Saudara boleh percaya atau tidak, terhadap judul di atas. Begini argumennya.

Mencari ilmu wajib hukumnya untuk semua kaum Muslim. Para pencari ilmu, kata Rasulullah, berada di jalan Allah sampai dia kembali. Para mahasiswa ketika berangkat sampai pulang dari majelis ilmu (kuliah) selalu berada di jalan Allah. Mereka yang indekos, mulai keluar dari kampung halaman sampai kembali lagi, juga berada di jalan Allah.

Tetapi para pencari ilmu tersebut harus meluruskan niat, untuk menggapai rida Allah. Bisa jadi, tanpa dilandasi niat yang lurus, mereka bukan ahli ilmu alias orang yang berhak mendapatkan ilmu. Jika ini yang terjadi, Rasulullah sudah mengatakan, “memberikan ilmu kepada orang yang tidak berhak (bukan ahli ilmu) seperti mengalungkan permata, mutiara, dan emas kepada leher babi”. Tidak berguna, dan bahkan nista.

Bahkan dengan bahasa lebih keras lagi, Rasulullah mengatakan, “barang siapa mencari ilmu untuk bersaing dengan para ahli ilmu (ulama) lain, atau berdebat dengan orang bodoh, atau untuk mendapatkan mendapatkan kemuliaan di hadapan manusia, maka akan dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka”. Dari perspektif sebaliknya, Rasulullah mengatakan, “barang siapa yang mengambil jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga”. Menuntut ilmu juga dapat menghapus dosa yang telah lewat.

Para pencari ilmu dengan niat yang lurus adalah para mujahid, orang yang berjihad di jalan Allah.

Di hadis lain, Rasulullah bersabda, “barang siapa membantu persiapan orang yang akan berjuang di jalan Allah, maka dia dapat pahala seperti pejuang, dan barang siapa yang memelihara dengan baik properti yang ditinggalkan oleh pejuang maka dia dapat pahala serupa”. Karenanya, saya percaya, bahwa para pemilik indekos yang lurus niatnya membantu para pencari ilmu, para mujahid di jalan Allah, maka akan mendapatkan pahala yang serupa. Ini adalah jalan menuju surga.

Jika Saudara masih belum percaya, saya pun tetap percaya, karena Allah pernah berfirman yang terekam dalam sebuah hadis kudsi: “Aku sesuai dengan apa yang disangkakan hambaKu kepadaKu”. Saya mempunyai persangkaan baik kepada Allah. Insyaallah akan dikabulkan.

Sari sambutan pada pertemuan dengan pemilik indekos di lingkungan kampus Universitas Islam Indonesia pada 19 Oktober 2019.

Berkunjung ke tanah suci yakni Mekkah dan Madinah, sudah menjadi impian setiap umat muslim di dunia. Setiap tahunnya ratusan ribu umat muslim dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong memenuhi baitullah di Mekkah untuk menunaikan rukun islam ke-5 yaitu ibadah haji. Sayangnya, kebanyakan di kalangan masyarakat Indonesia dalam menunaikan ibadah haji dilakukan di saat kondisi fisik yang kian rentan seiring bertambahnya usia.

Menanggapi tantangan tersebut, Direktorat Pembinaan Kemahasiswaan Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UII menggelar kuliah umum dengan topik pembicaraan “Ayo Haji Muda” di Ruang Aula Utara Gedung Prof. Dr. Ace Partadiredja Fakultas Ekonomi UII, Rabu (16/10). Pada kuliah umum ini diisi oleh perwakilan Badan Pengelola Keuangan Haji Indonesia (BPKH RI) A. Iskandar Zulkarnain, Dosen Ilmu Ekonomi FE UII, Mohammad Bekti Hendri Anto dan Ustadz Erick Yusuf.

Read more

Metode berpikir deduktif merupakan metode yang populer dikembangkan dalam pendidikan tinggi. Melalui metode ini, mahasiswa dituntut berpikir untuk mencari solusi masalah yang dihadapi saat ini. Padahal, dibutuhkan pola pikir induktif dalam menghadapi masa depan, agar kemampuan memetakan solusi dapat dilakukan guna membaca dan menyelesaikan masalah di masa mendatang.

Demikian disampaikan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. sebagai pembicara utama di hadapan ratusan mahasiswa yang berasal dari 12 universitas di Indonesia dalam Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 2 bertema “karya anak bangsa untuk Indonesia maju 2025” di Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, Jumat (18/10).

Read more

Tanpa merasa mempunyai legitimasi, tulisan ini dibuat sebagai titipan pemimpin universitas kepada guru besar (profesor), baik yang baru diangkat maupun yang sudah lama menduduki jabatan tersebut. Guru besar adalah jabatan akademik tertinggi di dunia akademik. Jabatan ini memberikan kuasa baru: kewenangan akademik tertinggi. Tersemat di sana, tanggung jawab yang lebih besar.

Puluhan tahun lalu, Oscar Handlin, seorang guru besar dari Harvard University menantang warga universitas dengan ungkapan: “A troubled universe can no longer afford the luxury of pursuits confined to an ivory tower…. Scholarship has to prove its worth not on its own terms, but by service to the nation and the world.” Arti bebasnya: dunia sedang menghadapi masalah ini tidak sanggup lagi menanggung kemewahan pencarian yang terjebak di menara gading…. Kecendekiawanan harus membuktikan maknanya, tidak untuk dirinya, tetapi memberikan layanan kepada bangsa dan dunia. Inilah yang disebut dengan kecendekiawanan yang membabit (scholarship of engagement atau engaged scholarship), menurut Ernest Boyer, mantan presiden the Carnegie Academy for the Advancement of Teaching and Learning.

Universitas dengan kawalan para guru besarnya harus membabit aktif dalam meningkatkan kualitas hidup, dan tidak hanya berceramah dari menara gading. Kecendekiawanan yang membabit melibatkan ikhtiar untuk menghubungkan aktivitas akademik (riset dan pembelajaran) dengan manusia dan lokasi di luar kampus dengan tujuan utama mengarahkan kerja lembaga untuk mencapai manfaat terbesar. Hubungan timbal balik diharapkan untuk memproduksi pengetahuan secara bersama-sama (knowledge co-production). Sudah seharusnya, misi ini tertanam dalam benak setiap guru besar.

Beragam pendekatan kecendekiawanan yang membabit dapat dipilih oleh guru besar. Bisa selektif, dapat kumulatif. Pertama, para guru besar dapat mengembangkan kecendekiawanan publik (public scholarship) yang ditujukan untuk memecahkan masalah publik yang rumit dan membutuhkan rembukan. Guru besar dapat membabitkan diri di sini.

Kedua, mengembangkan pendekatan riset partisipatif (participatoty research), terutama dengan melibatkan kelompok khusus yang cenderung terpinggirkan dalam menemukan solusi atas masalah yang ada. Kata kunci dalam pendekatan ini adalah inklusivitas. Ketiga, para guru besar dalam mewujudkan kecendekiawanan yang membabit dapat mengembangkan kemitraan dengan komunitas (community partnership). Tujuannya adalah perubahan sosial dan transformasi struktural.

Keempat, pengembangan jejaring informasi publik (public information networks) dapat dipilih untuk meningkatkan akses publik terhadap basisdata sumber daya yang bermanfaat bagi publik. Sebagai contoh, para guru besar dapat mewakafkan data mentah yang dikumpulkan dari beragaman risetnya untuk diakses secara luas untuk membuka pintu interpretasi baru.

Kelima, para guru besar juga dapat memilih jalan kecendekiawanan literasi warga (civic literacy scholarship) dengan mengenalkan diskursus yang dapat mengajak publik terlibat untuk memikirkan. Media popular yang banyak diakses publik seperti koran dan majalah, dapat menjadi pilihan. Untuk meningkatkan keberhasilannya, para guru besar dituntut untuk cakap mengemas isu dalam bahasa yang mudah dicerna beragam kalangan. Ini membutuhkan keahlian tersendiri. Tidak mudah. Tetapi bukan berarti tidak mungkin.

Kelima pilihan jalan di atas, semuanya ditujukan untuk mendekatkan diskursus akademik dengan masalah riil dan aktor di lapangan. Ujungnya adalah meningkatkan relevansi kehadiran para guru besar (termasuk universitas) untuk berandil membawa perubahan. Semoga.

Elaborasi ringan dari sari sambutan rektor pada acara penyerahan SK Guru Besar Prof. Is fatimah pada 29 Mei 2019. 

Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) yang tergabung dalam Tim Bukuy, berhasil meraih prestasi pada ajang kompetisi ide bisnis tingkat nasional. Dalam kompetisi bertema “Pameran Startup Teknologi & Inovasi Industri Anak Negeri 2019“ yang diselenggarakan Kemenristekdikti di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, 3-6 Oktober, mereka mendapat juara II. Anggota tim Bukuy terdiri dari Idznila Shabrina Kartika Wulandari, Ery Dwi Pantari, Kunti Saptasari, dan Hana Nafita Fella.

Read more

Prof. Dr. Is Fatimah, S.Si., M.Si. dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kimia pada Sidang Terbuka Senat Universitas Islam Indonesia (UII), di Auditorium Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII, Kamis (17/10). Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Is Fatimah menyampaikan judul Pengembangan Material Maju dalam Mendukung Pengembangan Kimia Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan. Jalannya Sidang Terbuka Senat dipimpin Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.

Read more

Mahasiswa UII yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) el-Markazi mendapatkan juara tiga bidang kategori pada acara Arabic World Festival 2019 di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogya pada 7-8 Oktober 2019. Juara yang diraih di antaranya yakni Juara 1 Musabaqoh Qiro’atul Qutub oleh Farikhatul Fitria (Prodi Kimia 2018), kemudian Juara 2 Ghina Araby oleh Rima Isfah Lana (Prodi Ekonomi Islam 2017), dan Juara 2 Qiro’atul Akhbar oleh Nailia (Prodi Ekonomi Islam 2018). Acara tahunan ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UAD. Peserta kompetisi terdiri dari mahasiswa yang rajin menggeluti Bahasa Arab.

Read more

Tingkat pengangguran terdidik di Indonesia masih tergolong tinggi. Jumlah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan lulusan perguruan tinggi merupakan hal utama penyebab pengangguran tersebut. Namun, kebingungan akan pekerjaan apa yang diminati oleh para lulusan perguruan tinggi juga menjadi penyebab lain masih tingginya angka pengangguran.

Hal ini direspon Universitas Islam Indonesia (UII) dengan menggelar Career Seminar bertema “Prepare Your Career, Prepare Yourself” pada Senin, (14/10) di Auditorium Kahar Mudzakkir UII. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara UII Integrated Career Days 2019 guna memberikan wawasan mengenai persiapan memasuki dunia kerja, peluang usaha dan kesempatan studi lanjut bagi mahasiswa maupun alumni UII.

Read more

Badan Penjaminan Mutu (BPM) UII menyelenggarakan Audit Mutu Internal (AMI) universitas. Pembukaan AMI periode 2018/2019 dilaksanakan di lt. 3 Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito Universitas Islam Indonesia pada Selasa (15/10). Acara ini dihadiri oleh Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Rektor UII, Kariyam S.Si., M.Si. sebagai Kepala BPM UII, wakil rektor serta pejabat struktural dan juga auditor di lingkungan UII.

Read more

Kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 perlu didukung sumber daya manusia yang memadai. Di era ini, dunia bisnis dituntut memiliki kemampuan beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang berkembang begitu pesat. Menyikapi hal ini, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) menyelenggarakan pelatihan Aplikasi E-Performance berbasis Balanced Scorecard bagi para dosennya di Gedung Ace Partadiredja, Fakultas Ekonomi UII, Senin (14/10).

Read more