,

Menjaga Eksistensi Startup di Tengah Pandemi

Bukan perkara mudah menjaga usaha rintisan atau startup yang dimiliki agar tetap berjalan normal di tengah pandemi Covid-19. Tak sedikit usaha di berbagai sektor yang merasakan dampaknya. Untuk memperbincangkan hal tersebut, Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) UII mengadakan Ngobrol Bareng Startup (NgoBraS) pada Rabu (29/4) sore.

NgoBraS perdana ini mengangkat tema “Stay at Home, Stay Fabulous”. Salah seorang pengusaha di bidang produk kecantikan yang juga menjadi tenant di IBISMA tahun lalu, Fajar Achmad, berbagi pengalaman serta memberikan tips agar startup dapat tetap eksis di tengah pandemi. Acara ini berlangsung secara daring (dalam jaringan) dan diikuti oleh masyarakat umum, baik pemilik startup maupun mereka yang sekadar tertarik mengikutinya.

Di awal perbincangan, Fajar Achmad sedikit mengenalkan produk-produk The Keraton Care, merek dagang usahanya, sembari berbagi pengalaman berbisnisnya.

“Ini menjadi isu-isu yang sangat luar biasa, tentang SDM, lalu tentang omset, semacam itu,” ucapnya mengawali obrolan.

“Ada lima hal yang bisa dilakukan ketika masa pandemi. Jadi yang pertama bahwa memang Cash is the King. Selama di masa pandemi ini, usahakan perusahaan itu punya kas. Karena untuk menjaga likuiditas, jadi harus punya kas. Jangan sampai piutang dan sebagainya, itu jangan,” jelasnya.

Kemudian ia menceritakan pengalamannya terkait hal ini.

“Sebelum pandemi, di bulan Januari kita sudah submit untuk ikut pameran Inacraft. Pameran Inacraft itu adalah pameran kerajinan dan fashion terbesar di Indonesia yang dilakukan di Jakarta. Jadi karena pemerannya besar dan biasanya dari tahun ke tahun banyak sekali tamu, nah kita di bulan Januari itu sudah buat stok itu kira-kira tiga ribu item produk. Bisa dibayangkan, berapa puluh juta itu. Dan pemerannya gagal,” ceritanya diiringi tawa.

Mengatasi masalah tersebut, ia menghubungi reseller, membuat program promosi berupa bundling product. Produk barunya, hand sanitizer, dijadikan bonus dari pembelian produk utamanya yang menumpuk untuk menarik pembeli.

“Lalu New Normal. Apa sih new normal? Hal-hal yang akan menjadi normal yang sebelumnya masih asing. Nah kalau ini kan tentang online. Mungkin sebagian orang sudah menganggap online itu normal, namun sebagian besar yang lain, terutama UMKM, itu masih belum begitu familiar. Itulah yang harus kita ikuti. Kita harus mulai memaksimalkan sisi online kita,” sebutnya.

Pentingnya Investasi dan Ekosistem Usaha

Selain kedua hal tersebut, ia juga menyebut pentingnya investasi. Dua bentuk investasi yang dapat dilakukan yakni dalam bisnis dan personal. Investasi bisnis yang dilakukannya berupa riset untuk pengembangan produk baru. Bahkan, beberapa produk baru telah dihasilkan dari risetnya selama masa pandemi ini. Sedangkan investasi personal dapat berupa pelatihan yang diikuti.

Kemudian Ecosystem-Collaboration menjadi hal keempat yang dapat dilakukan startup di tengah pandemi. Bekerja sama dengan selebgram menjadi salah satu bentuk kolaborasi yang dapat dilakukan.

“Ekosistem itu saya gabung banyak sekali ekosistem. Inkubator dengan IBISMA itu juga salah satunya. Pokoknya ekosistem yang dapat membangun bisnis kita. Di IBISMA kita dapet yang namanya bisnis matching, itu seru tuh. Kita bisa bertemu mitra dan partner ataupun rekanan yang lain. Nah ekosistem ini juga misalnya di organisasi,” jelasnya.

“Wajar ketika pandemi pertama menyerang itu pengusaha panik. Itu jelas, sudah sunatullah. Tapi seorang wirausaha, ataupun mereka yang berjiwa entrepreneur, itu kan sebagai pemecah masalah, memberikan solusi. Kalau kitanya ikut pusing, bagaimana karyawan,” pungkasnya saat menjelaskan poin terakhir, Be Calm. (HR/ESP)