruang Sidang VIP, Lt.3 Gedung GBPH Prabuningrat Kampus Terpadu UII, Jum’at (23/8), Universitas Kristen Petra (UK Petra) mengunjungi UII dalam rangka studi banding tentang penjaminan mutu perguruan tinggi. Delegasi dari UK Petra berjumlah 6 orang dipimpin oleh Dr. Gan Shu San selaku kepala Lembaga Penjamin Mutu (LPM) bersama Ir. Emmy Hosea, M.Eng.Sc., selaku Kabid Audit Mutu. Rombongan diterima langsung oleh Wakil Rektor Bidang Networking dan Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D bersama pimpinan unsur Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT), Pemerintah Kota Yogyakarta, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) D.I. Yogyakarta kembali mengirimkan bantuan air bersih ke Kabupaten Gunung Kidul yang saat ini sedang mengalami kendala air bersih karena musim kemarau yang berkepanjangan.

Pendistribusian air bersih ke Gunung Kidul diberangkatan pada Kamis (22/8) dari Balai Kota Yogyakarta oleh Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Staf Ahli Walikota Bidang Perekonomian, Dra. Septi Sri Rejeki, dan Kepala Cabang ACT D.I. Yogyakarta, Bagus Suryanto.

Read more

UII yang diwakili oleh UMKM El-Markazi mendapatkan 4 prestasi di Musabaqoh Tilawatil Qur’an Mahasiswa Nasional (MTQMN) XVI 2019. Prestasi tersebut yakni Juara 2 Musabaqah Tartil Quran Putri oleh Ega (Teknik Lingkungan 2017), Juara Harapan 1 Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ) 10 Juz Putra diraih oleh Abi Quhafah (Hubungan Internasional 2018), Juara Harapan 3 Musabaqah Hifzhil Quran 30 Juz Putri diraih oleh Niky Saffanatul Maula (Pendidikan Dokter 2018), dan Juara 3 Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ) 20 Juz Putra oleh Umar Fauzi Ilmu (Komunikasi 2018).

MTQMN XVI 2019 diadakan oleh Belmawa Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berlangsung pada 28 Juli – 4 Agustus 2019 di Universitas Syiah Kuala, Aceh. Tema yang diangkat adalah ”MTQMN sebagai penguat ukhuwah islamiyah dalam membentuk generasi muda Qurani menuju Indonesia Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”. Kegiatan ini diikuti oleh 179 Perguruan Tinggi dari 34 Provinsi di Indonesia dengan peserta lebih dari 2.000 orang dengan 13 cabang lomba di dalamnya.

Read more