Pentingnya Peran Riset dalam Proses dan Praktik Arsitektur

Peran riset dalam praktik arsitektur memegang peran yang cukup penting, terutama berkaitan dengan desain-desain arsitektur agar didapati struktur desain yang kuat, tahan lama, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk itu saat ini peran arsitek yang memiliki kemampuan riset juga semakin banyak dibutuhkan di Indonesia, bahkan juga di pasar global. Untuk lebih mendalami tentang peran riset dalam dunia arsitektur, Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII), hari ini (23/02), menyelenggarakan Seminar Nasional Magister Arsitektur UII dengan tema “Riset untuk Inovasi Praktik Arsitektur”.Seminar berlangsung di Auditorium FTSP UII Lantai 3 Gedung Mohammad Natsir dan diselenggarakan dalam dua sesi. Sesi pertama menghadirkan pembicara tamu yaitu Ahmad Djuhara, IAI selaku Ketua Umum Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Nasional dan Dr. Ir. A. Adib Abadi, M.Sc selaku Ketua APTARI (Asosiasi Perguruan Tinggi Arsitek Indonesia). Kemudian untuk sesi kedua menghadirkan pembicara dosen Magister Arsitektur UII sendiri yaitu Dr.-Ing Ir. Ilya Fadjar Maharika, MA, IAI, Dr. Ir. Sugini, MT, IAI dan Dr. Yulianto Purwono Prihatmaji, ST, MT, IAI.

Ahmad Djuhara dalam kesempatan ini membahas tentang kebutuhan profesi dan persaingan arsitek ASEAN. Dalam pembahasannya dipaparkan juga tentang jasa layanan desain arsitektur dalam perekonomian global dan regional serta perdagangan global dalam jasa arsitektur meliputi peraturan pembatasan, kekuatan pengendali dan menentukan bentuk.

“Persaingan yang dimaksud yaitu bagaimana menghadapi terbukanya lapangan pekerjaan di ASEAN, dengan keunggulan geografis yang cukup besar, jangan sampai kita hanya menjadi pasar bagi negara lain, kita juga harus bersaing aktif” jelasnya.

Sementara itu, Adib Abadi menyampaikan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai capaian pembelajaran lulusan, bahan kajian, proses dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan program studi. “Dalam dunia praktek arsitektur sendiri masih terjadi beberapa ketidaksesuaian antara kurikulum pendidikan dan kompetensi lulusan yang dibutuhkan pasar,” jelas Adib. Untuk itu penyelenggara pendidikan baik S1 maupun Magister Arsitektur perlu memberikan fokus pada riset sehingga kompetensi lulusannya lebih tepat sasaran.

Dalam sesi kedua, Ilya Fadjar menjelaskan tentang tantangan arsitektur dan perlunya kerjasama dengan bidang yang lain karena permasalahan saat ini sudah sangat kompleks, dengan catatan tidak menghilangkan jati diri sebagai seorang arsitek. Selanjutnya Sugini banyak membahas tentang metode riset desain arsitektur, sementara Yulianto Purwono memaparkan tentang kebutuhan co-design dalam advokasi arsitektur yang lebih berhubungan ke dalam masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam akhir acara seminar nasional ini juga digelar pameran beberapa karya penelitian dosen di UII.